Biology vs Diary

By Dhelsaarora

812 115 42

Ini tentang Marko Nervada Sigit, yang bingung akan pilihannya sendiri. Marko siswa jebolan olimpiade biologi... More

Biologi vs Diary | 1
Biologi vs Diary | 2
Biologi vs Diary | 3
Biologi vs Diary | 4
Biologi vs Diary | 6
Biologi vs Diary | 7
Biologi vs Diary | 8
Biologi vs Diary | 9
Biologi vs Diary | 10
Biologi vs Diary | 11
Biologi vs Diary | 12
Biologi vs Diary | 13
Biologi vs Diary | 14
Biologi vs Diary | 15
Biologi vs Diary | 16
Biologi vs Diary | 17
Biologi vs Diary | 18
Biologi vs Diary | 19
Biologi vs Diary | 20

Biologi vs Diary | 5

35 6 2
By Dhelsaarora

Tamvan-Tamvan Club

Yudha: panas, say, panas

Naldo: ini lambe turah napa lagi sih ah

Steby: obatnya abis

Awan: kalau panas buka sempak

Radja: Astaghfirullah akhi

Damian: @Marko @Leon maju kalian, papa ingin bicara

Steby: akuh merasa jijiq sahabat

Langit: kayaknya Leon sama Marko belum nyampe rumah

Hito: tuh anak dua kok belum nyampe? Udah hampir maghrib gini

Awan: gue malah takut mereka adu jotos di lapangan dekat masjid

Steby: wanjay

Naldo: yeee nggak usah mikir macam-macam lah, masa perkara cewek mereka ribut

Yudha: huhu, emangnya Naldo, berantem sama perasaan gengsi selalu

Naldo: cot

Langit: kalau Marko nongkrong di depan rumah Ulfa, kayaknya lagi nunggu kakaknya jemput

Yudha: jadi pengen ke rumah Ulfa, mau curhat sama minum pop ice bikinan dia, yang pake topping oreo

Steby: bangsta, aku ngiler. Otewe rumah tante Ulfa yok

Yudha: gaskeun

Hito: lama lama kalian gue jorokin ke sumur rumah nenek gue dah, fokus dulu napa

Awan: fokus fokus trulala

Naldo: ini Leon yang nggak ada kabarnya anjir

Radja: hooh, gue jadi panik

*****


Bulan dan Ulfa menatap Marko dengan tatapan bingung.

"Cerita aja, lah. Kayak sama siapa aja," kata Bulan menopang dagu.

Kebetulan Bulan lumayan sering nongkrong di rumah Ulfa, begitupun dengan Marko. Sejak dulu Marko menunggu jemputan di depan rumah Ulfa yang dekat dengan pangkalan ojek dan juga becak motor.

"Hmm elah, pasti karena perkara di kelas tadi, iya 'kan?" tebak Ulfa yang langsung diangguki Marko.

Ulfa berdecak. "Sudah kudugong."

Bulan mengerutkan kening, meminum sirup jeruknya lalu menatap Marko. "Soal Kimmy sama Lovely? Urusannya sama lo apa, bambank?"

Marko mendengus. "Kalian ingat nggak kejadian beberapa hari yang lalu? Pas si Yudha setan bilang kalau gue naksir Kimmy gegara liatin tuh cewek?", tanya Marko. Kepala Ulfa dan Bulan mengangguk kompak.

"Sekarang aja teman cowok sekelas ceng-cengin gue sama Kimmy, menganggapnya gue beneran naksir Kimmy. Padahal hati gue sendiri masih milik kakak olimpiade," seloroh Marko membuat Bulan menunjukkan ekspresi jijik, pura-pura ingin muntah.

"Gue nggak percaya lo jebolan siswa olimpiade biologi," gumam Bulan membuat Marko tergelak.

"Kenapa lo menganggapnya jadi hal yang serius?", tanya Ulfa dengan senyum penuh arti. Marko menaikkan sebelah alis. "Maksud lo?"

Ulfa meminum pop ice rasa permen karetnya. "Kalau emang lo nggak naksir Kimmy, yah ceng-cengan anak-anak nggak usah bikin lo pusing."

Marko mengusap wajahnya kasar. "Gue nggak bisa jelasin kalau permasalahannya ada sangkut pautnya sama Kimmy. Gimana, yah? Gue tuh udah mulai merasa terganggu. Gue nggak naksir, tapi Leon teman gue. Kimmy sama gue lagi di ceng-cengin anak kelas. Terus, hari ini Kimmy malah ketahuan kalau dia suka Leon."

Bulan menghembuskan napas pelan. "Heh, Marko! Lo kenal Leon sejak kapan, sih? Lo sama Leon udah kenal sejak kelas dua SMP, udah lumayan lama. Lo tau sendiri 'kan Leon nggak minat sama hal semacam ini. Lagipula, gue tau banget sifat Leon. Gue sama dia bahkan temenan pas SD."

Kepala Marko menengadah. "Kalian benar. Semoga aja masalah ini cepat kelar dan berlalu. Gue sama Kimmy nggak ada apa-apa, seriusan deh."

Ulfa malah tertawa pelan. "Iya deh, iya. Tapi, gue masih penasaran, kenapa waktu itu lo liat-liatin Kimmy. Ngaku lo!"

Tubuh Marko menegak. Apalagi wajah kepo Bulan menambah tingkat kewaspadaan seorang Marko Nervada Sigit. Pemuda itu berdehem pelan. "Yah....gue liatin Kimmy karena tuh cewek kayak nyimpan banyak beban aja gitu. Pokoknya alasannya gitu, lah."

Marko menghindari tatapan Ulfa dan Bulan. Hingga tawa pelan Bulan pecah begitu saja. "Halah, itu mah memang dasarnya lo peduli sama Kimmy."

Peduli? Marko mengerutkan kening kala mendengar kata yang diucapkan oleh Bulan itu.

Marko rasa, kata itu terlalu tinggi jika penjabarannya menggunakan sosok Kimmy menjadi objeknya. Ia tidak peduli, Marko rasa ia hanya penasaran. Marko memilih tak mengelak. Ia tahu sendiri bagaimana perasaannya. Ia hanya akan peduli pada gadis yang ia sukai.

"Tapi gue masih penasaran, diantara Kimmy sama Marko, siapa yang bakalan baper duluan," celetuk Ulfa membuat Marko melotot.

"Lo ngebacot kayak nggak pake rahang. Siapa juga yang lain baper-baperan?"

Ulfa dan Bulan tertawa pelan melihat ekspresi Marko yang melotot sebal. Mata sipitnya membesar tiba-tiba.

"MARKO!"

Panggilan itu membuat tawa Ulfa dan Bulan terhenti. Mereka menoleh pada Miko, kakak laki-laki Marko yang kini sudah berada tak jauh dari rumah Ulfa.

"Gue udah dijemput. Gue balik duluan. Salam buat mama lo, Fa." Marko bangkit berdiri, berjalan mendekati kakaknya.

"Iya, ntar gue sampein." Ulfa ikut bangkit berdiri bersama Bulan.

"Makasih yah sudah temenin Marko nunggu," kata Miko pada Ulfa dan Bulan.

"Iya, kak." Kedua gadis itu menjawab kompak.

"Duluan, yah!" Marko berucap pada kedua temannya itu. Miko mengendarai motornya meninggalkan depan rumah Ulfa.

*****




Kimmy melempar tasnya asal ke atas tempat tidur. Gadis itu kini duduk sembari memeluk lutut didalam kamarnya. Ia sengaja pulang terlambat hari ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.55 saat ia baru saja tiba didalam kamarnya. Ia sempat urung kembali ke rumahnya dengan cepat, karena takut kesedihannya akan terlihat oleh ibu dan Fadel.

Diam-diam, setelah sekian lama Kimmy menangis. Terakhir kali ia menangis kala ayahnya masuk rumah sakit.

Kimmy jadi berpikir, apakah gadis sepertinya tidak boleh menyukai lelaki seperti Leon? Apa salahnya jika gadis sepertinya menyukai pemuda yang disukai temannya juga?

Bukan salahnya jika perasaannya tertuju pada Leon. Kenapa Lovely tega mempermalukannya di depan teman-teman yang lain?

Kedua tangan Kimmy terkepal kuat. Gadis itu menggigit bibir karena sakit hati. Ia akan malu setengah mati kala bertatap muka dengan Leon. Apalagi selama ini Kimmy mendekati Leon secara diam-diam, yang tentu saja tak disadari oleh pemuda dengan kharismanya super kuat itu.

Menyeka air mata dipipinya, Kimmy perlahan bangkit berdiri. Ia meraih tas sekolah yang sempat ia lempar di atas tempat tidurnya. Buku harian itu ada didalam sana. Kimmy kembali meraihnya, dan menatap buku harian itu dengan pandangan memburam. "Kayaknya gue nggak akan nulis apapun lagi di tiap lembar buku ini." Kimmy berkata dengan raut putus asa. "Karena semua yang gue simpan bertahun-tahun udah nggak ada gunanya lagi disembunyikan. Semua ini terjadi karena kebodohan gue sendiri."

Menggigit bibir bawahnya, Kimmy bangkit dan meletakkan buku harian itu di jejeran rak buku miliknya. Ia ingat, buku harian itu adalah hadiah ulang tahun dari ayahnya kala ia baru menginjak usia 13 tahun. Kimmy masih ingat jika ayahnya berpesan menjaga buku itu baik-baik, dan tentu saja Kimmy boleh menuliskan tiap keluh kesannya dibuku harian itu. Kimmy menutup kedua wajahnya, isak tangisnya mulai makin terdengar. "Ayah...," panggilnya sendu.

Bahu Kimmy bergetar. Berulang kali ia menggumamkan kata memanggil ayahnya.


*****





Marko mengecek ponselnya. Pemuda itu mendengus karena grup kelasnya kembali rusuh.

Kelas Akhir Zaman

Awan: assalamualaikum ya ahli kubur

Naldo: jahat

Awan: Astaghfirullah, Naldo, oh Naldo

Naldo: Wa'alaikumussalam -_-

Keke: Wa'alaikumussalam

Chynthia: Wa'alaikumussalam

Maya: Wa'alaikumussalam

Melati: Wa'alaikumussalam

Awan: @Lovely @Kimmy, sudah damaikah klean?

Marko: anjir, masih dibahas

Yudha: acikiwir, cowoknya Kimmy muncul gaes

Marko: -_-

Bulan: emang sih Awan itu biang dari segala kerusuhan

Awan: Bulan ma twins, sekira dikit dong sama akuh

Bulan: jijiq

Lovely: emang siapa yang lagi berantem?

Damian: HAYOLOH, AIH AWAN, BAPAKNYA PANJANG  KUMIS, DIPOTONG HARI KAMIS, MINUM SUSU MANIS, KELUAR KENCING MANIS

Steby: yah si Damian kumat astaga

Marko: apa tuh yang berkumis? Apa yang dipotong hari Kamis? Susu apa yang manis?

Awan: ya amsyong, Marko fiktor lagi

Radja: punya temen cowok nggak ada yang normal ckckck

Joya: rusuh banget tuh si Awan, anaknya Pak Burhan

Awan: ini anaknya Pak Supriady kayaknya benci banget sama gue:(

Damian: dulu sayang-sayangan, sekarang malah saling caci maki

Awan: cieilah, kakanda Damian cemburu rupanya, tenang, gue cuma suka sama Vita, kok

Joya: Damian malah ngebacot kagak pernah disaring. Inginku berkata kasar

Vita: masih gue pantau kelakuan lo yah Awan!

Awan: kenapa kamu datang datang langsung ngegas sih beb, aku kan tidak kuat dengan serangan-seranganmu

Vita: MUSNAH LO SANA

Marko menghela napas lelah. Tapi disisi lain ia lega karena pembahasan soal Kimmy dan Lovely tidak lagi berlanjut. Marko mengerjakan matanya yang sedikit lelah memandangi layar ponsel.

Hingga detik berikutnya Marko jadi terkejut sendiri mendapati grup kelasnya kembali heboh.

Kelas Akhir Zaman

Kimmy keluar

Damian: wanjay, kalian sungguh terlalu! Anak orang sampai keluar grup gitu

Yudha: gara-gara Awan neh

Awan: kok aku???

Naldo: yeu dasar tidak tahu diri, minta maaf lo sama

Keke: emang sih Awan tuh kebangetan gubloknya. Udah tau suasana begini bikin orang emosi aja!

Ulfa: @Bulan kembaran lo nih berulah mulu

Bulan: ntar gue laporin bapaknya

Ulfa: haha, rasakan kau Awan

Leon: kalo bercanda nggak usah keterlaluan! Nggak liat gara gara bacotan nggak berfaedah itu sampai ada keluar grup! Mikir kalau mau bercanda!

Leon menambahkan Kimmy

Kimmy keluar

Leon: gue nggak mau tau, masalah ini harus kelar!

"Hah?!"

Marko terdiam kemudian memandangi grup kelasnya itu. Kimmy... gadis itu sangat marah, itu sudah pasti.

Marko jadi uring-uringan sendiri. Ia malah kepikiran gadis itu sekarang. Tanpa berpikir panjang, ia mencari kontak Kimmy, dan mengirimkan pesan pada gadis itu.

Personal Chat | Kimmy Wafiza

Marko: Kimmy!

Kimmy: jangan sampai gue blokir lo!

"Anjir, balasnya cepet tapi pedes banget!" Marko menggelengkan kepalanya pelan dan meringis sendiri. "Kimmy yang polos-polos menyebalkan bisa ganas kayak anakonda begini!"

Belum usai dengan balasan pesan Kimmy, Marko dibuat terkejut karena grup lainnya itu turut heboh dan membuat gempar seisi anggota grup lain.

Tamvan-Tamvan Club

Leon: Awan! Keluar lo!

Marko menelan ludah susah payah. Jika Leon sudah marah dan emosi, maka tak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan diri dari amukannya. "Awan, lo bakalan habis sama Leon," kata Marko ngeri. Lalu melempar ponselnya diatas tempat tidur.






*****


Hai, terima kasih sudah mampir ke cerita Biologi vs Diary

Jangan lupa vote dan komentarnya

Salam hangat,
Dhelsaarora

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 382K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 65.7K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.5K 188 8
jangan lupa vomment yaa💕 Langsung baca donk^^ bahasa nonbaku
1.5M 69K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...