Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis
2. Tidur Bersama Tala
3. Menangis di Pelukan Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
10. Sedihnya Tanpa Alasan
11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
21. Waktunya Maaf-Maafan
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

9. Hujan Punya Cerita

5K 574 222
By twelveblossom

Felicia's Instagram Update

Disukai oleh nabastalae, theobeabeobeabeo, jaspertidakuper, rosemaryme, ariadnaarkadewi, wiraadyasta, javaschatu, dan 78.977 lainnya ...

Lizzyadairlim he said yes! Asyik punya calon suami!

Lihat semua 29.324 komentar ...

Jaspertidakuper Nona Muda dan Tuan Muda jahat!

Lucaslim wadaw, ada yang patah hati ini jaspertidakuper.

Jaspertidakuper maaf hati saya bukan kerupuk upil yang mudah patah, Tuan Muda Lucas.

Damarsianaklangit si bodyguard cemburu? Jaspertidakuper.

Jaspertidakuper saya tidak cemburu. Saya adalah pendukung fanatik dari tuan muda dan nona muda. Kenapa semuanya salah paham? Tolong jangan ada spekulasi yang menyeleweng atau nanti Anda berhubungan dengan pengacara saya. Nona Muda sepertinya saya harus bikin jumpa pers, ini menyangkut karier saya sebagai manusia! Lizzyadairlim

Nabastalae Banyak bacot ya ini satu pengawal jaspertidakuper.

Lizzyadairlim hahahaha Jasper kamu hebat sampai bikin Mas Tala bisa berkata kasar jaspertidakuper. nabastalae sabar Mas Tala❤.

Ariadnaarkadewi Sudah berani kasih emot hati nih.

Lizzyadairlim jangan kan emot hati, semuanya luar dalam aku kasih ke Mas Tala ariadnaarkadewi. Tapi sayangnya Mas Tala sukanya yang berjenggot.

WakdoyokOfficialStor3 penumbuh jenggotnya kakk bisa dipesan. Dijamin ampuh dalam 3 detik langsung lebat di area yang diinginkan.

Inibeneranbunda Bunda pesan satu obat lebatnya ya. Buat anak bunda yang tidak punya bulu WakdoyokofficialStor3. Nak ini sudah bunda belikan nanti dipakai ya biar kelihatan macho dan cepet dapat jodoh lucaslim.

FansLizzyKecil Wah Kak Lizzy selamat yaa! Semoga lahirannya lancar!

Adikgemaz1 Eh, kayaknya Kak Lizzy nikah karena hamil deh. Kemarin kan dia pingsan waktu fansign. Temanadikgemas fanskarbitanlizzy

Fanskarbitanlizzy iya nih aku denger dari pacarnya adik sepupunya temenku yang saudara ipar tetangganya adiknya kak Lizzy kalau kemarin kak lizzy beli test pack!

Temanadikgemas gak nyangka yah orang sekalem kak lizzy bisa dapat suami!

Theobeabeobeabeo wahai kalian yang suka julid dan fitnah segeralah bertobat sebelum lidahnya dipotong Nabastala. cc: adikhemas1 fanskarbitanlizzy Temanadikgemas.

Jaspertidakuper tolong ringkus yang jahat sama Nona Muda pak satpolpptanahabang.

Resellerpalu yuuuk cek ig kamii kaakk. Ada palu otomatis mentung untuk baku hantam~


-oOo-

Situasi yang sulit. Semua orang pernah dihadapkan dengan kondisi yang membuat segalanya terlihat salah, tapi berdiam diri justru semakin keliru. Aku kini berada dalam masalah yang membuatku kaku di tempat. Seharusnya, aku tidak begini karena banyak orang yang melihat.

Aku tiba-tiba mendapatkan serangan panik yang tidak perlu. Ada suara-suara asing yang terus terdengar dengan lirih dan cepat. Kendati begitu, netraku masih bisa melihat manusia-manusia yang menatapku. Mereka jelas kebingungan dengan kondisiku yang tiba-tiba gemetar.

"Mas Tala," aku bergumam setelah keringat dinginku mereda. Aku mencengkeram baju Tala, memohon pertolongan. Pertama, aku tidak ingin dianggap gila. Kedua, aku memohon agar Tala membawaku pergi dari sini. "Please," Aku hanya menggumamkan satu kata dan Tala sudah paham.

Tala melihat ke arah Jasper yang langsung mengangguk. Jasper pun menelepon seseorang. Selang sepuluh detik, lampu dari seluruh penjuru mall ini mati. Aku terkejut, maksudku mall sebesar ini bisa kena pemadaman bergilir.

"Ah, karena keadaan gedung tidak memungkinkan acara ini harus kami akhiri," ada suara dari MC yang tadi memandu acara.

Aku bisa mendengar suara kecewa mereka. Maaf. Aku sungguh minta maaf.

Aku melihat Tal karena pria itu merangkum wajahku. Dia menatapku intens. Ada ketakutan dalam sorot netra Tala.

"Kamu tidak apa-apa? Ada aku di sini. Masih takut gelap?" Tala menguraikan tanyanya dengan cepat.

Aku menggeleng mengabaikan suara ricuh dari pengunjung. "Aku mau pergi dari sini," kataku.

Tala tidak menjawab, dia menarik tanganku untuk mengikutinya sementara ada beberapa orang yang datang membawa lampu darurat. Gila ya, kok bisa listrik mati. Hm, jangan-jangan telat bayar tagihan nih. Bukan urasanku juga. Untung lampunya mati jadi orang-orang tidak dapat melihat aku yang gemetaran.

"Kamu gak apa-apa kan, Lizzy?" Tala masih terus bertanya saat kami turun menggunakan tangga darurat.

"Aku oke." Suaraku pelan sekali seperti cicitan tikus.

Well, tidak masalah. Aku takut gelap kalau sendirian, tapi jika ada temannya aku baik-baik saja.

"Jasper, nyalakan lagi." Perintah Tala ditujukan kepada Jasper yang ternyata berjalan di belakang kami.

"Baik, Tuan Muda."

Tiga menit kemudian setelah kami sampai di lantai tiga, lampu kembali menyala. Aku bernafas lega dan langsung lemas terduduk di lantai.

"Felicia," panggil Tala. Dia ikut singgah di sampingku.

Tangga darurat adalah tempat yang sempurna untuk menyembunyikan diri. Sepi yang mendalam. Gema suara yang membuat kita tahu seseorang datang.

"Nafasku rasanya berat. Aku mau istirahat sebentar." Aku melihat ke arah Tala yang memberikan raut khawatir. "Aku ini jarang olah raga, Mas Tala. Jadi capek kalau dipaksa turun lewat tangga."

"Oke." Tala mengacak suraiku.

Lima orang yang mengikuti kami pun menyebar. Ada yang berjaga di depan pintu tangga darurat. Ada yang berjaga di tangga naik dan turun. Sementara Jasper masih menelepon seseorang.

"Kayaknya, aku bakal dibenci banyak orang," kataku setelah sadar aku tadi kabur dari acara fansign. "Mereka pasti kecewa karena aku mengakhiri acara dengan tiba-tiba. Ada banyak yang belum dapat tanda tangan," lanjutku gusar.

"Jasper mengurus semuanya," timpal Tala.

"Saya sudah memberikan kompensasi untuk antrean yang belum sempat bertemu Nona Muda."

"Bagaimana kalau aku mengirimkan novel yang sudah ada tanda tangannya? Aku minta tolong untuk mendata alamat mereka."

Jasper mengangguk. "Siap, Nona Muda. Saya akan ke panitia. Apa Nona Muda ingin menunggu di rumah atau di sini?"

"Di sini saja, aku sambil istirahat." Aku menjawab setelah mendapat anggukan dari Tala.

Jasper pun lekas pergi dari tangga darurat

"Aku heran deh, Mas Tala," kataku mengakhiri keheningan kami. Habisnya, lama-lama seram kalau aku hanya mendengar suara cecak lewat.

"Heran kenapa?"

Aku memainkan jari-jari Tala. "Aku sekarang sering dapat bisikan-bisikan gitu. Kira-kira aku kenapa ya?"

Tala diam, dia membiarkan aku bersandar di bahunya. Aku melirik Tala sebentar tampaknya laki-laki ini berpikir keras untuk menjawab pertanyaanku.

"Apa aku perlu pergi ke dukun ya, Mas? Kayaknya ada setan yang mengikuti." Aku melanjutkan.

Memang sih pemikiranku kuno sekali. Tapi, aku kemarin habis menonton soal penampakan di Youtube. Jadi, agak parno. Soalnya mungkin saja kan ada setan yang naksir aku? Menilik dari pesona Felicia Adair Lim yang susah dibendung mata.

Seharusnya aku ikut Miss Universe. Hm. Menyesal deh dulu lebih suka main daripada ikut ajang kecantikan. Padahal cantik adalah kelebihanku satu-satunya hiks.

Tala malah tersenyum kecil. "Percuma kayaknya aku panik karena sesederhana ini pikiran kamu." Tala mengawasiku lebih dekat. "Kamu pasti berpikir setannya tertarik sama kamu karena kamu cantik? Serius Felicia, urusan stok percaya diri kamu memang punya banyak," sindir Tala karena dia mendapati aku yang mengibaskan rambut.

Aku memberengut. "Aku serius tahu."

"Aku juga." Tala lagi-lagi mengusap surai yang tadinya tergerai indah. "I miss you, Felicia. Apa kamu tidak kangen aku?" tanya Tala mengubah topik.

Aku menoleh ke arah orang-orang berjas hitam yang berjaga di sekitar kami. Hmmm. Aku harap mereka tidak dengar Tala bilang miss you kan malu.

Eh, eh. Tumben aku punya malu?

Aku pun memutuskan mengangguk sambil tersenyum simpul menahan bahagia hati. Aku mendekati Tala kemudian berbisik, "Tadi aku belum menjawab pertanyaan Mas Tala yang ngajakin menikah."

Tala tampak tertarik. "Lalu jawabannya?"

"Aku mau lihat cincinnya dulu. Kalau mahal dan bagus, aku mau tapi kalau jelek remidi beli cincin yang lebih bagus sana."

Tala tertawa. "Kamu ini ya, jahat." Tala mengeluarkan kotak cincin kecil dari kantong celana. Dia membuka kotak itu, ada sebuah cincin cantik mirip sekali dengan cincin yang Tala buang beberapa hari lalu.

Aku terperangah. Cincin itu lebih kelihatan mengkilap daripada sebelumnya. "Mas Tala sungguhan gak kreatif ya." Aku mencibir karena Tala menirukan desain cincin lamaku.

"Habisnya, kamu tidak ingin yang lebih bagus. Kamu juga marah karena aku membuang yang lama. Jadi, aku beri yang baru dengan ukiran Nabastala. Nabastala lebih bagus daripada nama lain." Tala mengoceh panjang, dia juga tidak melihat mataku saat bicara. Tala sepertinya salah tingkah. Baru kali ini aku melihat Tala begini.

"Memang yang lama ada ukiran nama siapa?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Tala masih mangap. Aku khawatir Tala tidak bisa menutup mulut terus ada belalang masuk. Aku pun membungkam mulut Tala dengan telapak tanganku.

Tala langsung bersin.

"Maaf aku alergi debu," kelakarnya.

Wah, sialan. "Memangnya tanganku sekotor itu, Mas Tala?"

Tala tertawa. "Iya, Sayang."

Huh. Apa Tala pikir dengan memanggilku sayang aku rela dikotor-kotorin?

Tunggu, kok Tala kelihatan cakep kalau nyengir begitu? Giginya putih.

"Mas Tala, aku serius tanya. Mas Tala gosok gigi pakai Bayclin ya?" Aku semakin memajukan diri ke arah Tala sampai dekat sekali demi mengamati giginya.

"Hah?"

"Putih banget giginya kayak gak punya dosa," ujarku kagum. "Bagi rahasianya dong?!"

Bukan menanggapiku, Tala malah menyeruduk kepalaku pelan sampai kening kami bertemu. Aku hampir saja jatuh ke belakang saking kagetnya. Untung Tala lekas menarik tanganku. Wajah kami jadi semakin dekat. Aku bisa melihat mulusnya paras Tala. Bahkan Tala tidak punya bekas jerawat, heran deh.

"Mas Tala ganteng!" Seruku spontan.

Aku tertawa kecil saat Tala membuang muka. Wajah Tala merona dong. Cute.

"Handsome Tala handsome Tala!" Aku yang suka melihat cara Tala tersipu semakin menjadi-jadi.

Sebagai tanggapan Tala melepaskan tangannya pada lenganku. "Kamu ini ada-ada saja," gumam Tala sambil menggaruk tengkuk.

Aku mencolek pinggangnya, mirip perempuan nakal yang menggoda laki-laki di jalanan. "Mas Tala, kenapa malu-malu begitu? Bukannya selama ini banyak yang memuji wajah Mas Tala?" pancingku.

Tala melihatku sekilas, lalu melempar pandangan kepada anak tangga di bawah. Sungguh kami seharusnya tidak sesantai ini, kayak tangga darurat dimiripkan sama tempat piknik.

"Kalau kamu yang bilang aku cakep, jadinya beda."

"Bedanya kenapa?" Aku mengusap wajah Tala yang merah padam. "Mas Tala naksir aku ya?" lanjutku kemudian tertawa karena Tala memberikan wajah kaget.

"Ya beda pokoknya."

Lagi-lagi Tala kelihatan salah tingkah. Tala mirip kayak aku jaman SMP, waktu pertama kali PDKT sama Joni Joni yes papa.

Oh, kamu ketahuan terpesona sama Lizzy.

"You arent my type, Liz," tukas Tala masih sambil membuang muka.

Oke, ternyata aku bukan tipe Tala, sok banget Tala pilih-piliha wanita! Aku langsung ingat laki-aki berotot dan bercambang yang fotonya ada di dompet Tala. Jelas aku bakal kalah kalau disuruh bersaing sama laki-laki bercambang dan berotot, aku enggak punya keduanya huhuhu.

Eh, Lizzy kamu tidak boleh menyerah!

Oke, kayaknya setelah ini aku harus cari cara untuk bercambang dan punya otot tebal. Bikin otot urusan kecil, nanti aku bisa konsultasi sama Bang Lucas. Bang Lucas punya otot palsu yang tinggal ditempel. Terus hmm ... masalah cambang dan kumis kayaknya aku harus tanya Jasper, soalnya beberapa hari lalu Jasper beli ramuan Wak Doyok buat penumbuh bulu. Tidak tahu sih bulu yang dimaksud bagian mana. Semua bulu sama saja kan?

Oke semangat Lizzy semangat!

Tala dan aku tidak sempat mengobrol lagi karena Jasper sudah kembali dengan membawa kantong plastik besar. Ada logo KFC di kantong itu.

"Saya beli ayam petok petok." Jasper langsung duduk di sebelah Tala. Dia membeberkan belanjaannya mulai dari buket ayam, burger, kentang, dan cola.

"Kita kayak piknik kalau begini," aku berkata sambil menyenggol siku Tala. "Mas Tala, ayo makan," aku menawarinya.

"Ini makanan tidak sehat. Kita juga belum cuci tangan," Tala malah melengos.

Aku memberengut. "Susah deh mengikuti selera Pak Dokter. Memang seleranya tinggi banget sampai tidak tergapai," sindirku.

Tala tidak seberapa ambil pusing dengan ucapanku, dia malah membersihkan ujung bibirku yang terkena saus. "Kalau makan jangan kayak bayi, Lizzy. Kamu sudah besar," ujar Tala. Dia membantuku membuka bungkus burger.

"Benar, Tuan Muda. Nona Muda suka sekali makan dengan berlepotan. Biasanya saya menyuapi," kata Jasper, setelah itu mengunyah ayam goreng dengan lahap.

"Kamu menyuapi, Lizzy?" alis Tala terangkat. Aku dapat mendengar nadanya tinggi, kayak tidak terima.

"Itu enggak sengaja, Mas Tala. Waktu itu tanganku kram." Aku mencari alasan karena Tala kelihatan marah.

Aku hafal betul. Tala bisa sungguhan jahat sama Jasper. Contohnya waktu di rumah, jika Jasper duduk terlalu dekat denganku pasti Tala akan langsung mengeplak kepala Jasper. Kasihan kan Jasper jadi semakin bego.

"Kalau sampai aku melihat kalian suap-suapan, kamu bakal diberhentikan dengan tidak terhormat Jasper Suh," Tala menimpali. Tala melipat tangan di depan dada lalu melirikku. "Sudah makannya, jangan banyak-banyak," sambung Tala galak.

Tala berdiri dari duduknya. Dia meraih tanganku untuk membantuku berdiri. Aku awalnya cemberut karena belum selesai makan tapi karena Tala dengan telaten membersihkan jari-jariku yang terkena saus menggunakan tisu basah, aku jadi luluh.

"Thank you, Mas Tala."

Jasper juga sudah berdiri dan merapikan ayam gorengnya. Ceritanya mau dibawa buat bekal mengawalku tapi ....

"Jas, kamu pulang. Aku yang akan mengantar Lizzy." Tala melarangnya ikut.

"Yaah," Jasper mengerang kecewa, tapi dia diam karena Tala melotot. "Baik Tuan Muda," Jasper langsung menciut sekecil semut.

Tanpa menoleh lagi kepada Jasper, Tala melangkah sembari menggenggam tanganku erat-erat. Aku menyadari Tala ini tipe manusia yang bakal bisa jadi galak sekali kalau sesuatu masuk ke wilayah teritorialnya atau kepunyaannya dipegang orang lain.

Kok jadi mirip ayam jantannya bunda ya? Namanya si Bagong. Kalau ada yang duduk di tempat bertenggernya langsung dipatok. Tala dan Bagong sama-sama jantan pula. Tapi, Bagong lebih sempurna sebagai pejantan tangguh soalnya Bagong suka sama Susanti―ayam betina Bunda. Kalau Tala kan sukanya sama Susanto.

"Mas Tala lagi badmood, ya?" Aku bertanya saat kami sudah berada di mobil Tala, dia menyetir keluar basemen mall.

"Masih tanya?" Tala menjawab ketus.

"Ihhh galak banget. Aku takut." Aku memegang tangan Tala yang ada di setir. "Galaknya boleh didiskon enggak? Aku lagi kangen baiknya Mas Tala ini, please."

Satu, dua, tiga ... hitungan ke tiga Tala tersenyum simpul. Murahnya Tala.

Tala membalas genggaman tanganku. "Baru juga ditinggal lima hari," katanya.

Aku melihat Tala. Ada rambut halus di dagu Tala. Jadi ingin pegang, siapa tahu ketularan punya jenggot?

"Kenapa dari tadi lihatin wajah Mas Tala terus?" tanya Tala, dia berganti menatapku sekilas.

Aku menggeleng. "Mas Tala belum cukuran, ya?"

Tala mengangguk. "Enggak sempat, sibuk sekali karena kerjaan satu minggu aku jadikan lima hari."

"Pasti demi ingin ketemu aku cepat-cepat."

"Iya," Tala menjawab cepat.

"Eh? Jujur amat jadi deg-degan akunya," aku menimpali sambil tertawa.

Tala tersenyum lebar. Dia mencium punggung tanganku yang ada di genggamannya.

Kalau ini akting, aku mengakui Tala punya bakat akting luar biasa. Aku pun menikmati setiap gerakan dan sentuhannya padaku. Terlepas dari ini pura-pura atau tidak.

"Mas Tala," panggilku.

"Iya?"

"Aku hanya ingin bilang, jatuh cinta itu mudah ya. Melupakan yang susah," kataku, aku tiba-tiba mengingat kalimat tersebut.

Entah dari mana aku pernah mendengarnya. Aku merasa kalimat tersebut sesuai untuk atmosfer hari ini. Lantaran begitu, Tala menganggapnya serius. Aku bisa melihat tubuhnya yang kaku.

Tala langsung menepikan mobil yang dikendarai kami. Dia menatapku intens.

"Loh, kenapa tiba-tiba berhenti?" aku bertanya kaget.

Tala mengerjap beberapa kali. Dia menggeleng. Netranya mengubah arah ke jendela depan mobil.

"Hujan," katanya.

Aku mengikuti tatapannya. "Benar," kataku.

Aku melihat rintik hujan mulai berjatuhan. Awalnya hanya sedikit, menit berikutnya menjadi deras. Jariku bergerak menulis sesuatu pada kaca mobil yang berembun.

"Nabastala," bibirku membaca yang kutulis.

"Iya?" Tala merasa terpanggil.

Aku terkekeh. "Aku enggak lagi memanggil Mas Tala. Aku hanya menyebutkan Nabastala," aku berkelakar.

"Felicia Lim," Tala mengucapkannya dengan penuh peringatan. Tangan Tala sudah memegang wajahku agar aku melihat ke arahnya.

Ah, tidak adil. Ragaku langsung menurutinya.

Aku batuk-batuk untuk menutupi kecanggungan.

"Hahahaha jangan marah dong. Aku suka ngucapin Nabastala Nabastala Nabastala. Nama itu terasa manis sekali di bibirku," ujarku mulai berkicau tidak jelas.

Ada bunyi cup saat Tala dengan cepat mencium pipiku. Aku melotot. Bukan marah, aku lebih ke panik karena jantungku mau pensiun dini saking kagetnya. Capek ya, main drama sama Tala―bawaannya ingin diseriusin terus.

'Gak boleh baper. Gak boleh baper. Gak boleh baper.' Dalam hati aku mengucapkannya.

"Kamu juga sangat manis," ujarnya sebelum menjungkitkan sepasang ujung bibirnya, membentuk senyum indah.

"Wah, cium bayar tauuu. Main cium pipi!" Aku memukul pelan bahu Tala.

"Bayarnya pakai sayang boleh?" goda Tala.

"Ih, Mas Tala apaan." Aku jadi yang salah tingkah.

Melihat Tala yang lagi bahagia, aku pun memiliki ide brilian. "Mas Tala, hujan-hujan yuk!" ajakku.

"Gak."

Dasar Tala jahat, dia menolak tanpa berpikir.

Aku turun dari mobil yang terparkir di kompleks rumah Keluarga Lim. Tubuhku langsung terguyur hujan. Aku bisa mendengar Tala mengomel soal aku bisa terkena flu. Namun, aku cuek.

Aku justru berputar-putar di jalanan yang sepi karena ini jalanan kompleks perumahan elite, jarang ada kendaraan lewat. Aku melambaikan tangan kepada Tala agar dia ikut turun.

Mana mau Tala main hujan seperti balita? Dia kan orang paling serius sejagat raya.

Aku pun mengabaikannya setelah dia hanya menatapku dari dalam mobil. Tapi ... saat aku tersenyum lebar kepadanya karena aku hampir tersandung kakiku sendiri ... Tala pun lekas turun dari Audinya.

Hehehe. Takut aku jatuh, Pak Dokter?

Wah, Tala yang hujan-hujanan mirip model sampo yang sedang keramas. Memesona sekali.

"Felicia hati-hati." Tala memarahiku lagi.

Aku pun menariknya mendekat. Tanganku sudah mengalung di lehernya. "Mas Tala, tahu tidak kalau dari kecil aku punya impian untuk dilamar di bawah rinai hujan?"

"Tidak," jawabnya singkat, tangan Tala melingkar di pinggangku.

Aku melihat surainya dibelai air hujan yang terus membasahinya. "Sekarang sudah tahu kan? Mas Tala tahu kan harus apa sekarang?"

"Tidak." Tala mendekatkan wajahnya ke padaku sampai hidung kami bersentuhan.

Tuhan. Aku sesak nafas. Bilangnya tidak tahu, tapi gerakannya mengartikan dia paham benar caranya.

"Aku juga ingin dicium waktu hujan-hujanan." Aku berbisik lagi, sungguh tenagaku habis kalau diminta bicara lebih keras. "Mas Tala, tahu kan sekarang harus apa?" aku mengimbuhkan.

"Tidak." Tala menjawab begitu, tapi bibirnya sudah berada di pipiku, kemudian berlalu mencium hidungku.

Aku sudah memejamkan mata saat Tala mengecup sepasang kelopak mataku. Kakiku sepenuhnya lemas ketika Tala mencium sudut bibir ini.

"Kenapa kamu tidak mengajariku caranya, Felicia?" tukas Tala padaku.

Cara apa lagi? Cara kamu mengaduk-aduk hatiku sekarang sudah sangat pintar Tala. Pikiranku protes.

"Nabastala ... apa kamu mau menikah denganku?" cicitku. Nyaliku masih sebanyak pasir di pantai, meskipun ragaku sudah meleleh.

Tala tertawa kecil. "Kamu selalu berani," dia mengungkapkan pendapat.

Enggak hanya berani, Tala. Aku ini juga agresif mirip singa rawr!

"Hmmm." Sayangnya, gigi singaku dan raungan singaku jadi tumpul karena sentuhan Tala. Jadinya, hanya suara hmm kayak orang hampir semaput.

Tala beralih ke telingaku, lalu berkata lembut, "Tentu saja aku mau. Kita menikah. Itu kesepakatannya."

Tala memberikan spasi di antara kami. Dia mengusap wajahku, jari-jarinya menyentuh bibir ini. Cara Tala melihatku sekarang seolah aku adalah manusia yang paling istimewa. Tidak ada yang lain kamu lah satu-satunya, aku mengartikan tatapan Tala demikian.

"Anggap saja, ini bonus dari perjanjian kita," Tala berucap demikian dengan cepat.

Serebrum ini belum sempat mengartikan karena Tala sudah menarikku dalam kecupannya. Kaitan yang dalam di tengah derai hujan tanpa petir.

Tala terasa sangat familier, padahal ini adalah kecupan pertama kami. Aku seolah pernah mengecap bibirnya. Hati yang membuncah. Jantung yang berderum detaknya. Rasa yang begitu ... aku kenali.

Rasa yang membuatku berpikir ....

Boleh tidak, kami begini lebih lama?

Boleh tidak, aku berharap jika ini sungguhan?

Boleh tidak, aku serakah untuk memiliki Tala seutuhnya?

Tapi sayangnya, aku belum punya cambang atau berewok atau kumis. Jelas, Tala tidak akan sungguhan suka padaku karena itu.

Sedih.

Tala, kenapa kamu sukanya sama yang lebat-lebat sih?

HUAAAAAAAAA!

-oOo-

Hulaa!~♡

Terima kasih sudah baca 🥰. Semoga masih setia berpetualang bersama Lizzy, Tala, dan Jasper di negeri ajaib. Semoga juga kita selalu diberi kesehatan yah!

Aku biasanya menulus draft part selanjutnya di twitter dan instagram bagi yang kepo bisa follow akunku twelveblossom.

P.s: Cerita ini akan lanjut setelah 200 komentar dan 200 vote.

Sampai jumpa di part selanjutnya yah!

Continue Reading

You'll Also Like

don't hurt Lia (end) By el

Mystery / Thriller

1.3M 96.1K 73
"lo itu cuma milik gue Lia, cuma gue, gak ada yang boleh ambil lo dari gue" tekan Farel "sakit kak" lirih Lia dengan mata berkaca kaca "bilang kalo...
14.1K 1.1K 17
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
83.7K 2.8K 46
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...
ARGENZIOSZ [END] ✔ By Amd.L

Mystery / Thriller

144K 8.3K 29
[ Just Brothership! ] ‼️Tahap Revisi "Uzel sayang kalian," Celetuk pemuda manis dengan tangan yang memeluk tubuh sang daddy erat, namun matanya bergu...