My Sexy Lady

By miss_l_novel

404K 4.1K 276

21+ Hot Story Bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usiamu. Erika membuka matanya, dia sudah lela... More

1. Ada Maling
2. Salah Sangka
3. Tanggung Jawab
4. Brondong Nekat
5. Tak Ada Yang Mau Mengalah
9.Bersama di Apartemen
14. Perkelahian
22

6. Lebih Bahagia

19.9K 521 22
By miss_l_novel

3 hari kemudian

Tanpa terasa waktu terus berlalu, Alden selalu saja datang untuk mengantar dan menjemput Erika dengan motor sportsnya. Sampai ia sudah tidak lagi menggunakan rok mini lagi jika ke kantor digantikan dengan celana panjang.
Seperti saat ini Alden menjemputnya untuk makan malam bersama.

"Al, lo hari sabtu ada acara ga?" tanya Erika.

"Hmm, kenapa? Apa lo mau ngajak gue malam mingguan berdua?" Alden balik bertanya ke Erika.

"Idiih, lo yaa kebiasaan deh. Kalau gue nanya pasti nanya balik bukannya kasih jawaban gitu." Erika mengerucutkan bibirnya.

"Hehehe sorry deh. Jadinya lo mau gimana?"

"Begini Al besok sabtu tuh staf gue mau kawin. Lo temenin gue ya kondangan."

"Ok."

"Pakai pakaian resmi ya."

"Ok."

Senyuman langsung merekah di pipi Erika. Akhirnya, ia tidak akan dikatain jomblo abadi lagi sama Devi, rekan kerja sekaligus teman baiknya yang selalu membantu dan mendukungnya.

****

Waktu sudah menunjukan jam empat sore, Erika bersiap-siap untuk kembali ke apartemennya dan menunggu jemputan Alden. Ia mencari ke sana sini keberadaan Alden, tapi belum terlihat motor milik pria hidung bangir itu.

"Udah jam 5 kok Al belum datang ya." Erika melihat arloji di tangan kirinya.

Semakin lama membuatnya kesal menunggu Alden yang sampai pukul enam sore belum datang menjemputnya. Tiba-tiba ia teringat kalau tidak mengetahui nomor telepon Alden.

"Astaga gue udah 3 hari ketemu sama Al, kenapa gue bisa lupa minta nomor ponselnya." Erika menepuk dahinya sendiri.

Erika memutuskan untuk kembali ke apartemennya tanpa menunggu Alden lagi. Begitu tiba di apartemennya dan ingin menghubungi Alden, tapi kebingungan sendiri tidak mengetahui nomor ponsel pria tersebut.

"Apa gue hubungi Erik aja yaa, tapi alasannya apa?" Erika makin kebingungan sendiri.

Akhirnya, ia pun menghubungi Erik dengan alasan mencari Alden untuk meminta maaf karena dulu sudah menuduhnya sebagai maling dan juga memberikan pulsa pada adiknya tersebut. Walaupun, ia tahu alasannya tidak masuk akal, tapi demi rencananya agar hari sabtu ia ada yang menemani datang ke pernikahan mantan kekasihnya, Joshua dan Bella, stafnya di kantor.

"Astaga perjuangan banget sih dapetin nomor si Alden," ucapnya penuh rasa syukur akhirnya bisa mendapatkan nomor telepon genggamnya, Alden.

"Telepon ga yaa." Erika menjadi ragu sendiri berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. "Aduh, kok gue jadi deg-degan begini."

Ia menghembuskan napasnya. "Baiklah gue harus telpon dia daripada ntar gue diledekin jomblo abadi."

Suara telepon berbunyi bersamaan dengan jantungnya juga ikutan berdegup kencang. Panggilan pertama tidak ada jawaban dari ponsel Alden begitu juga dengan panggilan kedua masih juga sama.

"Coba sekali lagi deh kalau ga diangkat juga berarti dia merasa terganggu," ucapnya memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Panggilan telepon ketiga berhasil dan diangkat.

"Hallo," sapa seorang wanita.

Deg! Jantung Erika berdegup saat mendengar suara seorang wanita di balik telepon.

"Hallo, siapa ini?" tanya wanita lagi.

"I-iya maaf apa ini nomornya, Alden," ujar Erika gugup.

"Iya ini nomornya, Alden. Ini siapa ya?"

"Apa Alden ada?"

"Alden ada, tapi lagi mandi."

Mendengar Alden sedang mandi, entah mengapa membuatnya merasa sakit hati.

"Hallo kok diam aja. Kamu siapa ya?" tanya wanita itu lagi.

Erika menghela napasnya. Ia sudah tak memiliki semangat lagi untuk berbicara dengan Alden dan langsung memutuskan sambungan telekomunikasi mereka.

"Apa itu pacarnya si Al?" raut wajah Erika berubah menjadi sedih. "Kalau Al sudah punya pacar, tapi kenapa kejar-kejar gue, terus ngapain nembak gue, terus ngapain cium gue. Brengsek juga nih orang!"

Erika memutuskan untuk memilih tidur saja, dia lelah, marah, dan kecewa.

******
Pagi ini Erika berangkat ke kantor dengan tak bersemangat, entah kenapa ia merasa kecewa saat tau Alden ternyata punya kekasih.

"Akh, masa cuman gara-gara si brondong yang baru ketemu beberapa kali aja sih. Ga mungkinlah aku suka sama tuh bocah," ucapnya mencoba untuk menyakinkan dirinya sendirix

Tok... tok...
Suara ketukan pintu membuatnya menoleh sesaat ke arah pintu.

"Ka, gimana jadikan hari minggu besok datang bawa kekasihmu? Ini udah hari jumat loh," ucap Devi dengan semangat.

"Tenang aja aku pasti datang," ujar Erika dengan senyum kecut.

"Hmm... aku jadi penasaran nanti kamu datang sama cowok siapa ya."

"Idiih, pengen tau aja sih."

"Memangnya salah kalau aku mau tau."

"Rahasia."

"Ka, kasih tau dikit aja. Aku ga akan kasih tau orang lain dan akan tetap jadi rahasia."

"Yang namanya rahasia akan tetap jadi rahasia."

"Ayolah Ka, jiwa kepoku meronta-ronta nih."

"Emang gue pikirin." Erika beranjak dari kursinya untuk menuju ruang rapat.

Sepanjang rapat dalam kantornya, ia tidak fokus dengan jalanny rapat. Pikirannya terus melayang mengingat Alden. Ia bingung harus bagaimana menemui Alden, apakah harus berhenti menghubungi pria tersebut karena sudah memiliki kekasih. Jika memang Alden sudah memiliki kekasih tak mungkin ia mempermalukan dirinya sendiri dengan merebut kekasih orang lain.

Dengan perasaan bimbang dan ketidak pastian, ia memutuskan untuk datang sendiri ke acara pernikahan Bella dan Joshua. Lebih baik ia mendapatkan julukan jomblo abadi daripada harus mempermalukan dirinya sendiri memohon pada Alden.

******
Seorang wanita mengenakan gaun berwarna ungu dengan potongan kerah sabrina yang memperlihatkan bahunya tampak anggun di depan cermin. Erika memoleskan lipstik warna nude dan sapuan bedak chuison senada di pipi putih mulusnya. Tak lupa memberikan sentuhan akhir blush on peach di kedua pipinya.

Erika menghela napasnya dengan berat. Ia berharap agar nanti kuat menghadapi bermacam-macam mulut manusia yang akan menanyakan,
'ke sini sama siapa'
'ke sini sendirian ya'
'Kapan kamu nyusul?'
Dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang membuat kupingnya memerah menahan kesal.

Namun, ia juga tak patah semangat. Ia sengaja memakai make up yang cukup tebal, tapi natural agar bisa memikat pria yang nanti datang ke acara pernikahan. Siapa tau di sana bisa berkenalan dengan pria yang masuk dalam kriterianya. Kaki jenjang yang mengenakan high heels berwarna ungu muda semakon memperlihatkan pesonanya, melangkahkan kakinya menuju lift loby apartemennya.

Saat berada di bawah ia mengernyitkan dahinya. Tiba-tiba ada sebuah mobil ferari berwarna merah cabe berhenti tepat di depannya. Ia melirik kesamping mobil, siapa tau ada keluar dari mobil tersebut, tapi tak kunjung ada yang keluar juga. Ia jadi bingung sendiri mobil siapa ini?

Matanya terbelalak saat melihat seorang pria tampan keluar dari kursi mengemudi. Pria itu mengenakan stelan jas lengkap dengan dasi panjang dan rambut berpotongan resmi semakin memperlihatkan ke tampanan lelaki mempesona itu.

"Alden?" ucap Erika tak percaya. Alden tampak begitu berbeda dari sebelumnya.

"Hai cantik. Merindukan aku?" Alden tersenyum menggoda.

Erika benar-benar tak percaya kalau pria yang sudah menghilang selama 3 hari tersebut sekarang berada di hadapannya. Ia mengangkat tangan kanannya dan mendarat ke pipi kiri pria muda tersebut.

Plak!
Erika terkejut tangannya menapar pipi Alden. Begitu juga dengan Alden. Pria tampan yang pipinya sudah merah tersebut sama terkejutnya dengan Erika, ia tak percaya kalau wanita cantik itu menaparnya.

"Astaga, maaf Al, gue... gue ga sengaja, Al. Lo sih bikin gue kaget aja jadilah gue refleks nampar pipi lo." Erika menghampiri Alden dan memegang wajahnya.

"Lo kaget dan refleks nampar gue?" Alden menggelengkan kepalanya. "Memang luar biar yaa refleksnya lo."

"Bukan gitu Al. Gue bener-bener ga sengaja. Cup!" Erika mengecup pipi kiri Alden.

"Masih sakit ga?" tanyanya.

Dug... dug... dug...
Suara degupan jantung Alden berdetak kencang. Mulutnya ternganga saat Erika mengecup pipi kirinya. Bekas tamparan yang dilakukan wanita itu seakan lenyap tergantikan oleh bunga-bunga plastik yang berkembang di hatinya.

"Masih sakit kah?" Erika bertanya lagi. Alden menganggukan kepalanya.

"Serius? Ayo ke atas dulu aku kompres yaa." Erika mengajak Alden ke dalam unit apartemennya.

"Ga apa-apa kok. Kamu khawatir yaa sama aku." Alden tersenyum tulus menatap Erika.

"Hmm..." Erika jadi malu sendiri harus berkata apa. Alden mengerti kalau wanita di hadapannya itu malu untuk mengakui perasaannya dan tersenyum, "Ana, maaf yaa aku terlambat."

Erika menganggukan kepalanya dan Alden membuka pintu ferari merahnya mempersilahkan wanita bergaun ungu tersebut masuk ke dalam mobil.

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 9.8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
559K 21.5K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...