MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓

By Titimois

874K 59.9K 2.6K

RAJA KU MUSUH KU "Jangan berharap lebih pada ku. Aku menjadikan mu permaisuri ku, karena aku ingin menyiksa m... More

1.Pria Misterius
2.Tawanan
3.Sang Raja
4.Pengkhianatan
5.Pernikahan
6.Malam Pertama
7.Dendam Murni
8.Penobatan
9.Trauma
10.Luka
11.Alasan
12.Peduli
13.Rasa
SPECIAL
14.Cemburu?
NUMPANG LEWAT
15.Sayembara
16.Hilang
17.Pertempuran
19.Fakta kecil
20.Kematian
21.Sebuah kisah
22.Renggang
23.Rumit
24.Tak terarah
25.Lilia
26.Ikatan
27.Erat kembali
28.Tali hubungan
ANNOUNCEMENT
NEW COVER
29. Manis
30. Tak Terbayang
31. Sakit Yang Tertoreh
32. Rasa dan Resah
33. Air Mata
34. Athes dan Pilihan
CASTING VERSI K-POPERS
35.Pertanyaan
36.Naff
37. Perjuangan
38. Akhir
DANDELION
NAFF

18.Pertempuran Lanjutan

16.4K 1.4K 34
By Titimois

Tak hanya bersaing dalam pedang, Thanasa dan Delano juga beradu pandang. Dua lawan satu. Delano sendirian menghadapi Fell dan Thanasa saat ini.

Pertarungan semakin sengit kala pasukan Fell banyak yang jatuh berguguran.

Bagi Delano, Felltiro Cov tidak ada apa-apanya dibanding dengan dirinya yang sudah menjajah banyak Kerajaan. Pria berwajah dingin tersebut tersenyum meremehkan. Beraninya pria itu mengambil tindakan gegabah dengan menyerang Altair. Nyari mati.

Gagal mengibaskan beberapa kali pedang, kian menambah amarah Thanasa. Ia sangat ingin membalaskan dendam sang Ayah yang terbunuh secara keji dan kejam. Ya, tujuannya untuk membunuh Raja Altair.

Delano tahu istrinya sedang kalut. Dibanding melawan balik, ia sengaja menepis pedang yang Thanasa arahkan. Bermain-main seperti ini lebih menyenangkan. Walaupun Fell ikut menyerang, Raja Altair tetap tak terkalahkan.

"Kau kesal?" Tanya Delano sedikit jahil. Sempat-sempatnya ia mengedip mata disaat bertarung dengan sang istri.

"Aku tidak akan pernah nyesal lagi jika berhasil membunuh pembunuh Ayah ku!" Jawab Thanasa cukup emosi. Sungguh bukan hanya emosi, ia juga marah karena tidak berhasil melukai Delano sejak tadi. Lelaki itu memang sangat menyebalkan.

"Kata-kata mu tidak sesuai kemampuan mu, sayang."

Cih, Thanasa muak dengan panggilan Delano barusan. Rasa-rasanya ia ingin sekali menyumpal mulut Delano dengan bongkahan batu. Ah, merobeknya sekalian tampaknya lebih baik bukan?

"Kenapa? Kau kesal? Sinilah mendekat. Aku rindu pada teriakan sakitmu saat aku mematahkan tanganmu waktu itu."

"Bajingan!"

"Bajingan yang kau sebut itu adalah suamimu asal kau tau."

"Suami apanya?! Kau yang memaksaku menikah brengsek! Aku tidak sudi punya suami pembunuh seperti mu!"

Delano tertawa. "Galak sekali."

Disisi lain, Tristan dan Lander masih bersikukuh menerjangkan pedang satu sama lain. Sejak awal Lander memang memiliki hubungan yang tidak begitu baik dengan Tristan sedari kecil. Terlebih Lander tahu siapa jati diri Tristan yang sebenarnya. Hm, tunangan Thanasa itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu balas dendam.

"Kau belum memberitahu adik mu alasan kenapa kau membunuh Lucian bukan?"

Suara gesekan pedang terdengar begitu apik. Saling menyerang dan menangkis. Tristan pun menjawab datar. "Ini tidak ada hubungannya dengan Thanasa."

Bibir Lander melengkung miring. "Tidak ada?" Disela-sela pertikaian mereka, Lander masih bisa tertawa begitu renyah. Ironis sekali.

Melanjutkan, "Kau itu payah Tristan. Kau membunuh Ayahnya dan bilang ini tidak ada hubungannya dengan Thanasa? Keh, apa kau tau kalau dia sangat membenci mu sekarang? Saudara seperti apa dirimu? Apa pantas ia menyebutmu seorang Kakak?"

Praaang

Pedang Tristan terlempar akibat terpicu emosi oleh omongan Lander yang membuatnya kehilangan fokus. Bersyukurlah Alord datang disaat yang tepat, lelaki tersebut memberi Tristan pedang yang lain.

"Wow, lihat siapa yang datang. Seorang tangan kanan Lucian yang ternyata adalah mata-mata dari Altair." Lander menyindir Alord keras. Ia memberi tatapan benci pada Alord. "Kalian memang hebat."

"Sebaiknya fokus pada musuh mu. Kau terlalu banyak bicara." Tegas Tristan. Lelaki itu dan Alord maju bersamaan.

Dikejauhan, Fell melihat sekeliling. Keadaan menjadi kian buruk. Prediksi dari peperangan adalah kekalahan. Anak dari Mos Cov itu jadi buyar dan tak fokus berhadapan dengan Delano.

"Bagaimana sayang? Kau bahkan tak bisa menyentuh ku sama sekali." Kata Delano menatap sombong pada Thanasa. "Yah kecuali diatas ranjang, aku akan membiarkan mu bebas melakukan apapun pada ku. Kau tidak mau? Kesempatan untukmu membunuhku lebih banyak dibanding harus bertarung seperti ini."

Delano terkekeh saat tidak ada sahutan apapun dari Thanasa, sangat menghibur sekali. "Kau marah pada ku? Kembalilah, aku akan mengajarkan mu cara membunuh yang baik dan benar."

"Diam brengsek!" Kurang ajar. Selain tidak berperasaan, mulut Delano juga tak kalah tajamnya. Thanasa sangat geram.

"Panggil suamimu dengan benar."

"Aku tinggal menganggapmu suamiku. Kenapa kau tidak bisa diam sama sekali?"

Delano terkekeh kembali. "Sudah lama aku tidak melihatmu marah seperti ini. Tapi, dibanding melihatmu marah. Aku lebih senang melihatmu merintih sakit dibawahku. Kembalilah, aku ingin melakukannya lagi."

Thanasa tahu dimana arah pembicaraan Delano. Bisa-bisanya dalam perang pun, lelaki itu hanya memikirkan urusan ranjang.

"Kau tidak merindukanku?"

"Jangan harap!"

"Ah, sayang sekali. Padahal aku sangat merindukanmu sampai tidak tidur karena tidak mendengar mu berteriak sakit. Aku benar-benar merindukan tangisanmu itu. Soalnya kau lebih terlihat cantik saat menangis."

"Pria gila!"

***

"Kau yakin akan pergi?" Tanya Grace memastikan Dilan sekali lagi. Pria itu bertekad menyusul Delano dalam pertempuran. Tentu Grace khawatir. Apalagi ini pertama kalinya ia bertemu kembali dengan Dilan setelah kekasihnya itu kembali ke Altair.

Dilan mengangguk. Tanpa pamit, ia langsung bergegas pergi diiringi pasukan Altair menyusul perang.

Grace hanya bisa berdoa semoga calon suaminya baik-baik saja dan pulang dengan selamat.

***

Fell hampir oleng, ia harus memikirkan cara agar keadaan berbalik. Ia akui Delano memang sangat handal dan tak terkalahkan. Seketika ia menjadi menyesal telah berani memancing amarah Singa.

Tidak, ia harus memikirkan cara lain. Jika seperti ini terus, ia kalah telak.

"Masih belum menyerah sayang?" Tampaknya Delano tidak sungguh-sungguh menghadapi Thanasa. Pria bertubuh tegap itu hanya ingin membuat Thanasa merasa pasrah dan menyerah segera mungkin dengan sendirinya. Ia ingin Thanasa memohon ampunan dan berteriak kalah padanya. Lalu Delano akan kembali menyiksa Thanasa di istana nanti.

Sringgg

Beberapa helai ujung rambut Thanasa teriris oleh pedang Delano. Tampaknya si gadis cukup terkejut dengan hal barusan.

"Ck, keras kepala sekali." Delano kembali maju dan menggores luka dipunggung kuda yang ditumpangi Thanasa hingga kudanya oleng. Beruntung Thanasa bisa segera menenangkan kuda, kalau tidak, ia pasti akan jatuh saat ini dan kehilangan muka didepan Delano.

Delano hanya tertawa kecil menyaksikan itu.

Diposisi yang tidak terlalu jauh, ada Tristan dan Alord yang masih berkutat dengan Lander.

"Lihatlah sekeliling mu, kalian pasti kalah. Serahkan adik ku dan pergilah, aku tidak akan membunuh mu." Tawar Tristan pada Lander.

Terbahak. Lander memincingkan mata tajam, ia paling tidak suka dianggap remeh oleh seseorang. Ia tahu ia pasti akan kalah. Peperangan ini sebenarnya terlalu dipaksakan. Jumlah prajurit Kerajaan Cov tentunya sudah kalah telak dari awal.

Tapi tidak apa, mereka punya rencana lain.

Sreeet

Lander, Tristan dan beberapa prajurit disekeliling mereka berpaling kearah kanan. Mereka terbelalak.

Lengan Thanasa ditusuk oleh Fell.

Delano? Pria itu sempat terkejut dan emosinya langsung memuncak. Darah merembes dari lengan Thanasa, membuat wanita tersebut terjatuh dari kuda dan terkulai lemah.

Fell turun dari kuda dan langsung menyandera Thanasa. Lelaki itu menatap Delano penuh kelicikan. Sudut bibirnya terangkat dan memandang angkuh. "Kau menginginkan Ratu jalang mu ini bukan?!" Mata Delano mengisyarakat amarah. Melihat itu, Fell segera menjilat pipi Thanasa— menciptakan kemurkaan Delano kian meninggi. Segera saja ia maju tanpa peduli apapun lagi. Benda tajam ditangannya siap kapan saja untuk ditancapkan. Delano murka dengan apa yang dilakukan oleh Fell.

"Bajingan."

Fell berdecak sinis. "Harusnya kata-kata itu untuk mu Altair sialan."

Tristan bersama Lander menuju kesana bersamaan.

Lander menggeram tak terima dengan keputusan Fell yang mendadak. Tidak, ini tidak sesuai rencana mereka. Fell sudah melancang jauh.

"Fell! Berhenti! Ini bukan rencana kita!" Teriak Lander memperingati Fell.

"Diamlah payah! Kau sungguh tidak berguna!"

Lander menapakkan langkah untuk menyelamatkan Thanasa.

Fell menodongkan cepat pedangnya keleher Thanasa saat Lander kian mendekat. "Berhenti! Apa kau mau tunangan pelacur mu ini ku bunuh sekarang juga?!" Tanya Fell mengancam, ia memindahkan benda tajam itu menyusuri pipi Thanasa. Garisan disertai darah tipis tercipta pada pipi Thanasa kala Fell menggoresnya pelan. Sengaja mengancam dan membuat gertakan kepada Lander.

"Fell! Lepaskan dia! Aku bersumpah akan membunuh mu jika kau tidak melepaskannya saat ini juga!" Lihat? Fell berhasil menaikkan emosi Lander. Tidak. Bukan hanya Lander, tetapi ada Tristan dan Delano juga. Ia tersenyum puas. Wanita memang merepotkan, pikirnya.

"Ternyata pelacur ini telah banyak membuat orang menaruh hati ya? Hahahaha. Bagaimana kalau aku menghancurkan wajahnya ini?" Menyayat beberapa kali pada muka Thanasa sembari terbahak. Fell puas, sangat puas malah. Uh, ia senang sekali melihat reaksi musuh-musuhnya.

Tangan kekar itu mengepal kuat. Delano murka tak karuan. Lelaki itu menggenggam kuat pedangnya, kemudian ia turun dari kuda dan langsung berlari kearah Fell yang menyandera sang istri. Raut muka Delano terpampang marah besar bahkan urat-urat wajahnya tercetak jelas.

Namun belum sempat menganyunkan pedang, ia sudah diserang duluan dari arah berbeda.

Semua orang terkesiap.

Delano jatuh tersungkur dengan panah menancap dada.

Menyadari jebakan telah dimulai, Lander berteriak pada prajurit Altair.

"Mundur!!! Pasukan Amertha datang untuk menyerang kalian di akhir. Ini adalah jebakan yang telah disiapkan oleh Fell!" Tepat setelah perkataan Lander, ribuan panah dari belakang seketika menyambut dan menumbangkan banyak prajurit Altair.

Alord segera membantu Delano yang terkapar lemah. Tangan kanan kepercayaan Delano tersebut— memapah Delano dengan kuda dan melarikan diri dengan cepat disaat pasukan Amertha mendadak muncul.

Saat ini, keselamatan Rajanya lebih penting. Hanya itu yang dipikirkan Alord.

Keadaan semakin tidak kondusif, jumlah pasukan Altair banyak yang berguguran. Melihat itu, Tristan pun segera mengambil keputusan.

"Semuanya mundur!" Titah dari Tristan dipatuhi. Berbondong-bondong, pasukan Altair mundur secepatnya. Mereka yang sebelumnya memimpin peperangan kini ambruk.

Pertama kalinya dalam sejarah, Altair roboh.

***

Jangan lupa ninggalin jejak vote ya.

Continue Reading

You'll Also Like

275K 10.3K 8
Kumpulan tips-tips yang cukup menarik untuk dipelajari oleh semua penulis Wattpad
1M 89.5K 58
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menu...
12.1K 490 30
(Revisi) Semua berubah di ulang tahunnya yang ke-21. Kehidupan yang selama ini dia anggap tak pernah ada ternyata merupakan bagian dari dirinya. Takd...
370K 18.1K 65
[Sequel of "ECCEDENTESIAST"] GIEDENSERA #1 Cinta adalah suatu misteri yang terselubung sepanjang zaman, mengendap-endap di balik penampilan dan menja...