𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐊𝐋𝐄𝐒 ㅡall + min...

By HEYITSKUINN

32.7K 2.7K 1.5K

──── ⋆⋅☆⋅⋆ ──── ❞ kenapa lo pilih satu kalau bisa dapet semuanya, hee? ❞ kumpulan cerita - cerita sederhana... More

• |prologue
|walked you home 🐾
|mint and cigarette 🍃🚬
|training wheels🚲 ㅡeunsang
|yours🌧 ㅡ yunseong, woobin
|petals 🥀 ㅡseungyoun
|carousel 🎠 ㅡyunseong
|pollen🌹 ㅡseungyoun
|cereal date🥣ㅡ yunseong
|hide & seek 🙈🐒 ㅡyohan
|milk & cookies🍼 🍪 ㅡhangyul
|taste like you 🍦ㅡseungwoo
|sweet escapade 🍭 ㅡjungmo
|starry starry night ⭐ ㅡjunho
|play date🐇🐰 ㅡeunsang
|blooming🌻 ㅡjungmo
|one fine day 🍵 ㅡyunseong
|white sugar 🍰 ㅡwooseok
|heavenly you💫 ㅡ yunseong
|kisah mereka 🐈 ㅡseo woobin
|remang💡 ㅡhyeongjun, yunseong
|firasat 💭 ㅡseo woobin
|kisah bunga, dan sang matahari🌤 ㅡyunseong
|lentera temaramㅡ hwang yunseong
|rumpang🌙ㅡ yunseong hwang
|hujan matahari🌦ㅡ cha junho

|dingin❄ ㅡyunseong

818 92 68
By HEYITSKUINN

s o n g i n s p o
j_ust - way back home

bukan lanjutan ya wkwk


─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

h w a n g - y u n s e o n g

.

.

.

.

.

jangan suka dingin dinginan,
nanti sakit.

seong,

tungguin bentar ya,
aku masih ngerjain tugas
besok dikumpulin soalnya,
di ruang 8 gedung c,
hp aku lowbatt,

( harusnya aku nurutin
kamu buat charge hp dulu
sebelum berangkat tadi huhu )

abis itu, baru kita pulang,
mungkin agak maleman,

ngga apa apa kan?

please please pleasee,
aww baik banget sih,
love you! ♡ ❞

・ 。゚☆: *

yunseong tersenyum singkat kala menemukan secarik robekan kertas ditempel pada sisi dalam pintu lokernya dengan stiker berbentuk cupcake sebagai perekatnya,

tentu saja ia tahu jelas, siapa pemilik juga pengirimnya.

bahkan tanpa stiker menggemaskan, atau bahkan tanpa aroma manis yang menguar dari kertas berwarna hijau mint itu, yunseong dapat dengan mudah mengenali bentuk tulisan apik itu,

tulisan itu milik kekasihnya,

kekasihnya yang sering pelupa,
juga suka bermimpi

・ 。゚☆: *

lorong - lorong koridor kampus sudah terlalu bisu, juga terlalu dingin, tidak ada jejak kehidupan atupun sudut yang terasa hangat akan eksistensi manusia, bahkan langkah decitan karet sneaker yang ia gunakan terdengar menggema mengisi ruangan ketika bergesek dengan lantai kelabu,

dapat ia lihat, jalanan senja kala itu putih, salju yang turun malam tadi kini hampir seluruhnya melapisi berbagai sudut pemandangan kota, walau lebatnya kini sudah berhenti, tetap saja menyisakan udara dingin yang menggigit,

bahkan aspal juga trotoar kini sudah terlihat membeku dan licin,

perlahan ia melangkah memasuki ruangan yang tertulis dalam catatan mungil minhee,

carik yang hingga kini masih erat dalam genggamannya,

benar saja, kekasihnya itu serius masih bergelut dengan pekerjaanya, sedangkan jendela di depan kelas masih terbuka lebar,

tubuhnya seketika menggigil saat terpaan angis sedingin es berhembus menyapu kulitnya,

terpaan dingin juga kembali berhasil menarik keluar ingatan masa lalu ㅡyang ia taruh pada sudut ingatannyaㅡ yang setengah mati ingin ia lupakan,

.

.

.

"aku tutup jendelanya ya, hee" ucap yunseong lembut.

tanpa menunggu jawaban, jemari kokohnya kini sudah sibuk memutar kuncian pada sisi dalam jendela, sehingga siku besi penyangganya terlipat, menimbulkan suara decitan singkat,

jendela kini tertutup rapat, jelas dapat indranya rasakan, udara dalam ruangan kini menghangat tanpa terpaan angin beku dari luar sana,

pinggangnya ia sandarkan pada tembok bawah jendela, tepat disamping meja dosen, sedangkan tangan kanannya kini sudah terkepal dalam saku hoodie kuning mustard yang kini membalut tubuhnya,

irisnya menatap lamat langit diluar sana, yang kini mulai menggelap juga lampu jalan ㅡyang berjajar rapi disisi luar trotoar, hingga jalan menanjak menuju bukit dibelakang kampusㅡ satu persatu mulai dinyalakan,

merambat serupa efek domino,
cantik,

jam analog yang digantung diatas papan tulis kini sudah menampilkan angka 7 lewat 45 menit, meninggalkan suara tik - tok - tik - tok yang menenangkan, juga berarti mata kuliah yang dihadirinya sudah berakhir hampir dua jam lewat empat puluh lima menit,

bahkan hingga langit diluar sana selegam helai lembut rambut minhee, keduanya masih berada di dalam kelas berkertas dinding pualam,

sedangkan minhee ㅡkekasih manisnya ituㅡ tidak kunjung memberi tanda akan mengakhiri pekerjaannya dalam waktu dekat,

・ 。゚☆: *

"hee," panggil yunseong lagi, untuk yang ke sembilan kalinya, namun yang dipanggil tidak juga memberi jawaban yang ia inginkan, "belum beres?"

"bentar lagi," ucap figur cantik ㅡyang kini duduk dipojok kelasㅡ cepat, bahkan pods masih mengalunkan musik menyumbat kedua telinganya, "nanggung lima soal lagi nih, besok pagi dikumpulinnya"

yunseong menggeleng singkat, "keburu malem loh, udah hampir jam delapan"

akhirnya minhee mengangkat kepalanya memberi sejenak atensinya pada sang kekasih, kemudian mencebikkan bibir tipisnya sebal,

"kalo kamu mau balik duluan aja sana, seong" ucapnya sok acuh,

sedang jemarinya masih sibuk menari menorehkan rumus yang baru ia temukan di buku paketnya barusan, "ngga apa apa kok, abis ini kunci kelas biar aku sendiri yang balikin ke pak cho"

lantunan kalimatnya lembut, bertolak belakang dengan sipitnya yang kini memicing sebal. jika pandangan bisa membunuh, mungkin yunseong kini sudah tewas telak ditempatnya berdiri,

"bukan gitu, justru gue khawatir sama lo, hee" ucapnya lambat, ia bangkit dari sandarannya, menatap lurus si manis yang kini sudah kembali berkutat dengan pekerjaannya, "kamu gampang kedinginan, hee, kalau nanti malem salju turun sederas malem kemarin, gimana?"

pemuda hwang kini melangkah lambat, lalu menarik mundur dan duduk pada kursi dihadapan sang kekasih,

minhee sedikit menegakkan postur tubuhnya, memberi setidaknya ruang antara dirinya juga yunseong yang kini berpangku tangan diatas meja,

"hee" panggilnya lembut,

menatap lamat wajah cantik minhee yang kini masih menunduk, sedangkan binarnya melirik sang kekasih yang kini menyejajarkan wajahnya diatas meja melalu sela surai poninya yang mulai memanjang, ia hanya menaikkan sebelah alisnya, memberi gestur 'apa?'

"kang minhee" panggilnya lagi, kini lebih menuntut, bertolak dengan usapan lembutnya pada wajah minhee, mengisyaratkan kekasihnya untuk berhenti sejenak,

dan menatapnya barang sekilas,

sang pemilik nama kini mendongakkan kepalanya menatap pupil perunggu yunseong yang kini jelas menatapnya cemas,

"b-bawel deh, tengah malem juga masih lama kok" ucap minhee, memantapkan suaranya,

padahal sudah cukup lama keduanya bertaut romansa, namun tetap saja ia selalu berhasil dibuat gelagapan jika jarak keduanya terlalu dekat begini,

yunseong menatap manik legam minhee yang kini menari menjauhi tatapannya, kemudian turun menatap jemari lentik minhee yang kini masih memainkan pulpen sewarna hijau mint pada sela jemari lentiknya,

minheenya sedang gugup,

juga goresan goresan tinta pulpen disamping soal - soal yang mencetak kotretan rumus disamping soal latihan si manis,

perlahan ia menarik lembut buku - buku dibawah lengan kurus minhee, memasukkan alat tulis yang bertebaran diatas meja kedalam tempatnya, juga menumpuknya,

kemudian menghembuskan nafasnya pelan,

"kamu selalu kelewat fokus kalau udah anteng ngerjain sesuatu," ucapnya yunseong lagi, binarnya menatap minhee tulus, tidak memaksa atau mengekang si manis agar tetap bertatapan,

ia hanya ingin minheenya mengerti,

"...dan itu yang bikin aku terus terusan jatuh cinta sama kamu, kamu tau, kan?"

tatapan minhee masih terkunci pada perunggu yang kini masih anteng melahapnya, dapat ia rasakan jarinya kini menghangat dengan adanya jemari kokoh yunseong yang kini menggenggam tangannya lembut,

tensi yang menguar pada udara yang melingkupi keduanya kini terasa menghangat,

... setidaknya minhee belum lupa caranya bernafas,

"kamu pernah mikir ngga sih, kalau jatuh cinta sama kamu tuh bikin capek, hee?" ucap yang lebih tua, genggamannya sedikit mengerat,

"cape soalnya kamunya malah ngga sayang sama diri kamu sendiri hee" lanjutnya, terselip intonasi jengah juga kecewa dalam pengakuan tulusnya, "udah ya, berenti dulu belajarnya, kita pulang sekarang"

minhee mengerjap lambat, tidak tahu juga harus menjawab apa,

"i never asked you to love me, tho?" ucap minhee dengan intonasi menantang, tetap saja nadanya bergetar,

terdengar lucu pada gendang telinga yunseong, bersuara seperti kucing yang sedang belajar mengaum.

"udah kepalang hee," ucapnya sebelum jemarinya mengusak lembut helai minhee, kemudian berdiri, mengakibatkan gema suara decitan kaki karet kursi yang menggesek lantai "udah terlalu dalem juga"

yunseong selalu gemas jika minhee jelas - jelas dibuat salah tingkah atas buaian kalimat rayuannya, tapi si manis satu ini selalu pura - pura acuh, dengan pipi yang padahal jelas dihiasi rona hingga ujung daun telinganya,

oh, jangan lupakan sudut bibir tipisnya yang bergetar menahan senyuman yang jelas akan merekah,

"gombal" cicitnya

minheenya memang selalu cantik, serupa bunga yang mekar dimusim semi,

walau keduanya seakan selalu terjebak di musim dingin, yang bahkan keduanya tidak tahu kapan musim seminya akan datang.

yunseong merebut tas kanvas putih minhee yang tersampir pada sandaran kursi yang didudukinya, kemudian berjalan meningalkan minhee yang mau tidak mau ikut berlari mengejar yunseong yang kini sudah melangkah melewati pintu kelas,

kaki minhee juga bukannya pendek, namun tetap saja ia kewalahan jika harus mengimbangi langkah lebar - lebar kaki panjang seorang hwang yunseong, "hhh, nyebeliin, tunggUIN HWANG YUNS-"

"toh, aku juga ngga pernah maksa kamu buat terima pernyataan aku waktu dulu, kan?" sahut yunseong cepat,

tiba - tiba menghentikan langkahnya ketika mencapai gerbang utama kampus, kemudian memutar tubuhnya, menatap minhee yang kini masih berlari kecil mengejarnya, "jadi gimana, you want me to stop? putus aja nih?"

minhee masih terengah, walau tidak ada butiran keringat yang nampak mebasahi keningnya, atau helai yang menempel pada keningnya, yunseong tahu kalau si manisnya ini payah dalam bidang kesehatan jasmani,

bahkan sejak taman kanak - kanak,

dengan cepat minhee menyelipkan jemarinya pada perpotongan siku kekasih kelewat tampannya itu,

"jangan ngadi ngadi deh," kepalanya menggeleng ribut, menolak mentah - mentah ide yunseong untuk memutus hubungan mereka, "udah nanggung sayang-"

minhee memang selalu begini,
menggemaskan kalau sudah masuk mode merajuk, "atau seengganya kamu makan dulu, nanti aku temenin kamu begadang ngerjain soal," ucapnya lembut,"deal?"

minhee mendengus, namun akhirnya senyuman merekah juga pada belah bibir manisnya, "kamu tau kalo aku ngga bisa apa apa kalau kamu udah semanis ini, yang?"

"jadi aku berhasil bikin kamu sayang? sini sini aku mau peluk, yang" ucap yunseong sambil membuka lebar lengannya, siap menyambut minhee dalam pelukannya,

namun dengan cepat minhee melepas tautan jemarinya, kemudian berlari menjauhi yunseong yang kini sudah terkekeh menahan geli menatap kelakuan kekanakannya, "ngga mau yaaaa, cari cari kesempatan ajaaa"

surainya bergerak searah hembusan angin yang menerpanya, sesekali memutar tubuhnya, memamerkan tawa lepasnya, juga juluran lidah mungilnya,

hidupnya keduanya kini terlalu sempurna, walau sedikit berbeda.

・ 。゚☆: *

benar saja, sesuai seperti perikiraan yunseong, malam itu salju turun dengan lebatnya, tepat ketika keduanya sampai rumah, rumah mungil yang ditinggali kedunya sejak insiden dimasa lampau,

insiden masa lalu yang merubah kehidupan keduanya, bahkan caranya bernafas dan hidup,

tempat tinggal mereka tepat berada diujung jalan setapak yang jarang orang lewati, bahkan mungkin hampir kasat.

bangunan itu mungil, bergaya kuno khas tradisional, dengan lantai kayu yang berderik kala diinjak, juga ukiran yang mengiasi pilar penyangga disepanjang selasar bangunan utama, sinar matahari yang menembus jendela hanya membentuk bayang - bayang kusen pada lantai kayu kala siang hari,

namun cahaya bulan yang selalu minhee sambut dengan sumringah, mengisi rumah dengan aroma malam, ㅡaroma tanah, juga bunga yang ditanam memenuhi pekatangan, terkadang terselip aroma nostalgiaㅡ kala malam hari,

bahkan jendela - jendela sengaja ia buka lebar lebar, walau untuk malam ini yunseong abaikan dulu rengekan manja minhee untuk mengintip rembulan dari balik jendela yang sengaja ia lapisi kertas buram,

dan akhirnya minhee menurut juga, ia kembali berkutat dengan soal - soal latihan ujiannya diatas meja berkaki rendah yang yunseong taruh di ruang tamu mereka,

sedangkan jemari kokohnya meremat lembut tangan mungil minhee dalam genggamannya, memberinya nyaman walau ia sendiri tidak yakin,

・ 。゚☆: *

"...sampai kapan ya kita disini?" tanyanya, entah pada siapa, bukan untuk minhee, juga bukan untuk dirinya sendiri, mungkin pada angin,

pertanyaan yang berputar dikepalanya sepanjang hari,

setelah menyadari kalau kini minhee sudah mengabaikan buku - bukunya, dan menyorotnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan, perasaan bersalah kini menerjang dadanya, "..maaf, hee"

minhee tersenyum maklum, kemudian mengusap kepala prianya dengan sayang, "tangan kamu, yangㅡ"

yunseong mendongakkan kepalanya, menatap dalam minhee yang kini mengembangkan senyuman hangat,

"tangan kamu senyaman itu, gatau gimana, tapi aku ngerasa senyaman itu kalau kamu genggam tangan aku," ucapnya lembut

"manis banget sih, sekarang udah bisa mancing - mancing""can i get kisses after you solve this questions, prince?"

cepat - cepat minhee menenggelamkan wajahnya dalam syal rajut biru muda tebal yang melingkari lehernya ㅡmalu sendiri semburat merah muda jelas kini menjalar merambati pipi berisinya, menarik syalnya hingga sebatas pangkal hidungnya,

manik kelabunya melirik singkat yunseong yang kini masih tersenyum usil menatapnya,

akhirnya, si manis mengangguk juga walau malu - malu,

ia selalu mencoba mempermainkan yunseong dengan rayuan, dengan sikap manis atau dengan sedikit kerlingan binarnya, serius,

namun tetap saja, dalam permainan begini, ketika mulut manis pacarnya itu terbuka balik merayunya, ia sendiri yang dibuat malu habis habisan,

...hmm,

yang dimiliki keduanya, bukanlah kisah klasik, bukan cerita tentang kedua sejoli yang kelewat dimadu asmara seperti yang tertulis pada buku dongeng pengantar tidur,

yunseong hanya mahasiswa semester akhir yang kebetulan lewat, dan terkesima pada eksistensi sosok cantik yang kala itu baru pulang menyelesaikan kelas tambahan untuk persiapan ujian akhir semester yang diadakan kampus keesokan harinya,

iya, sosok cantik itu minhee,

surainya legam, bibir tipisnya sewarna buah persik, juga rona samar yang menghias pipi juga lesung pada sudut bibirnya ketika sosok indah itu tersenyum, dengan syal biru muda tebal melingkari leher jenjangnya,

wajar saja jika yunseong jatuh hati pada pandangan pertama kala sosok itu lewat dihadapannya,

...ya, jatuh cinta, walau terdengar terlalu klise, tapi hanya itu alasan paling masuk akal untuknya melakukan tindakan yang kelewat bodoh, bahkan ia sendiri mengakuinya,

yang merubah caranya hidup, juga bernafas,

hingga ia melempar tubuhnya sendiri untuk menarik minhee yang kala itu tidak memperhatikan situasi, jalanan, truk yang tergelincir akibat aspal yang beku, juga yunseong yang menarik tubuh ringannya walau sedikit terlambat.

keduanya terbangun tak lama setelah kecelakaan itu terjadi,

dengan minhee yang memejamkam binarnya erat, juga yunseong yang masih merengkuh tubuh mungilnya erat walau keduanya sudah terpisah dari raganya sendiri.

kecelakaan itu memang merubah segalanya, tak lama keduanya hanya terpaku menatap ambulan yang membawa raga keduanya, meninggalkan suara bising sirine yang kian menjauh,

juga genangan merah, tempat keduanya terpapar barusan,

memori yang terlewat mengerikan, hingga yang minhee rasakan hanya pening dikepalanya, juga genggaman tangan kokoh pada sela jemarinya yang bergetar hebat.

・ 。゚☆: *

"hee" panggil yunseong, membuat minhee yang kini maniknya hampir terpejam dengan pipi meronanya yang menempel pada dadanya,

binarnya kembali terbuka walau setengah terpejam, "hm?"

jemari kokoh yunseong kini tengah anteng bermain pada sela helai legam sang kekasih manisnya, sesekali mengelusnya lembut, "inget ngga sih, hari itu juga kita kaya gini...waktu kita baru bangun"

sedih, sesak juga kalut yang selalu melanda dada sempitnya ketika yunseong sudah mengangkat topik ini, membuatnya gelagapan, juga matanya yang kini mulai terasa pedas,

"waktu itu jalannya licin seong" ucapanya dengan bibir bergetar, giginya hampir bergemelatuk jiga ia tidak mengeraskan rahangnya, "a-aku ngga liat truk itu dateng, maaf, gara - gara aku, kam-"

.

.

.

.

ucapannya terhenti kala wajah tampan sang kekasih kini terlampau dekat dengan wajahnya sendiri, juga hangat yang kini menyelimuti belah bibirnya,

minhee selalu menikmati ciuman yang yunseong berikan padanya, terasa lembut, manis, juga membuainya hingga kepalanya tidak bisa berpikir,

binarnya hampir sayu saat yunseong memutus tautan,

"...aku tagih janji kamu, hee" bisik yunseong, hembusan nafas hangatnya menyapu singkat wajah minhee, aromanya seperti lemon, juga mint, "jangan gigit bibir kamu, cuma aku yang boleh"

ucapnya merayu, hingga kini minhee yang menjemput cumbuan kembali, kemudian mengecup bibir yunseong singkat, yang dibalas gigitan lembut olehnya pada bibir bawahkekasih kelewat cantiknya itu,

sebelum keduanya tersesat dalam binar yang kini menatapnya penuh sayang,

yunseong menangkup wajah kekasihnya, ibu jarinya mengusap pipinya lembut, menenangkannya, "aku serius ngga masalah kok, selama aku ngejalanin ini sama kamu"

seakan waktu keduanya membeku pada musim dingin duapuluh tahun lalu,

namun keduanya merasa cukup dengan kehadiran satu sama lain, tanpa menginginkan hal macam macam, sungguh.

untuk minhee, yunseong sudah membuatnya merasa utuh, menjaganya tetap aman, membuainya dengan sayang, juga merengkuhnya kala angin malam yang membekukan memerpa tubuhnya,

...kalau untuk yunseong,

dengkur halus minhee yang mengalun kala dirinya terlelap, lengan kurus yang melingkar pada pinggangnya kala bermanja - manja, juga netra galaksinya yang selalu memberinya hangat, serupa rumah,

juga sudah lebih dari cukup,

mungkin saat itu tuhan sedang usil mempermainkan takdir, mempertemukan keduanya sore itu, senja duapuluh tahun lalu, dalam situasi yang tak terduga,

untuk kemudian membuat keduanya jatuh cinta.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

yang dilanda cringe parah
sesudah baca chapter ini,
yang mau ngamuk,

yuk yuk ngantri,

baca love dust juga yaa

stay healthy bub!
love, kuinn♡

nb. abaikan "woobin" kalo kalian nemu, pls ini aku insecure wkwk

...dan yang ngga ngerti,
sent me a dm wkwk♡

Continue Reading

You'll Also Like

110K 9.1K 36
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
1.7M 126K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
203K 13.8K 57
Tiada yang rela mengurus Pasha setelah bapak meninggal. Gadis itu terpaksa ikut dengan Winda ke ibu kota. Putus sekolah, mencari pekerjaan dan harus...
361K 10.2K 66
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.