Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis
2. Tidur Bersama Tala
3. Menangis di Pelukan Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
9. Hujan Punya Cerita
10. Sedihnya Tanpa Alasan
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
21. Waktunya Maaf-Maafan
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang

4.2K 478 128
By twelveblossom

Disukai oleh nabastalae, theobeabeobeabeolizzyadairlim, rosemaryme, ariadnaarkadewi, wiraadyasta, javaschatu, dan 5.977 lainnya.

Jaspertidakuper main tembak-tembakan air dor dor dor bersama tante-tante PKK RT 002. Terima kasih inibeneranbunda sudah mengajak Jasper main.

Lihat semua 1.236 komentar ....

Lizzyadairlim Oh jadi ini alasan anak cebong tidak hadir hari ini. Pantesan seharian tidak muncul batangnya.

Lucaslim batangnya siapa Liz?

Theobeabeobeabeo yang berdiri tegak tapi bukan keadilan Lucaslim.

Javaschatu Yang menonjol tapi bukan bakat Lucaslim.

Wiraadyasta Yang keras tapi bukan coco jelly drink.

Lizzyadairlim Coco jelly drink mah lembek Bang Wirtuwir Wiraadyasta.

Nabastalae Felicia, kamu ngetiknya kurang lengkap.

Lizzyadairlim Iya Mas Tala maap. Batang hidung bukan batang yang lain Nabastalae.

Lucaslim pawangnya datang.

Damaranaklangit takut ada Mas Tala.

Jaspetidakuper [KLARIFIKASI] SAYA TIDAK PUNYA BATANG KARENA SAYA BUKAN POHON PISANG, POHON SRIKAYA, POHON MANGGIS, POHON NANAS, POHON JAMBU, POHON CEMARA, POHON MARKISA, POHON JERUK, POHON RAMBUTAN, POHON DURIAN, POHON NANGKA, DAN POHON MANGGA PAK SULAIMAN.

Inibeneranbunda Sama-sama anak bunda besok ada arisan sama Tante Milea ikut yah. Lumayan hadiahnya kompor gas.

Tantemilea Oh ini toh bunda yang katanya anak muda ganteng dan tidak dzalim. Saya mau yang kayak begini satu buat anak saya. Kapan open PO? Saya mau order.

TanteSusiAerobik Nak Jasper punya kesibukan baru, pantesa jarang ikut senam. Tante sedih.

Tantegemasyanglain Apa perlu kita demo biar Nak Jasper ikut senam lagi? Tamtesusiaerobik.

Jaspertidakuper tante-tante sabar ya, saya hanya satu tidak ada duanya. Yang ingin berjumpa dengan saya, mohon antri baris berbaris.

-oOo-


Aku adalah penulis. Aku sudah membuat pernyataan itu ketika bab pertama dari cerita ini dimulai. Aku menulis tentang romansa romantis antara laki-laki dan perempuan. Aku menulis segala hal indah yang didapatkan dari mencintai. Meskipun, aku tidak pernah menerima atau memberikan hatiku sebesar para tokoh itu mencintai karakter lainnya dalam cerita.

Aku butuh banyak waktu untuk merenungkan apa saja yang hendak kutulis. Aku bisa seharian berada di kamar hanya untuk menulis satu bab yang tidak lebih dari seribu kata. Aku juga kerap terdiam tiba-tiba ketika inspirasi datang padaku. Aku melakukan itu kadang di rumah atau di tempat lain yang membuatku nyaman.

Kini aku memiliki tempat paling nyaman untuk sekedar melamun. Ashley’s Cafe nama tempat itu. Jasper yang mengenalkan aku pada kafe yang letaknya jauh dari keramaian. Setelah kunjungan pertamaku ke sini, aku mulai datang lagi hari berikutnya-tanpa Jasper, melainkan bersama Margo. Kami makan siang di sini, sembari menyelesaikan bahan presentasi untuk rapat berikutnya. Tidak terasa kami bekerja sampai menjelang sore.

“Jasper tidak mengikuti Anda hari ini.”

“Dia sibuk,” aku menjawab datar sambil mengetik tambahan bahan tulisan.

Pada jam kantor Jasper terkadang punya urusan sendiri. Dia ijin beberapa kali untuk menangani sesuatu dengan adiknya―Georgia Suh atau pergi jalan bersama tante-tantenya. Aku yang tidak peduli pun hanya mengiyakan asal Jasper sudah siap menjemputku saat pulang kantor.

“Margo, kamu balik kantor duluan saja,” kataku saat jam pulang tinggal beberapa menit lagi. Well, kami sebenarnya bebas bekerja di mana pun, asal presentasi ini selesai. Hanya saja, aku ingin sendiri sekarang saat hari mulai gelap. “Aku butuh waktu lebih lama di sini untuk menulis buku baruku,” aku melanjutkan.

“Baik, Nona Felicia. Apa saya meninggalkan mobilnya di sini?”

Aku menggeleng. “Bawa saja, aku nanti akan meminta Jasper menjemputku di sini.”

Margo menurut, dia pamit tepat pada pukul setengah lima sore. Aku tetap di sini dengan pudding stroberi yang sisa separuh dan secangkir cokelat hangat. Aku mengamati lampu-lampu yang mulai menyala karena mendung menjadikan langit cepat gelap.

Kenapa setiap aku datang ke sini selalu mendung? Seakan tempat ini dan langit ingin bercerita soal kesedihan.

Jariku memutar cincin dari Nabastala, berhenti sejenak mengetik cerita. Aku sedang merangkai kisah kelanjutan dari ‘Terbangkan Aku ke Bulan’. Mungkin judulnya bisa lebih konyol lagi jika jilid duanya ‘Terbangkan Aku ke Matahari’, jadinya series Langit. Tapi, aku bingung apa lagi yang ingin aku ceritakan saat aku sudah membunuh tokoh utama pada cerita pertama?

Apa aku perlu berkisah soal kesedihan si tokoh laki-laki yang jahat itu? Tapi, mencintai bukan hal yang jahat. Hanya saja ... cara menunjukkan cinta terhadap sesuatu yang terlalu berlebihan kadang secara tidak sadar membuat manusia menjadi jahat dan egois.

Aku mengetuk-ngetuk meja, mencari inspirasi.  Netraku jatuh memandangi taman bunga Ashley’s Cafe yang terbingkai di jendela besar. Aku memindai orang-orang yang datang dan pergi dari sini. Ada yang bersama kekasih, ada yang membawa tas besar, ada yang menenteng kotak kue dari kafe, ada yang menangis―mungkin baru putus, dan ada yang berjalan dengan sangat rupawan masuk ke lobi utama kafe.

“Mas Tala,” aku mengenali orang itu.

Tala berjalan santai. Dia mengenakan kemeja biru favoritnya dan melambai ke arahku. Tala tersenyum simpul.

“Selamat sore, Felicia,” sapanya yang langsung membuatku menutup Macbook. Jelas, aku tidak akan berkonsentrasi menulis jika manusia seindah Tala berada di hadapanku.

“Mas Tala, kenapa bisa tahu aku di sini?”

“Margo memberitahuku.”

Aku hanya memberikan O bulat. Aku sedang salah tingkah sekaligus kikuk karena kedatangan Tala yang begitu mendadak. Bisa dibilang ini tempat rahasia antara aku, Jasper, dan Margo. Tala menjadi orang ke empat yang tahu, markas besarku. Mungkin akan ada orang ke lima, enam, dan seterusnya sampai Ashley’s Cafe berisi banyak orang yang aku kenal. Aku tidak suka begitu.

“Mas Tala tidak boleh mengajak orang lain ke sini,” kataku.

“Kenapa?”

“Aku tidak suka Ashley’s Cafe menjadi terlalu rame.”

“Aku bisa mengosongkan tempat ini sekarang,” timpal Tala. Dia lantas melambaikan tangan kepada pramusaji. “Clarin,” panggil Tala sembari tersenyum.

Tala mengenal pramusaji Ashley’s Cafe itu artinya bukan kali pertama Tala kemari, aku menyimpulkan demikian. Sementara netraku melotot, menghakimi Tala.

Pramusaji muda yang cantik itu menuju ke meja kami. “Nabastala, lama tidak ke sini. Apa ada yang bisa saya bantu?”

“Kosongkan tempat ini,” perintahnya tanpa banyak basa-basi.

“Kamu mengenal Tala?” Aku masuk dalam obrolan mereka.

“Nabastala pemilik Ashley's Cafe,” jelas Clarin sebelum undur diri untuk mengabarkan bahwa Ashley’s Cafe tutup lebih awal kepada pengunjung lain.

“Mas Tala tidak pernah cerita soal kafe,” aku menghardiknya.

Tala melejitkan bahu. “Kamu juga tidak pernah bertanya.”

Hah. Masalahnya, Jasper pernah berkata pemilik kafe menghadiahkan tempat ini untuk kekasihnya―bahkan hendak melangsungkan lamaran.

Sial. Apa aku selama ini tidak tahu kalau Tala ingin menikah dengan perempuan?

Setahuku dulu saat mengambil spesialis di Singapura, Tala digosipkan (Bang Lucas yang memberitahu) dekat dengan pasiennya. Namanya Kirana Carissa, aku pernah melihat foto perempuan tersebut dan memang cantik sekali. Namun, Tala sendiri tidak pernah cerita soal Kirana kepadaku. Tala hanya tersenyum ketika aku menanyakan kelanjutan hubungannya. Sampai pada suatu saat aku mendengar, mereka putus. Elah, kapan pacarannya tiba-tiba putus? Hm, mungkin karena Tala ini kan tidak suka perempuan, jadi dia tak  tahan harus pura-pura berkencan.

Tapi ... kalau menghubungkan pernyataan Jasper soal pemilik kafe ini hendak melamar di sini. Jangan-jangan mereka masih berhubungan dekat. Terus Tala akan berubah pikiran untuk menikahiku. Gawat!

Aku tidak menyangka Tala sudah ada pada tahap akan melamar Kirana Carissa. Rana yang  selalu membuatku iri karena dia pernah menjadi kekasih resmi Tala.

“Kirana apa kabar, Mas Tala?” aku tiba-tiba menanyakan hal itu, sekedar mengetes mereka masih berhubungan atau tidak.

“Dia baik,” jawab Tala lalu memandangku. “Kenapa kamu menanyakan kabar Rana?” Alis Tala bertaut.

“Seharusnya aku yang tanya, kenapa Mas Tala masih berhubungan dengan Kirana?”

“Felicia, kami berteman.”

Aku mendengus. “Mantan tidak akan pernah bisa berteman. Pasti kalian membahas masa lalu, terus flashback dulu ngapain saja kayak ABG!”

“Kamu cemburu,” itu pernyataan dari Tala.

“Enggak lah!” Aku masih ngegas.

“Mas Tala yang menghubungi Kirana lagi―“

“―Oh, jadi yang ganjen Mas Tala,” aku memotong.

Tala tersenyum. “Kenapa kamu jadi berubah pikiran? Dulu bukannya kamu yakin kalau aku sukanya sama laki-laki.”

OH, IYA.

“Ya, siapa tahu Mas Tala turn on kalau sama Rana.”

“Gak bisa.”

Aku terkejut dengan ekspresi berlebihan. “Astaga naga, demi langit, bumi, dan seisinya. Manusia secantik Rana enggak bisa bikin hawa nafsu Mas Tala naik?!”

Tala tertawa lagi. Dia mengubah posisi duduknya. “Kamu lebih cantik dari Rana,” katanya lagi menggodaku.

Aku langsung mengibaskan suraiku yang indah. “Itu sudah jelas,” balasku congkak.

“Jadi, kamu tidak perlu cemburu dengan Rana.”

“Oke, toh Rana tidak pernah mencium Mas Tala sedangkan aku pernah.”

“Siapa bilang?” Tala menyeringai.

Aku langsung mencondongkan badan. “Mas Tala, serius.”

“Aku seratus persen dalam keadaan serius, Felicia.”

Aku langsung murung. Mataku menatap Tala penuh kesal. “Ya terserah, paling tidak kamu melakukan hal intim dengan perempuan bukan laki-laki.”

Exactly right.”

Aku bersandar di kursi, fokus menjadi Felicia yang tenang. “Jadi, siapa yang Mas Tala ingin lamar?”

“Lamar?”

“Kata Jasper begitu, pemilik kafe membangun tempat ini untuk kekasihnya.”

Tala mengangguk-angguk seolah itu informasi baru baginya. “Mungkin pemilik Ashley’s Cafe sebelumnya berniat begitu. Aku membeli tempat ini darinya.”

“Siapa?”

“Sambara Rawindra,” kata Tala sambil menatapku intens seakan dia menunggu respons dariku.

Oalah.”

“Hanya oalah?” Tala bingung dengan caraku menanggapi.

Memangnya, aku harus bagaimana? Terkejut? Apa zoom in dan zoom out kayak sinetron naga terbang? Jadi, aku biasa saja―justru dengan santai menyendok pudding stroberi lalu memakannya penuh-penuh.

“Apa kamu tidak ingin tahu cerita tentang Sambara?” tanya Tala lagi, mungkin dia geram dengan sikapku yang acuh tak acuh.

“Tidak.”

Jujur, aku muak pada segala hal mengenai Sambara yang dikaitkan padaku. Semua hal yang ada di sekitarku kerap berhubungan dengan Sambara. Memangnya, Sambara memiliki seluruh alam semesta? Bete.

“Kamu akan menyesal,” timpal Tala singkat dan padat.

Aku cemberut. “Aku tidak ingin diikuti hantu Sambara lagi. Kepalaku sering pusing kalau mendengar namanya.”

Tala tidak langsung menjawab karena Clarin membawakan secangkir cokelat panas untuk Tala. “Thank you, Clarin.”

Anytime, Nabastala,” ujar Clarin kemudian berlalu.

“Clarin tahu kesukaan Mas Tala bahkan sebelum Mas Tala pesan,” aku mencibir.

Kenapa ya setiap ada perempuan yang berinteraksi dengan Tala rasanya aku marah?

“Clarin itu tahu segalanya.”

“Aku juga tahu segalanya tentang kamu, Nabastala,” tukasku tidak ingin kalah. Bahkan memanggil Tala dengan Nabastala plus nada serupa Clarin. Tentu saja, suaraku lebih merdu daripada Clarin.

“I know, Sugar. I know.”

Great,” balasku. Aku menatap Tala yang tampak menikmati lampu-lampu gantung berbentuk bintang. “Jadi, apa yang terjadi dengan lamaran Sambara?” aku memulai topik karena ingin mengambil perhatian Tala kembali.

Anggap saja aku tidak punya pendirian. Tadi aku yang tidak suka berkaitan dengan Sambara, kini justru aku yang mengungkitnya. Plin-planku ini terpacu karena Tala dan ekspresinya.

Tala mengagumi setiap detail Ashley’s Cafe. Mungkin bibirnya tidak bicara soal itu. Hanya saja, sorot matanya ... dia terlihat menanti cukup lama untuk datang ke sini lagi. Ada kerinduan akan sesuatu.

Aku dapat mendengar helaan nafas dari Tala ketika dia menjawab, “Sambara tidak jadi melamarnya karena perempuan itu mencintai pria lain,” terang Tala.

“Jahat, padahal Bara sudah menyiapkan Ashley’s Cafe yang begitu indah,” aku memberikan pendapat. “Kenapa Bara tidak mencobanya?”

Tala tertawa kecil. “Apa kamu pikir perasaan ditolak itu bisa diterima semua manusia, Felicia? Mungkin, orang lain yang biasa tertolak―tidak diinginkan seseorang adalah  hal   yang biasa. Namun, akan berbeda jika itu Bara. Dia memiliki segalanya, Bara akan merespons  itu sebagai pukulan yang besar dan melukai harga dirinya―“

“―Apa Bara menjadi semacam psikopat begitu?” Aku memotong karena agaknya pembicaraan ini menjadi menyeramkan. “Seperti di series pembunuhan, dia mengejar mantan kekasihnya lalu berniat memutilasi. Ih seram, Mas Tala.” Aku masih mengoceh sementara Tala geleng-geleng kepala.

“Bara terlalu baik untuk menjadi begitu. Kamu lebih mengenalnya daripada aku.”

Aku menggeleng. “Mas Tala, aku tidak tahu Bara. Dia hanya sekedar … aku tidak tahu. Bahkan wajahnya saja aku tidak ingat. Otakku melabeli Sambara sebagai pria rupawan yang dikagumi banyak orang.” Aku menggigit bibirku. “Mungkin dia adalah sekian banyak manusia yang kulupakan. Aku tidak ingin mengingat sesuatu yang sudah kulupakan. Karena lupa bisa menjadi caraku untuk sembuh.”

Entah, aku tidak mengerti alasanku berkata demikian. Aku hanya tak ingin terlalu berusaha. Jika, benar Sambara Rawindra adalah bagian dari ingatanku yang berharga maka tidak seharusnya aku menghapusnya. Lantas, aku melupakannya itu menjadi bukti Sambara Rawindra tidak cukup berharga untuk tinggal.

“Apa kita seharusnya membicarakan hal lain, Mas Tala?” tanyaku kembali karena Tala hanya diam. Ada rasa bersalah dalam sorot matanya. Aku mencoba tersenyum simpul kepada Tala lalu menggenggam tangannya. “Mas Tala mungkin bisa membahas soal pernikahan kita. Apa aku perlu diet agar kelihatan langsing saat mengenakan gaun pengantin?”

“Tidak perlu, kamu sudah sangat cantik sekarang,” Tala pada akhirnya bersuara. “Aku lupa bilang jika kita akan menggunakan jasa wedding organizer milik Kirana Carissa. Itu alasanku menghubungi Rana kembali,” imbuhnya.

“Kenapa harus Rana?” aku menghardiknya.

“Karena selama ini kamu ingin bertemu Rana. Bukannya kamu ingin memastikan jika Rana tidak lebih baik dari Felicia Lim?”

Kalimat terakhir yang dikatakan Tala adalah awal dari negara api menyerang. Aku meliriknya tajam dan memutuskan untuk menabuh genderang perang.

Oke, jika Nabastala Urdha Ekadanta menantangku untuk bersaing dengan Kirana Carissa aku akan menerimanya. Tala pasti akan membandingkan aku dan Kirana. Kita lihat saja siapa yang menang.

-oOo-

Halo semuanya, aku up dengan perbincangan Tala dan Lizzy yang super singkat. Hehehe.

Aku ingin memberi pengumuman kalau cerita ini akan aku privat untuk part 12 jadi yang belum follow akun ini lekas follow yah wkwkwk.

Oh ya dan aku ingin tahu, siapa tokoh favorit kamu di cerita ini?

Daaaannn ...

Sampai jumpa di part selanjutnya! Bye bye.

Continue Reading

You'll Also Like

55.2K 6.5K 67
Empat Adik kakak tidak sedarah kembali beraksi, kembali ke masa Kuliah, dan menyelesaikan banyak masalah di kalangan Mahasiswa!! Apa mereka akan ikut...
1.6M 207K 39
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] BELUM DI REVISI!! SEBAGIAN PART SENGAJA DI HAPUS!!🙏🙏 PLEASE YANG BACA CERITA INI KALAU UDAH TAU ENDINGNYA JANGAN SPOIL...
6.9K 658 15
Menikah hanya karena dasar saling cinta belum tentu bahtera rumah tangga akan awet. karena perasaan cinta punya tanggal kadaluwarsa, menikahlah jika...
144K 8.3K 29
‼️[ Just Brothership! ] ‼️ "Uzel sayang kalian," Celetuk pemuda manis dengan tangan yang memeluk tubuh sang daddy erat, namun matanya bergulir menata...