Felix kemusuhan! Dia ngambek. Pokoknya dia mogok bicara dan tidak mau menatap pemuda di sampingnya. Kenapa? Mari kita flashback sedikit saja.
"Changbin!"
Changbin dan Felix yang sedang asik berduaan di pinggir pantai sembari menyeruput es kelapa muda menoleh ketika mendengar teriakan seseorang yang memanggil salah satu dari mereka.
Seorang pemuda dengan kemeja motif bunga ala-ala anak pantai berlari ke arah mereka. Felix tidak mengenalnya sehingga ia hanya mengedikkan bahunya dan kembali sibuk dengan kegiatannya.
"Nanti clubbing mau tidak?"
Seketika Felix menoleh dengan ekspresi melongo. Pemuda manis itu bingung. Ia kira yang suka mengatakan hal semacam itu hanya ada di drama, ternyata di kenyataan juga ada. Maklum, Felix dan dua sahabatnya kan biasanya hanya heboh bermain ke taman hiburan. Tidak pernah terpikir untuk berkunjung ke tempat hiburan malam.
"Jam?" Tanya Changbin basa-basi.
"Tengah malam, biar lebih asik. Akan banyak wanita seksi juga disana. Sudah lama kan."
Changbin melirik ke arah Felix yang terlihat terkejut kemudian ia menelan ludahnya dan menjawab ucapan temannya.
"Aku tidak ikut."
"Loh, tumben? Biasanya paling semangat jika ada wanita seksi."
Kalau bisa, pasti Changbin sudah melempar temannya ke tengah laut. Ucapannya sangat tidak baik diucapkan di depan gebetan. Bahaya. Apalagi ketika ia merasa hawa-hawa suram di sampingnya. Makin bahaya lagi jadinya.
"Aku sukanya yang berbatang. Pergi sana!"
Teman Changbin melongo di tempatnya, lalu dengan bodohnya ia baru sadar jika di samping Changbin ada satu pemuda manis yang hanya diam sedari tadi. Ketika ia melihat siapa orangnya, teman Changbin itu terkejut lalu menepuk bahu Changbin pelan.
"Maafkan aku kawan. Selamat berjuang."
Pemuda itu cukup tau diri ucapannya tadi akan menimbulkan perang dunia. Oleh karena itu, demi menyelamatkan nyawanya ia memilih pergi dari sana.
Jadi begitu sedikit cerita kenapa Felix membisu. Changbin panik tentu saja. Ia sudah berusaha berbicara pada Felix, tapi selalu saja diabaikan. Itu masih lebih baik sih karena Felix masih mau duduk di sampingnya selama di bus.
"Felix."
Changbin kembali mencoba peruntungan, siapa tau Felix sudah mendapat pencerahan dan mau bicara padanya. Namun sepertinya pemuda manis itu tidak berniat menjawabnya. Changbin hanya bisa menghela nafas dan terus melangkah mengekori Felix yang berjalan di depannya.
Mereka berada di satu wilayah hutan lindung yang di dalamnya ada banyak flora dan fauna. Disana hanya ada satu jalan yang yang tak begitu lebar namun keindahan tempat itu tak bisa diragukan.
Sekali lagi, Changbin mencoba peruntungan dengan berjalan berdampingan dengan Felix, namun ia hanya bisa menelan pahit segala keinginannya karena pemuda manis itu justru melengos tak mau melihatnya.
Changbin paham alasan Felix marah. Hanya saja ia bingung harus menjelaskan darimana. Masa iya ia harus bilang jika ia sering clubbing dan memandangi wanita seksi bersama teman-temannya. Yang ada Felix semakin murka. Padahal kan itu dulu, sekarang Felix lebih menarik di matanya.
"Fel, bicara dong. Sepi tau."
"Jisung, Seungmin!"
Felix berlari ke arah dua sahabatnya meninggalkan Changbin yang hanya bisa diam menatap di tempatnya. Sedihnya.
"Kok kesini?" Tanya Jisung sembari menggigit roti yang ia bawa.
"Tidak boleh?"
"Bukan begitu, tapi nanti Changbin marah."
"Dia bilang tidak apa-apa pergi dengan kalian berdua," ucap Felix berbohong. Daripada harus menjelaskan panjang lebar ia memilih mencari jawaban yang mudah saja.
Padahal jika dipikir-pikir, Changbin itu siapanya? Kenapa juga Felix harus menuruti apa kata pemuda itu? Tidak wajib! Felix mau main bersama sahabatnya saja.
Changbin panik, Felix belum juga kembali ke dalam bus. Tadi ia tidak mengawasi karena memang Felix sedang bersama sahabatnya, tentu saja Changbin percaya pada mereka berdua. Tapi sudah 15 menit dan pemuda manis itu tak juga kembali.
Changbin menunggu dengan gusar di tempat duduknya sampai seorang pemuda bersurai pirang datang dan membuatnya bernafas lega. Namun kelegaannya tak bertahan lama sampai ia melihat lilitan perban di tangan kiri pemuda manis itu. Changbin segera berdiri membiarkan Felix duduk lalu ia kembali mendudukkan diri dan menatap penasaran pada Felix.
"Ini kenapa?" Tanyanya dengan wajah serius.
Felix mengembuskan nafasnya pelan kemudian mengerucutkan bibirnya kesal.
"Gara-gara Jisung!"
"Kenapa?"
"Tadi dia makan roti di dalam hutan. Lalu tiba-tiba ada monyet yang datang meminta makan dan aku tidak sengaja tercakar."
"Sakit?"
"Pakai tanya."
Wajah serius Changbin melembut, kemudian meraih tangan kiri Felix untuk ia tiup luka yang berbalut perban milik pemuda manis itu.
"Felix."
"Hm?"
"Kau tau kalau aku menyayangimu kan?"
Felix tersentak kaget, ia mana tau. Changbin saja tidak pernah bicara apapun padanya. Namun jika dilihat dari perhatiannya pada Felix selama ini, pemuda itu memang tidak main-main.
"Kau boleh marah padaku, tapi pastikan jika kau tidak akan pernah tersakiti ketika jauh dariku."
Changbin bergerak mengecup lilitan perban Felix kemudian mengusak rambut Felix pelan.
"Lain kali hati-hati."
Felix hanya diam. Changbin yang perhatian adalah sesuatu yang paling ia takuti. Bukan takut dalam artian ngeri, ia hanya takut semakin jatuh hati. Saingannya banyak, wanita cantik pula. Apalah Felix yang seorang siswa biasa.
Felix semakin kecil hati. Perasaan takutnya serasa benar-benar terealisasi. Seharian ia memang selalu menempel pada dua sahabatnya, mengikuti kemanapun mereka pergi. Ketika di bus, ia memilih tidur dan tidak mengobrol dengan Changbin seperti biasa.
Itu salahnya, ia tau itu. Tapi ketika melihat Changbin sedang mengobrol dengan salah satu siswi cantik di sekolahnya rasanya Felix tidak terima. Ia berdiri diam di tempatnya dengan dua botol minuman di kedua tangannya. Tadinya ia mau menghampiri Changbin dan meminta maaf soal tingkah kekanakannya, tapi sepertinya ia datang di waktu yang tidak tepat.
Felix masih menatap Changbin sampai pemuda itu menoleh dan mata mereka bertemu. Ketika Changbin membuka mulutnya untuk memanggil Felix, pemuda manis itu justru berbalik dan berlari pergi.
Changbin tidak tinggal diam, ia segera berlari mengejar Felix sampai di sudut tempat wisata yang cukup sepi. Changbin menahan pergelangan tangan Felix lalu menariknya mendekat.
"Kenapa pergi? Masih marah?"
Changbin mengusap pipi Felix pelan. Sedangkan Felix menoleh ke samping asal tidak menatap wajah Changbin. Ia masih sakit hati, juga takut ditinggal pergi.
"Felix," panggil Changbin dengan lebih lembut. Felix menunduk kemudian mendekat memeluk tubuh Changbin membuat pemuda itu sedikit terkejut.
"Kenapa?"
"Aku menyukaimu."
Changbin mengerutkan dahinya, tidak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.
"Apa, Fel?"
"Aku bilang aku menyukaimu!"
Felix berteriak tertahan dan mengeratkan pelukannya. Changbin tersenyum kemudian turut serta merengkuh tubuh kecil Felix.
"Aku juga, bukan lagi menyukai. Aku sudah mencintai."
Changbin mengecup pelipis Felix kemudian bicara dengan pelan.
"Mungkin aku terkesan sangat mesum dan menyebalkan. Tapi aku selalu menyayangimu. Nyaman ketika di dekatmu. Kau selalu bisa membuatku bahagia bahkan ketika kau hanya diam tak bersuara."
Changbin semakin merengkuh tubuh kecil Felix dengan sayang dan penuh kehangatan sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kau itu seperti obat yang bisa menyembuhkan rasa sepi. Apapun yang kau lakukan selalu mampu membuat kupu-kupu di perutku beterbangan. Kau itu manis, sangat menggemaskan."
Felix semakin menenggelamkan wajahnya di bahu kokoh Changbin sampai suara teriakan Changbin terdengar.
"Kok digigit!?"
"Kau menyebalkan!"
Felix melepas pelukannya dan menatap Changbin dengan galak. Sedangkan Changbin meringis sakit sembari mengusap bahunya yang baru saja digigit pemuda manis di depannya.
"Apa itu wanita-wanita seksi?" Tanya Felix dengan tajam. Ia masih cemburu ya.
"Itu kan dulu, sayang. Sekarang sudah ada kau yang jauh lebih seksi. Apalagi ketika mendesah, manis sekali wajahnya."
Changbin benar-benar tidak kenal takut. Ucapannya selalu memancing induk singa bangun dari tidur manisnya. Felix menginjak kaki Changbin dengan keras lalu segera pergi dari sana.
"Dasar mesum!"
Changbin mengaduh sakit sembari memegangi kakinya kemudian sebisa mungkin ia berlari mengejar Felix yang sudah jauh di depan.
"SAYANG!"
Felix berlari cepat. Telinganya memerah karena malu. Changbin benar-benar tidak tau tempat dan situasi. Felix kan malu ketika orang-orang menatap mereka dengan penasaran.
Felix malu, tapi perasaannya... Bahagia.
Seo Changbin dan Lee Felix.
Mereka itu saling mencintai. Hanya saja Changbin memang selalu mesum dan Felix yang hanya pasrah dengan kelaluan kekasihnya.
Eh? Kekasih?
Besok.. Besok.. Nggak tau besok ada apa hehehe