πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter XXI Beginikah Teman?

2K 108 5
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Kamu ada rencana turun untuk makan di kantin?"

"Em, mau kubelikan sesuatu? Akan kubawakan nanti"

"Tidak, aku ingin mengajakmu turun bersama"

"Hm?!"

Thara bahkan langsung memalingkan kepala untuk menatap teman sekamarnya yang sedang mengisi tasnya dengan buku, dia berusaha memikirkan ucapan yang didengar seolah salah mendengarkan kalimatnya

Benarkah... Sedang mengundang makan bersama

Hari ini hari Senin, hari yang sama seperti hari biasa setelah melewati berbulan-bulan dari pertama kali tahun ajaran baru. Keduanya bangun dari tempat tidur masing-masing, lalu mandi, setelah itu kembali ke ruangan untuk berganti pakaian, kemudian mempersiapkan materi yang akan dibawa setelah itu mencari sarapan sebelum berangkat ke kampus. Tapi anehnya, setelah berbulan-bulan terlewati tiba-tiba saja Type mengatakan padanya kalimat ajakan seperti itu.

Apa ini nyata

Tharn yang berpikir begini masih tidak percaya. Tangan yang masih mengancingkan seragam sekolah terhenti. Kali ini dia hanya menatap ke arah anak berkulit gelap yang baru saja selesai memakai seragamnya, tidak tahu harus merasa bahagia atau ketakutan.

Sejak hari mereka membeli sprei bersama, Type mulai melemahkan sikapnya, meskipun begitu dia tidak menyangka anak itu akan menjadi selunak ini padanya, bahkan mengundangnya makan bersama.

"Kenapa kamu melihatku begitu... Kamu tidak mau pergi?"

"Pergi kok"

Tidak perlu menunggu Thiwat berbicara dua kali, Thara langsung menerima menerima ajakan, tapi setelah sejenak terdiam, pada akhirnya dia bertanya...

"Tapi, kenapa?"

Kenapa mengundangku

Pertanyaan ini membuat si pendengar jengkel, seolah pertanyaan ini di lontarkan pada seseorang yang selama ini suka pilih kasih dan tidak peka, hanya saja anak itu menjawab dengan baik dengan nada biasa;

"Kamu sendiri yang bilang padaku 'kan... Kalau sebaiknya menghapus kata 'seks' dari kata 'teman seks' menjadi 'teman' saja"

Type sepertinya  mengatakan ini sambil berpikir si pendengar akan terdiam begitu saja, tapi jawaban ini malah membuat pria itu menatap lebih heran saat mendengarkan penjelasannya.

"Memang menurutmu apa?"

Sekali lagi Tuan Thiwat membuat wajah jijik saat meneruskan berbicara;

"Aku 'kan cuma mengundangmu makan. Tapi kalau kamu tidak ingin pergi, paling tidak aku bisa membelikanmu sarapan"

Type memotong percakapan ini, berbicara dengan nada yang jengkel, kemudian merebut tasnya dan memakai di punggung. Si pendengar hanya bergegas mengancingkan kemeja, kemudian segera meraih tas dan kunci ruangan dengan kedua tangannya, setelah itu melangkah dengan cepat mengikuti anak muda yang berjalan lebih dulu, tanpa pernah menyangka kesempatan seperti ini akan tiba. Bukan, rasanya pria itu tidak menyangka kesempatan ini datang begitu cepat. Melihatnya begini, dia menganggap kesempatan dalam bulan ini sepertinya yang paling bagus dari bulan-bulan sebelumnya.

Sedangkan untuk Thiwat, saat ini dia merasa lumayan frustasi setelah mendengar ucapan pria itu, dia merasa begitu jengkel karena terganggu dengan sedikit kata yang pernah terlontar.

Rasa sakitku

Memang sederhana dan singkat, tapi mampu menyadarkan seseorang yang telah melakukan sesuatu yang tidak termaafkan selama ini untuk segera berhenti melakukannya. Type terus menerus bertanya haruskan dia menerima bahwa sikapnya selama ini salah, atau paling tidak, menghilangkan seluruh prasangka buruknya, saat dia telah menyadari... Yah, ternyata pria itu sudah pernah begitu tersakiti, sangat.

Okey, mungkin dia memang membenci gay, tapi saat mencoba untuk...

Sialan, mari mencoba memikirkan Tharn sebagai seorang teman...

Ucapan yang dilontarkan pria itu, selalu membuatnya berpikir;

Rasanya sikapku memang begitu kasar dan menyakitkan.

Memangnya kenapa, sepertinya tidak begitu menyakitkannya 'kan. Tharn juga orang yang telah mengingatkanku tentang kejadian di masa lalu...

Tapi dia juga datang untuk membantu berkali kali.

Sedikit kebaikan hati anak muda itu benar-benar membuatnya sangat frustasi...

Tiba-tiba saja dia sama sekali tidak ingin mendengarkan lagi kata 'sakit' itu terucap lagi.

***

Tharn yang berada di sisinya terlihat tenang, bahkan di pagi buta seperti ini pria itu tetap memperlihatkan senyumannya yang aneh. Meskipun begitu, bisa dilihat Tharn menjadi seseorang yang memang seharusnya diumpat karena kurang kesadaran yang terlihat jelas dari sikapnya, terkadang pria itu lupa siapa orang yang sedang membuatnya melayang ini...

Orang yang sangat ingin di sentuh dan selalu dipikirkannya, pernah merendahkan orang-orang sepertinya, membuat gosip se-universitas, merasa ingin berlari membunuh setiap orang sepertinya, dan termasuk Tharn sendiri...

Dengarkan aku, para gay, para transgender, orang-orang yang dianggap anak itu tidak bermoral dan sebagainya.

Tharn sama sekali tidak merasa aneh. Padahal apa yang dilakukan Type di sini, saat ini, hanya karena perasaan bersalah. Hanya ingin membalas apa yang telah diterima, kembali menjadi temannya. Meskipun sangat sulit untuk dilakukan.

"Kalau makan, makan saja. Kenapa melihat wajahku sampai begitu"

Yah, inilah kesulitan ketika berusaha bersikap normal saat bersama makhluk yang kejam.

(Oke, mungkin hanya Tharn yang bisa terbiasa)

Pria itu dari awal selalu memasang wajah lugunya... Menatap wajah anak itu tanpa berpaling, ditambah dengan... Sebuah senyuman.

"Aku, memang benar"

"Memang apa yang membuatmu bahagia begitu?"

Type sadar, dia tidak bisa lagi menahan bibirnya untuk tidak berkata kejam. Karena keduanya sudah saling mengenal dan diapun tahu apa yang akan diucapkan pria tu, meskipun pada akhirnya pria itu merespon dengan sikap yang telah diduganya;

"Merasa senang dengan yang kamu ucapkan"

Setelah berbicara, Thara tersenyum lebih lebar dari sebelumnya, terlihat sekali bahwa dia benar-benar bahagia. Sampai orang yang melihat wajahnya memperlihatkan ekspresi aneh, lalu mengumpat dengan pelan. Meskipun seluruh tubuhnya bergidik ngeri, rasa bergidiknya kali ini bukan seperti perasaannya dimasa lalu saat bersama gay. Tapi karena kondisi mereka sekarang, seolah mengatakan bahwa keberadaan Tharn disisinya membuatnya semakin terbiasa.

"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan kata 'teman', jangan membuat semua ini menjadi mengerikan"

Meskipun Type berkata seperti itu, tapi sebenarnya dia tidak terlalu memikirkan kata 'teman', bahkan tidak pernah memikirkan ini sebelumnya.

Type mengangkat pandangan, menangkap pandangan seseorang yang terlihat bersinar menatapnya, kemudian mengatakan kalimatnya dengan suara yang suram;

"Hanya makan bersama"

"Tapi ini cukup berarti bagiku"

Baiklah, ini karena aku setuju menganggapnya sebagai teman seks-nya, atau... Dia ini memang orang yang sederhana dan lugu.

Pemikiran ini muncul, karena pengalaman seks bersama pria itu sungguh luar biasa sehingga cukup menarik perhatiannya. Jika tidak, mana mungkin Type mau mengikuti arus permainan setiap kali pria itu memancingnya. Sampai dia berusaha mengatakan pada dirinya bahwa hubungan kedua pria diantara mereka hanya sekedar pelampiasan nafsu saja. Bukankah memang lebih mudah meraih seseorang di sebelahmu untuk dijadikan teman tidur... Tidak lebih.

Begitulah, teman seks. Mau berapa kalipun tidur bersamanya, tapi setelah turun dari ranjang, hanya menjadi teman.

Thiwat mengatakan pada dirinya dengan tegas di dalam hati sambil menatap ke arah di dinding. Dia tidak mampu melihat pandangan mata yang saat ini sedang menatapnya, hanya mengalihkan pandangan. Tidak lama kemudian Tharn bertanya;

"Kalau begitu, malam ini, kamu akan setuju 'kan jika aku mengajakmu makan malam sebagai 'teman'-ku?"

Tentu saja, pada awalnya Type ingin menolak, tapi sesaat setelahnya dia terlihat enggan sejenak tanpa alasan, lalu bertanya;

"Hanya 'teman' sekamar yang makan bersama... Benar'kan?"

Kali ini Tharn mendongak untuk menangkap pandangan anak di hadapannya, anak itu mengulang kata 'teman' dengan begitu jelas sampai membuat alisnya terjalin. Bagaimanapun juga dia merasa untuk melewatkan ini dan hanya mengucapkan kalimatnya dengan keluhan;

"Sejak kapan kata 'teman' ini dapat menjadi baik-baik saja. Tidak bisakah kamu tanpa bantuan kata 'teman' pergi makan malam bersamaku?"

Type tahu kali ini pun, dia telah benar-benar jatuh ke dalam lubang yang digali pria berhidung tembok di hadapannya. Sama seperti saat dia merelakan keperjakaan pantatnya. Saat ini ucapan Techno padanya tiba-tiba terbesit di benaknya;

"Sedikit moral yang ada dalam dirimu, lebih kuat daripada kepintaran otakmu"

Ini karena kata... Rasa sakit

Tiba-tiba saja Type merasa semua ini salah, meskipun ingin menyangkal pada akhirnya terjatuh juga.

"Kenapa tidak berpikir, sedang mengasianimu?"

Type bertanya dengan nada mengejek, sebelum pada akhirnya memalingkan wajah untuk menatap pria itu kemudian terdiam. Pria itu berbicara dengan nada yang sedikit ringan;

"Baiklah, setelah selesai kuliah, kita akan pergi bersama"

Type tahu bahwa dirinya saat ini melemahkan sikapnya, sehingga sekali lagi tenggelam ke dalam tanah. Melihat ini, pria blasteran itu tersenyum lebih lebar dari sebelumnya, bersikap begitu percaya diri bahwa telah membuat gadis incarannya menatap padanya. Setelah mereka menyelesaikan makanannya, pria itu menggabungkan piring kotor dengan cepat, memperlihatkan dia yang akan mengurusnya... Terlihat bahagia.

"Kamu ternyata lebih baik hati dari yang kukira"

Saat mendengar ucapannya, anak yang sedang menyedot minumannya mendongak, kemudian bicara;

"Kamu ternyata bisa berlagak begitu mengenaskan lebih dari yang kukira"

Saat mendengar ini, Tharn menimpali ucapannya dengan nada yang serius;

"Jika kamu setuju bersamaku hanya karena mengasihaniku, maka aku hanya perlu menjadi seseorang yang patut dikasihani"

Setelah selesai, Thara berjalan dengan membawa dua piring kotor. Membiarkan orang yang mendengar ucapannya tetap duduk di tempatnya. Berusaha berpikir akankah tetap bersikap baik dengan rahasia ini sambil bersikap lemah atau membuang segalanya. Karena bagaimanapun, dia tahu satu hal.

Tharn bilang, dia akan melakukan apapun untuk meminta belas kasihan dari seseorang sepertiku... Bukankah begitu

Orang yang berpikir masih belum menyadari semua ini, dan mungkin permintaan Tharn padanya bukan hanya sekedar permintaan saja.

Rasa 'simpati' digunakan untuk meminta 'perhatian' agar Type benar-benar hanya melihat padanya.

***

Setelah selesai kuliah, karena akan pergi keluar anak itu kembali ke asrama. Pria yang mengajak makan mengirimkan LINE harus pergi kemana dan bertemu di mana. Setelah Type turun, pria itu sudah memanggil taksi dan menariknya masuk ke dalam taksi, kemudian pergi sebuah restoran semi bar. Saat mereka berdiri di depan restoran, anak dari wilayah selatan langsung memalingkan wajah untuk bicara sambil menggertakan gigi setelah membaca papan di depan;

"Tharn, yang kumaksud makan bersama di kedai mi, bukan di tempat yang seperti ini!"

Mendengar ucapannya, pria itu hanya mengirimkan senyuman lalu bicara;

"Ini pub yang kukatakan, tempat dimana aku membantu seniorku itu"

"Hm, ini tempatnya?"

Si pendengar melihat ke sekitar restoran. Di dalamnya terdapat dua wilayah yang terpisah dengan jelas, di bagian dalam ruangan terdapat dinding berkaca dengan tatanan meja tinggi bergaya bar, sedangkan diluar terdapat tatanan meja bergaya restoran. Seluruh sudut di sekitar dapat melihat panggung dimana di atasnya terdapat berbagai macam alat musik. Ketika mengamati di sekitar restoran, ternyata setiap dinding dihiasi oleh gambar seni dan beberapa benda seni yang tidak jelas, meskipun begitu memberikan nuansa seni yang kuat.

Baiklah, jadi ini restoran yang membiarkan Tharn bermain musik.

"Pemasukannya bagus 'kan"

"Begitulah, jika bisa menarik banyak pelanggan, bisa bernegosiasi dengan pemilik restoran"

Tharn berjalan sambil berbicara menggenggam tangan yang mengepal dengan erat dan menarik anak itu untuk masuk ke dalam. Hanya saja, entah kenapa saat ini anak dari wilayah selatan itu mulai tertarik dengan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, walau pada akhirnya nanti berpikir ingin menarik diri dari dunia yang diketahuinya sekarang.

"Oh, Tharn. Hei boy, Bukankah hari ini tidak akan bermain di kedai Phi"

Sesaat ketika melangkah masuk ke dalam restoran, seorang wanita cantik datang untuk menyapa mereka. Saat melihatnya berjalan mendekat Tharn segera memutar kepala, kemudian mengangkat tangan untuk menghormatinya;

"Apa kabar, Phi Jet. Hari ini memang tidak, hanya menjadi pelanggan. Aku datang bersama dengan teman"

"Benarkah hanya teman, apa kamu tidak yakin dia pacar baru?"

Ucapan yang tiba-tiba ini membuat Type merasa sangat marah, meskipun begitu dia berusaha untuk menahan amarahnya. Saat Phi Jet berbicara tentang pacar, ditambah dengan kedipan matanya, rasanya dia ingin mencoloknya tapi dia memilih untuk memalingkan wajahnya. Segera saja, Tharn maju dan bersikap bijaksana membuat anak itu tetap berdiri di tempatnya, dia menerima ini dan memang tidak punya keinginan untuk membuat masalah. Tharn sendiri tahu bahwa anak ini sama sekal tidak bahagia dengan semua ini, jadi dia buru-buru menjawab;

"Tidak Phi, ini benar-benar 'teman' "

Untuk apa menekan pada satu kata itu.

Meskipun Thiwat memang merasa sedikit nyaman dengan adanya kata 'teman' tapi ketika mendengar kata itu diucapkan, kata itu membuatnya memicingkan mata. Dia menatap lekat-lekat punggung pria yang sedang berbicara dengan wanita di depannya. Saat wanita itu melihat ke arahnya lagi, Type mengangkat kedua tangan, secara otomatis menghormatinya.

Ini bukan aku takut melawannya, tapi hanya tidak ingin Tharn mendapatkan masalah hanya karena ucapan. Bisa-bisa dia akan mengatakan bahwa dirinya tersakiti lagi.

Type membuat alasan di dalam hatinya, sedangkan orang lain masih berusaha menerima pemandangan yang baru dilihatnya ini;

"Hanya Teman, yakin. Dia terlihat tampan, bersinar, dan tentunya masih hijau. Sejak yang terakhir kali, tidak pernah ada yang diajak datang ke kedai lagi"

Untuk ucapan yang terakhir ini Type tidak dapat mendengar, karena Phi yang mengenakan gaun senada itu berjinjit untuk berbisik di telinga Tharn, terlihat sekali seperti sedang menggodanya, jelas hanya ingin memastikan percakapan ini padanya. Untuk sejenak tangan Sang Drummer menangkapnya, kemudian menangkap pandangan mata dengan berkilat, masih memperlihatkan senyuman lebar di hadapannya.

"Masih belum tahu, Phi"

"Baiklah kalau begitu, Phi tidak akan bertanya lebih jauh, sebaiknya memberikan meja pada anak-anak ini... Silahkan memesan apapun. Setiap waktu, aku selalu menyerahkan wanita-wanita cantik untuk mengiriminya minum, pekerjaan ini bisa memberikan bayaran yang lumayan bagus"

Ucapan gadis itu membuat Tharn sedikit mengeluarkan rengekan protesnya, meskipun begitu dia tetap tersenyum cukup menyilaukan. Type tidak pernah melihat sikapnya yang seperti itu sebelumnya.

"Phi Jet, mau mentraktir kami 'kan?"

"Tentu saja, tidak usah meminta. Akan kutraktir pria yang kuat minum sepertimu sampai mabuk. Walaupun Phi harus bangkrut"

Segera saja, Phi jet melambaikan tangan untuk memanggil salah satu pegawainya, Tharn berjalan lebih dulu sambil membawa anak yang belum cukup dewasa itu pergi ke bagian ujung kedai yang jaraknya lumayan jauh dari panggung, karena suaranya cukup keras dan kurang nyaman jika melakukan pembicaraan di dekat panggung.

Sampai mereka duduk, Type masih menatap tajam ke arah mata pria dihadapannya, sampai Pria itu bertanya padanya;

"Kenapa melihatku begitu? Bukankah aku sudah mengatakan pada Phi Jet bahwa aku ini temanmu"

Type mulai mencatat setiap ekspresi pria itu dibenaknya karena mereka selalu bersama, pria itu selalu memperlihatkan ekspresi dingin saat terdiam sedangkan terlihat lembek saat tersenyum, meskipun begitu cukup sesuai dengan gayanya yang pendiam. Sedangkan senyuman yang diberikan oleh wanita itu, terlihat lebih menarik dari biasanya.

Benar, rasanya dia sedang memohon untuk mendapatkan minuman gratis, dengan sengaja mengeluarkan pesona anehnya yang memukau

"Aku memang selalu tersenyum begini"

"Senyumanmu, menjengkelkan!'

Type merespon dengan sindirannya, membiarkan pria yang mendengar menghentikan senyumnya, lalu mengangkat tangan untuk menggosok wajahnya sejenak. Setelah itu bicara;

"Ini karena pekerjaan"

"Kenapa?"

Pertanyaan ini disertai dengan pandangan penasaran yang samar. Melihat ekspresinya, Tharn tidak tahan untuk tersenyum. Kali ini bukan senyuman menarik yang baru diperlihatkannya, tapi senyuman lembut. Senyuman tipis yang terlihat normal. Sinar matanya yang bercahaya terlihat alim, memancarkan ke segala arah.

"Pernah mendengar kata 'senyuman profesional'?"

Si pendengar mengangguk.

"Begitulah. Sebagai seorang pemain musik punya tanggung jawab untuk menghibur pendengar. Meskipun bukan penyanyi, tapi harus tersenyum, agar membuat orang yang melihat tertarik. Saat orang-orang tertarik, si pemilik restoran akan bahagia dan memberikan bayaran. Ini demi kontrak kerja baru. Tapi selain harus tersenyum, sang pemilik juga harus memutuskan memberikan kesempatan bermain lagi atau tidak, jika si pemain musik memang orang yang biasa-biasa saja. Kalau si pemusik bayaran tidak bisa memperlihatkan pesonanya untuk menarik pelanggan, kenapa dia harus menggaji orang-orang sepertiku, jelas cuma buang-buang uang 'kan?"

Tharn menjelaskan pada Type sama seperti saat mereka mengobrol.

"Kalau begitu, itu hanya senyuman palsu"

Ucapan jujur Type membuat si pendengar tersenyum.

"Ya, senyuman palsu"

Setelah selesai, Tharn tersenyum lebih lebar dari sebelumnya, kemudian menggumamkan ucapannya dengan suara yang terdengar serius;

"Kalau senyuman ini langsung dari hati...kuberikan padamu"

Si pendengar langsung mengalihkan pandangan setelah sejenak menatap wajah tajam di hadapannya. Pria itu sekarang tersenyum, dengan mata coklatnya yang bersinar memantulkan cahaya di sekitar restoran. Terlihat begitu menyilaukan, sama sekali tidak terlihat seperti senyuman yang baru saja ditunjukannya. Seolah memperlihatkan ketenangan lautan yang misterius tapi jujur dari dalam lubuk hatinya. Di saat yang bersamaan sebuah gelombang perasaan mulai berdesir di dalam hatinya, membuat perasaan anak itu tidak stabil.

Senyumannya kali ini terlihat begitu bagus... Lebih dari sebelumnya.

"Basi"

Pria dihadapannya menarik paksa suasana romantis hanya dengan satu ucapan. Tharn yang melihat menghela nafasnya, kemudian bicara;

"Basi ya basi. Mau makan apa, aku yang traktir"

"Tidak perlu"

"Baiklah, kuanggap sikapmu ini masih belum sepenuhnya terbiasa"

"Oh, ternyata sadar?"

Type membuat dengusan saat berbicara, membuat si pendengar tertawa dengan lembut. Dia melihat ke arah menu sambil dengan mudah membuka pembicaraan;

"Aku ingin kamu datang...."

Anak dari wilayah selatan mendongak untuk menatap pria blasteran yang sedang menunduk menatap menunya. Berbicara seperti sedang mengeluh;

"Karena aku ingin kamu masuk ke dalam duniaku"

Deg

Saat kalimat Tharn yang terdengar begitu serius masuk ke dalam gendang telinganya, Jantung Type mencelos, kemudian berdetak dengan irama yang lebih cepat dari biasa. Padahal tidak ada penggorengan yang sedang memanggang daging di sebelahnya, tapi suara itu masuk dari telinga turun sampai ke jantungnya. Menyentuh hatinya, terasa sangat aneh baginya. Karena Type tahu bahwa pria itu sangat serius dengan ucapannya sampai dia tidak tahu harus berbuat apa, dan hanya mengatakan padanya;

"Hanya berteman. Tidak akan melihat sampai sejauh itu"

"Em, hanya berteman"

Tharn menerima ucapannya, meskipun begitu dia mengangkat pandangan untuk menatapnya dengan mata yang panas sama seperti sebelumnya. Jelas, pandangan ini hanya membuat Type tidak bisa mengejeknya lagi dan merasa lelah karena terus menerus menelan kata-katanya.

Itu, ekspresi wajah kecewa Tharn.

Sialan! Lupakan, mau seperti apapun ekspresi wajahnya tidak penting. Biarkan dia menerimaku sebagai teman... Beginilah aku.

***

Suasana langit di cakrawala telah berubah memanjang seperti pisau, restoran setengah bar mulai terlihat seperti berada di dunia lain. Sekarang seluruh lampu yang ada di dalam restoran telah menyala, ditambah alunan musik yang terdengar romantis membuat siapapun ingin duduk menikmati minuman lebih dari biasanya. Hampir seluruh tempat di dalam restoran mulai penuh, sedangkan panggung tinggi telah di isi oleh tiga musisi mengalunkan musik yang terdengar indah, membuat siapapun yang datang bisa merasa santai.

Di saat yang sama, sebuah meja yang letaknya cukup jauh dari panggung duduk seorang pemuda yang ditinggal seorang diri...Thiwat.

Saat ini Type perlahan-lahan menyesap minumannya, kakinya bergoyang mengikuti irama musik, terlihat merasa sangat santai.

Anak ini bukan tipe orang yang sering berpergian, sudah cukup lama dia tidak merasa seperti ini, menurutnya ini bagus juga.

Ditambah lagi... Semuanya gratis.

Saat pemikiran itu terbesit, Type tidak tahan untuk mengeluarkan tawanya dengan lembut. Dia benar-benar menikmati makan dan minum alkohol sepuasnya, setelah itu pandangan matanya teralih ke arah meja barisan di dekat panggung. Dia bisa melihat pria yang membawanya datang sedang duduk berbicara dengan tiga musisi yang baru saja mengisi musik, dia bilang harus menyapa senior agar sedikit diakui.

Benar-benar, padahal baru 15 menit berlalu. Tapi Type sudah menemukan bahwa dirinya ternyata tidak begitu hebat. Karena bagaimanapun dia hanya makan, menonton pertunjukan, dan lama kelamaan matanya membuatnya menyadari segala hal tentang teman seruangannya lebih dari sebelumnya.

Sekarang Tharn terlihat begitu santai. Dia bahkan tersenyum dan tertawa lebih dari sebelumnya, meskipun di dalam hati terdalam dia paham dengan apa yang dikatakan pria itu padanya. Terkadang memang benar, orang  harus belajar memasang senyuman profesional dalam bergaul.

Di tambah lagi, Type mulai menaruh hormat padanya. Meskipun usia mereka tidak jauh berbeda, tapi Tharn mengenal banyak orang. Dia tahu bagaimana cara bersikap, tahu bagaimana cara berbicara seperti orang dewasa, dan yang paling utama, dia bisa mencari uang sendiri. Sedangkan anak Papa yang sedang bersamanya ini, masih meminta uang dari orang tuanya.

Aku ini normal. Sialan, Tharn saja yang terlihat begitu bagus

"Loh, kemana Tharn pergi?"

"Oh Phi"

Sesaat ketika Type berpikir akan menikmati suasana, sebuah suara menyapa dari belakang tubuhnya sampai dia melihat Phi Jet tersenyum padanya, melangkah mendekat dan duduk menggatikan Tharn

"Jika ingin menemukannya, dia ada di sana"

Type berbicara sambil menganggukkan ke arah panggung untuk menunjukkan posisi Tharn berada.

"Oh bukan. Saat berjalan ke sekitar aku melihatmu duduk sendiri, jadi sengaja menyapa. Nong bernama Type bukan, kudengar Tharn memanggilmu begitu"

"Benar Phi"

Type mengiakan dengan sedikit curiga. Karena tidak banyak orang mengatakan bahwa dia dan Tharn hanya sekedar teman biasa.

"Nama Phi, Jet"

Wanita muda itu memperkenalkan diri, sedangkan anak muda itu mengangguk;

"Ya, Tharn sudah mengatakan Phi pemilik restoran ini"

"Hahaha, bukankah sebutan pemilik restoran cukup pantas di sandang?"

Phi Jet tertawa sambil menatap ke arah anak yang masih menyesap minumannya, berlawanan darinya.

"Phi mengenal Tharn bahkan sebelum dia berada di tahun terpuruknya. Waktu itu, menyaksikan Kakak Nong itu mengatakan segalanya dan dia begitu merasa menyesal karena band-nya harus bubar. Di masa lalu, para pelanggan wanita di sini tergila-gila dengan anak-anak itu, mereka bahkan rela mati. Jadi tidak bisa mengijinkannya bermain sampai terlalu larut."

Gadis ini berbicara dengan nada bercanda, kemudian meminta seorang pegawainya segelas minuman setelah Type menenggak habis minuman di gelas kristalnya, lalu mengirimkan gelas penuh di hadapannya.

"Hm, kemampuannya memang sebagus itu ya Phi?"

"Sangat"

Phi Jet jelas sekali mengakui seberapa berbakatnya pria itu, kemudian meneruskan berbicara;

"Pacar Phi juga bermain musik. Saat itu, kudengar Tharn bisa bermain drum dengan sangat hebat, padahal masih anak SMA. Di sebelah sana, aku sering menariknya untuk membuatnya bermain dengan bagus. Meskipun kadang tidak harus ada aku dan hanya dikelilingi senior lainnya dia sudah bisa melakukannya. Sekali-sekali Nong harus mencoba mendengarkannya, baru tahu seberapa hebat kemampuannya...atau jangan-jangan sudah pernah melihatnya bermain"

"Belum Phi, belum pernah"

"Kalau begitu kapan-kapan cobalah. Datanglah lain waktu. Tapi entah kapan pacarku akan menghubungi Tharn bermain lagi, kudengar pangeran ini sedang sibuk menyiapkan band barunya, dia mengatakan sempat kecewa dengan kemampuannya."

Phi Jet berbicara sambil menerima segelas penuh lagi alkohol untuknya, sepertinya dia masih punya segunung cerita sang Drummer yang ingin dibagi;

"Oh, Phi minta maaf tidak menganggapmu sebagai temannya. Kupikir kamu itu, apa kamu tahu Tharn...."

"Tahu Phi, sudah tahu dia."

Pada awalnya, gadis di depannya bertanya dengan tidak yakin, tapi setelah mendengar jawaban dari Type, dia tersenyum dan menjentikkan jarinya, kemudian bicara;

"Benar, Phi sudah menduganya. Karena aku tidak pernah melihat Tharn membawa temannya datang kemari. Kecuali, Nong dari band lama...."

Type langsung sadar, karena Nong yang dimaksud pasti adik dari salah satu kawan di dalam band-nya yang lama...

Mantan pacar yang pernah dikatakannya.

"Setelah itu tidak pernah membawa siapapun selama setahun ini. Kemudian, membawa Nong datang kemari. Jadi Phi pikir, yah, karena menurut pandanganku saja... Pria tampan yang sedikit berbeda dari kami"

"Bukan Phi, yang seperti aku tidak bisa dibilang tampan. Dialah yang bisa disebut pria tampan"

"Oh, tampan kok, apalagi saat bersama, benar-benar serasi"

Phi Jet berbicara sambil menggodanya, membuat orang yang tidak berpikir dirinya tampan hanya tersenyum canggung. Meskipun begitu alisnya terlihat terjalin sejenak, kemudian menenggak habis alkohol di hadapannya. Tapi dia cukup terkejut... Karena merasa tidak begitu kecewa seperti saat pertama kali datang.

Entah, mungkin karena mendengar kalimat... Setelah itu tidak pernah membawa siapapun selama setahun ini?

"Apa yang sedang Phi bicarakan pada temanku?"

Kali ini pria yang baru saja digosipkan berjalan mendekat sambil tersenyum, meskipun kedua matanya terlihat sudah memerah tapi kakinya masih tetap bisa berjalan dengan tegak. Gadis yang menyesap gelasnya memalingkan wajah untuk menatapnya, terlihat sedikit lelah dengan setengah gelas alkohol yang masih tersisa ditangannya. Dia tertawa kemudian berdiri dari tempatnya duduk, membiarkan si pemilik tempat kembali duduk di posisinya.

"Penekanan kata 'teman' benar-benar hebat"

Phi Jet berbicara pada Tharn, kemudian menatap dengan jelas ke arah anak dari wilayah selatan itu sejenak.

"Sekarang, Dia hanya ingin menjadi temanku"

"Oh, sepertinya Phi sedang mendengar sesuatu yang bagus. Menghapus masa lalu, kemudian melakukan pendekatan dengan seorang pria tampan. Phi mengharapkan kesuksesan seseorang"

Phi Jet tertawa dengan keras, tapi Type kembali menatap tajam pria di hadapannya, dia bahkan memperingatkan Tharn dengan berseru sambil menendang kakinya di bawah;

"Tharn!"

"Oh, sebaiknya Phi tidak mengganggu lagi. Sebagai seorang pengasuh bayi, hanya merasa bersyukur telah mendengar berita membahagiakan ini"

Setelah berbicara, Phi Jet pergi meninggalkan mereka. Dia bahkan tidak sadar baru menjatuhkan bom pada seseorang. Thara hanya tertawa lembut melihat ini, jelas dia mungkin sudah mabuk karena minuman keras.

"Ayolah, kamu ingin jadi teman 'kan. Saat ini aku temanmu"

"Kamu sepertinya sedang membuat kesalahpahaman"

"Di sebelah mana?"

Kamu ini, minum sampai mabuk dan bertingkah sangat menjengkelkan sekali

Type menatap pria yang selalu tersenyum saat melihatnya. Saat ini sebuah lagu baru mengalun, sedangkan gelas baru tiba di atas meja. Di saat yang sama Tharn mengirimkan kode-nya menyuruhnya untuk mendekat, lalu bicara;

"Apa kamu ingin tahu, saat datang tadi apa yang Phi Jet bisikan padaku?"

Type merasa penasaran. Awalnya dia tidak percaya dengan si pemabuk itu, tapi rasa penasarannya ini lebih besar, sehingga dia memajukan tubuhnya untuk mendengarnya berbisik;

"Phi bertanya, benarkah kita tidak sedang berpacaran, setelah itu..."

Type memajukan tubuhnya lebih dekat, karena dia tidak bisa mendengar dengan jelas kalimatnya. Sampai pada akhirnya dia bisa merasakan nafas hangat yang menyebar di wajah, bercampur dengan bau alkohol, terasa hangat di bagian pipinya. Pandangan kedua matanya seolah mengabur. Suasana yang ada di dalam restoran membuat Thiwat merasa aneh.

Meskipun pria dihadapannya tersenyum, pandangan mata, bahkan suaranya, serta musik yang mengalun di kejauhan, segalanya membuatnya tersenyum...

"Phi Jet bertanya, apa aku benar-benar melihatmu sebagai teman?"

Cub

"! ! !"

Anak muda di hadapannya terdiam di tempatnya saat sebuah bibir hangat menyentuh bibirnya. Keduanya tidak kehilangan apapun dan hanya saling berciuman. Hanya ciuman dangkal. Sentuhan bibir sederhana satu sama lain, akan tetapi mampu membuat tubuhnya gemetar, sedangkan jantungnya berdetak dengan begitu hebat.

Asam, lembut, ringan dan sedikit manis

Setelah sejenak, Tharn menjauhkan sedikit wajahnya, tersenyum lembut padanya kemudian berbisik...

"Kamu adalah teman... Tapi, adakah teman yang menginginkan ini"

Setelah selesai berbicara, Thara mendekatkan wajahnya, kemudian menyentuhkan bibirnya yang hangat sekali lagi. Meskipun begitu, kali ini bukan hanya sentuhan sederhana dan menjauhkan wajah. Tapi sedikit mengulum, terasa manis, begitu lembut. Rasanya seperti mencium bunga... Terjadi cukup lama.

Saat merasakan sentuhan kali ini Type menyalahkan dirinya, karena telah membuat dirinya mabuk dan tetap di tempatnya, membiarkan pria itu menciumnya.

Pada awalnya, Type percaya bahwa hanya tidur bersama bisa membuat pria itu menjadi temannya. Tapi saat merasakan ciuman ini, dia mulai mempertanyakan dirinya dan mulai sependapat dengan ucapan yang Tharn lontarkan...

Apa mereka benar-benar hanya berteman?

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 41.6K 33
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.9M 107K 129
Selesai . Ketika Qiu Zinan lulus dari sma tiga tahun yang lalu, dia pergi ke bar dengan teman-temannya. Dia menyamar sebagai seorang gadis dan bertem...
576K 50.9K 84
Judul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zha...
2.1M 9.8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...