Finale

By nadomeda

2.2K 336 43

The journey to get through things that once broke them down, to love and to be loved properly. More

meet the characters
01 - Bitter
02 - Hi Hello
04 - A Ride Home
05 - Addicted
06 - Your One Call Away Man
07 - Rejection
08 - Green-eyed
09 - A Glimpse of Her Past
10 - Rumour
11 - New Step
12 - Serendipity
13 - Bad Bad Dream
14 - Weird Tension
15 - Soto Pagi
16 - Sunrise
17 - Blooming
18 - Take It Easy
19 - Midnight Lullaby
20 - Unfortunate Fortune
21 - She Came Back
22 - The Things You Do
23 - Safe Haven
24 - Story Unlocked

03 - Struggling

92 18 0
By nadomeda

Bianca

Hari Jumat pagi, Tante Rhea mengajakku sarapan bersama di rumahnya berhubung aku dan Juan sedang memiliki waktu kosong. Pukul delapan, Juan menjemputku di depan kost dan dalam waktu kurang dari setengah jam, kami sudah sampai di kediaman keluarga kecilnya.

"Bianca! Ih, Tante kangen banget!" Tante Rhea memelukku erat, disusul oleh Om Ryan yang hanya memberiku tepukan ringan di bahu sebagai sapaan.

"Ayo langsung makan, udah laper, kan, kamu?" seru Tante Rhea dengan antusias seraya menggiringku ke ruang makan.

Jangan tanya kenapa Tante Rhea sangat bersemangat dengan keberadaanku. Beliau sangat menginginkan anak perempuan, sayangnya, sewaktu umur Juan tiga tahun, rahim Tante Rhea terkena kista dan mustahil baginya untuk memiliki anak kedua.

Dulunya, kami tinggal berdampingan sebelum Om Ryan dipindah kemari oleh urusan pekerjaan. Sewaktu rumah kami masih dekat, Tante Rhea selalu memanjakanku seolah-olah anak sendiri. Untungnya, Juan sama sekali tidak protes melihat kasih sayang maminya malah dicurahkan ke sepupunya sendiri. Mungkin karena Juan pun dimanjakan oleh ibuku, yang diam-diam juga sangat mengharapkan anak laki-laki.

"Orangtuamu kabarnya gimana, Bi?" tanya Om Ryan disela-sela sarapan.

"Baik, Om. Sehat semua, kok."

"Sejak kita pindah ke sini kita belum sempat nengok lagi, maaf lho ya," sambung Tante Rhea dengan nada bersalah, "Tante seneng banget kamu masuk universitas yang sama kayak Juan terus rantau ke sini. Rasa kangen Tante jadi terobati, deh."

Aku meringis dan hendak mengucapkan terima kasih, tapi omonganku sudah lebih dulu terpotong oleh Om Ryan yang tiba-tiba menceletuk. "Ko, jangan hapean terus lho, kamu tuh. Lagi sarapan bareng-bareng gini, kok malah main hape."

"Ih, aku lagi nyari drummer ki lho, Pi," elak Juan tanpa melepas matanya dari ponsel, "kan Papi tau band-ku kemarin kena musibah."

"Oh iya, Bianca dah kamu kenalke ke temen-temen band-mu belum?" kali ini Tante Rhea yang bertanya.

"Baru sama Brian, sih, kalau Sandri sama Wage belum aku kenalin."

"Sandri?" aku mengernyit, "Kayaknya aku kenal, deh, sempet ketemu di perpus. Katanya dia temen e Koko."

Juan (akhirnya) mengangkat kepalanya dan meletakkan ponselnya di samping piring. "Bi, kamu nek diapa-apain sama mereka, ngomong lho ke Koko."

"Ih, Juan," Tante Rhea mendesis, "Bianca, kan, udah gede. Biarin, dong, kalau dia mau deket sama temen-temenmu, lagian Brian, Wage, sama Sandri tuh ganteng semua lho. Masa Bianca gak boleh, sih, ngedeketin?"

Aku meringis mendengar ucapan Tante Rhea, sementara di seberang Om Ryan terlihat setuju dengan statement istrinya karena beliau mengangguk-angguk mantap. Tapi, meskipun aku belum kenal siapa Wage yang sedari tadi mereka sebut-sebut itu, aku mau mengakui kalau Kak Sandri maupun Kak Brian memang good looking.

Juan menghela napas, "Iya, Mi, aku kan jaga-jaga. Lagian siapa di kampus yang bisa jagain Bianca nek gak aku?"

Let me tell you something. Juan memang sepupu terdekat yang aku punya. Meski begitu, bukan berarti kami selalu menghabiskan waktu bersama-sama, Juan selalu asyik pada dunianya, begitu pula denganku. Tapi Juan adalah sosok yang selalu siap sedia datang ketika aku butuh, semacam superhero one call away yang akan langsung datang ketika aku meneleponnya. Hal itu yang kusuka darinya, dia tidak pernah memberi afeksi berlebihan, tapi tau kapan aku benar-benar butuh untuk diprioritaskan. Kira-kira, begitulah love language Juan.

Terlepas dari sifatnya yang selalu mewanti-wanti diriku dan tak pernah berhenti untuk menawarkan bantuan—bahkan kadang memaksa, aku tau Juan hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk menjagaku.

Seusai sarapan, Om Ryan bergegas mandi dan berangkat kerja, sementara Tante Rhea langsung mencuci piring di dapur seraya mengobrol dengan ibuku yang entah sejak kapan ia telepon. Aku dan Juan menghabiskan waktu di ruang tengah, di depan televisi yang tidak menyala dan fokus masing-masing pada ponsel.

Dasar generasi millenial.

Ketika aku menoleh, aku bisa melihat wajah Juan dari dekat. Matanya terlihat lelah, dan kantung matanya terlihat kontras dengan kulitnya yang seputih salju, mengingat dirinya alergi terhadap cahaya matahari yang terlalu kuat.

"Koko punya band, tah?" tanyaku, memecah keheningan di antara kami.

"Hm? Aku ndak tau cerita ke kamu ya?" Juan balik bertanya, ia merubah posisi duduknya, sedikit condong ke arahku dengan punggung bersandar di lengan sofa supaya kami bisa ngobrol dengan lebih nyaman.

"Ndak, Ko."

"Ya ... pokok e pas aku masih maba aku mbek Brian, Sandri, Wage, sama satu lagi namanya Jun bikin band iseng-iseng—eh, sek," Juan mengangkat panggilan mendadak dari ponselnya, ia beranjak dari sofa, tapi tidak pergi keluar ruangan sehingga aku bisa mendengar percakapannya.

"Hah, gimana? ... Gak bisa akustikan? Kok gitu? Gila ini berapa bulan lagi, San! ... Gak, lah, gila! Gak gampang kecuali lo dapet drummer yang jago dari lahir! Kenapa panitianya gak bilang dari kemarin, sih? Drumnya gak bisa pre-record aja?"

Aku tertegun. Aku jarang melihat Juan marah, apalagi semarah ini. Wajahnya memerah, air mukanya keras, dan aku bisa melihat kalau matanya bergelimang air mata yang siap turun kapan saja. Kalau Juan sudah semarah ini, berarti sesuatu yang benar-benar buruk sedang terjadi.

<>

Brian

SunDay terbentuk tanpa seorang drummer, melainkan dengan dua orang keyboardist. Jun sebagai keyboardist dan Wage memegang keyboard synthesizer. Semuanya baik-baik saja, karena synthesizer secara sukses dapat menutupi kekurangan kami di posisi drummer tersebut, tapi semuanya buyar ketika keparat bernama lengkap Junaidi Haditia itu pegat dari SunDay.

Kami tidak bisa tampil seperti biasanya karena Wage kesulitan memegang dua instrumen, dan kami hanya bisa akustikan sebagai gantinya. Tapi nggak selamanya kami bisa stuck di accoustic, apalagi sejak awal kami bukan band akustik.

Nggak disangka, kami yang dulunya menolak mentah-mentah untuk membuka posisi drummer karena ngerasa nggak perlu, sekarang malah mengais-ngais seorang drummer supaya bisa tampil seperti sebelumnya.

Sejujurnya kami mau take it slow dalam pencarian drummer ini, kami nggak mau terburu-buru karena masih trust issues berkat trauma yang diberikan oleh Jun. Hanya saja, kayaknya Semesta lagi nggak berpihak pada kami karena lagi-lagi kami diberi masalah baru.

"Lo semua tau kan, konsep closing Welcoming Party itu ya, party. Seneng-seneng, mood-nya harus dibawa naik banget, dan gak mungkin kita akustikan," jelas Sandri. Baik gue, Wage, maupun Juan mendengarkan dengan seksama, "gue gak tau panitianya ada miskomunikasi apa, tapi di meeting kemarin waktu gue ngajak kalian ngumpul di tangga recital, mereka gak komen apa-apa soal kita tampil akustik."

"Otaknya pada belom nyambung kali," sela gue asal. Jujur gue sebel, sebel banget. Mau marah aja sama panitianya yang seenak jidat itu. "terus kalo kita gak bisa selain akustikan gimana?"

"Ya gak tampil. Mereka mana mau nampilin sesuatu diluar konsep yang udah direncanain," jawab Sandri dengan nada yang tak kalah sebal. "Dari awal gue udah aneh, WP kok ngundang kita yang jelas-jelas cuma bisa akustikan, padahal konsep mereka gak pernah kayak gitu. Bener, kan, sekarang malah kejadian kayak gini."

Seluruh penjuru fakultas tau tentang band kami, terutama ketika Jun pergi begitu saja. Mereka tau setelah kejadian itu, SunDay stuck akustikan. Meski begitu, beberapa event tetap dengan senang hati mengundang kami sebagai bintang tamu tanpa masalah, salah satunya Welcoming Party, atau bisa dibilang ospek fakultas kami.

Tapi, entah setolol apa panitia WP sampai tiba-tiba mereka bilang kami gak bisa tampil akustikan di acara mereka, padahal awalnya mereka gak komentar apa-apa. Gila.

"Pilihannya cuma empat, nge-push Wage megang dua instrumen, nggak tampil, pakai drum pre-record, atau buru-buru cari drummer sebelum WP." Juan berasumsi, di sampingnya, Wage mengerang sebal.

"Lo tau seburuk apa penampilan kita waktu gue maksain diri megang keyboard sama synth barengan, lo masih mau ngulangin itu?"

Gue menggeleng. Gue udah cukup melihat cowok kalem itu stressed out di atas panggung karena kesulitan mendominasi synth sambil main keyboard di saat yang sama. Memang, sih, mungkin bisa kalau sering-sering latihan, tapi namanya demam panggung siapa yang tau kapan datengnya?

"Gue, sih, prefer nyari drummer sebelum WP, mau gimana pun gue pengen banget tampil pas WP. Lumayan, kan, tampil depan maba. Tapi kalo cuma punya waktu kurang dari dua bulan, gue gak yakin kita bisa as selective as we expected," tandas Sandri, yang langsung disetujui oleh kami bertiga.

Gue menghela napas, seraya membuka lockscreen ponsel dan mengecek Instagram, sekedar untuk menenangkan sedikit pikiran gue di tengah pembicaraan yang keruh ini. Tapi apa yang muncul pertama kali di laman Instagram gue justru memperburuk suasana hati. Di situ, tepat di postingan paling atas, terdapat foto Jun di sebuah bar, sedang merokok sambil mengangkat tinggi-tinggi gelas yang sudah pasti berisi minum alkohol.

He is living his life to the fullest while his friends that he left behind are struggling.

Kalau bukan karena Jun, SunDay gak akan mengalami kondisi seburuk ini. Kalian mungkin capek, gue berkali-kali nyalahin Jun, tapi gue emang gak bisa berhenti.

Karena gue sebenci itu sama dia.

<> 

Continue Reading

You'll Also Like

105K 11.1K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
300K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
611K 61K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
412K 4.4K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...