Aku Bukan Rumah

By riafil

510 44 2

Aku selalu mengira bahwa aku adalah rumah, dimana kamu pergi, kamu akan pulang dan berkeluh kesah, ternyata k... More

1
2
3
4
5
6
GANTI JUDUL
7
9
10
11
12
13

8

30 3 2
By riafil

Malam cerah dengan purnamanya. Sudah pukul 00:00 dan Bintang masih berkutat dengan laptopnya, jika ibunya tau pasti akan memarahi anak itu. Ponsel disebelahnya berbunyi, tanpa ia lihat siapa nama yang tertera, ia mengangkat telpon tersebut.

"Hallo?"


"Kenapa gak tidur?" Bintang sudah mengetahui suara disebrang sana. Entah, Bintang suka dengan suara bass itu.


"Belum ngantuk"


"Mengerjakan sesuatu?"


"Lagi nulis aja apa yang ada dikepala, ada apa nelpon? kamu kenapa gak tidur?"


"Tanya satu-satu Bintang"


"Kamu bisa jawab satu persatu Alam"


"Kamu mau jawaban jujur atau bohong?"


"Ya jujurlah, ngapain bohong segala?"


"Ya sudah aku jawab bohong"


"Kok gitu?"


"Suka-suka yang jawab dong, kok protes?"


"Ish" Bintang mulai kesal, Alam memang suka membuatnya naik pitam.


"Aku lagi ingin ganggu kamu biar ide dikepalamu hilang"


"Itu jawaban bohong?"


"Iya"


"Terus kalau jujur?"


"Pikir sendiri"


"Aku bukan kamu Alam, jelas gak tau isi kepalamu"


"Untungnya"


"Kamu kalau cuma mau iseng, mending tidur sana"


"Kok nyuruh-nyuruh?"


"Abisnya kamu nyebelin"


"Iya makasi"


"Kok makasi?"


"Aku tau kamu mau bilang aku ngangenin, karna kamu gengsi, jadi kamu ganti nyebelin"


"Siapa yang deskripsiin nyebelin menjadi ngangenin?!"


"Kamu gak boleh bohong"


"Kamu sendiri juga bohong"


"Haha oke aku akan jujur"


Hening... Bintang menunggu Alam berbicara, sedangkan Alam tak kunjung mengucapkan sebuah kata.


"Nungguin ya?" 


"Alam!"


"Iya apa?"


"Tau ah, matiin nih"


"Aku kangen kamu, makanya aku gak bisa tidur. Itu jawaban jujurku" Tut... sambungan telpon terputus. Bintang tercengang, ini dia tak lagi tertidur dan bermimpi kan? Ini yang bilang Alam? Serius? Bintang melihat ponselnya kembali dan mengecek riwayat telepon, memang benar adanya.


Gak, ini bukan seperti Alam. Semenyebalkan dia, hal seperti ini begitu mustahil. Apa ini? ada apa dengan ritme jantungnya? pipinya terasa panas lagi. Bintang menutup wajahnya untuk menyembunyikan rasa malunya, untung saja ia tak didepan Alam, kalau tidak anak itu akan menjailinya dengan pertanyaan aneh.


"Pipimu kenapa? Perasaan suhu disini gak panas"


"Kamu kaya tegang banget, memang lagi nonton horor?"


"Kamu kok diam terus? ini bukan lagi mengheningkan cipta Bintang"


Bintang tak bisa mengkontrol dirinya untuk biasa saja didepan Alam. Ya gimana, Alam memang suka membuat dia terkejut dengan hal yang tak terduga, seperti beberapa menit yang lalu. 


Alam itu tak pernah berkata apa yang ada dikepalanya, selalu membuat Bintang bertanya, tapi anak itu tak pernah melontarkan jawaban, melainkan melontarkan perkataaan yang membuat Bintang kesal.


Menurut Bintang, Alam adalah orang paling menyebalkan dimuka bumi ini. Kata Gilang, Alam menyukainya, tapi ia tak pernah membicarakan soal perasaanya. Alam selalu membuat teka teki yang harus dipecahkan sendiri oleh Bintang, termasuk perasaannya. Sedangkan Bintang tak mau berasumsi yang membuat harapannya jatuh dan berekspetasi tinggi.


Bintang harus tidur sekarang, biar dia bisa menenangkan fikirannya. Beradapan dengan Alam membuatnya menguras emosi. Karna anak itu suka sekali membuat Bintang kesal setengah mati. Bintang memejamkan matanya, walaupun otaknya masih mengingat kejadian yang baru menimpannya.

*****

Bintang melangkahkan kakinya menuju perpus, saat sampai didepan pintu kerah bajunya ditarik kebelakang oleh seseorang. Seketika dia memekik, penjaga perpus tertawa melihatnya, memang sialan yang menariknya.

"Aduh!" dia mengusap lehernya dan memandang orang yang dihadapannya dengan wajah cemberut.

"Kenapa cemberut?"

"Nanya lagi"

"Memang gak boleh?"

"Gak!"

"Setelah pulang dari perpus kemana?"

"Kenapa?"

"Kamu itu orang nanya gak jawab malah lontarkan pertanyaan"

"Pulang, memang kemana lagi"

"Nanti ikut aku, kamu masuk dulu aku makan disana. Kalau sudah chat aku" dia pergi meninggalkan Bintang, sedangkan Bintang sendiri masih diam dengan melihat kepergian Alam.

Dia belum mengiyakan ajakan Alam, tapi anak itu sudah mendeskripsikan bahwa ia mau-mau saja.

Setengah jam ia memilih buku, pada akhirnya ia keluar dengan langkah ringannya. Dia terpanjat saat berbelok karna Alam yang bediri di sebelah pintu perpus.

"Bisa tidak jangan membuat orang terkejut?"

"Aku biasa, kamu yang berlebihan" Alam langsung menarik tangan Bintang dengan tanpa izin, sedangkan Bintang, sudahlah jangan ditanya, pipinya sudah semerah tomat, dia belum terbiasa akan hal mengejutkan dengan perilaku Alam, jika Alam bertanya ia akan bilang "Aku kepanasan tau"

"Kita mau kemana?" tanya Bintang ditengah perjalanan.

"Nanti kamu tahu"

"Kamu mana pernah bilang kalau aku tanya akan kemana, selalu jawaban itu yang kamu lontarkan"

"Tuh tau" berdebat dengan Alam akan banyak kalahnya, terkadang dia akan diam saja jika malas saat dilontarkan pertanyaan. Tapi dia akan kesal jika pertanyaannya tak dijawab, tak adil kan? Alam memang begitu, suka semaunya.

Hingga sampai tujuan, Alam memarkirkan motornya di pekarangan rumah. Bintang hanya mengekori langkah Alam.

"Assalamualaikum" datanglah seseorang bapak tua.

"Waalaikumsala. Sudah sampai toh kamu?" dia menampilkan senyumnya.

"Iya, barangnya mana kek?"

"Sebentar ya kakek ambilin dulu, kalian duduk aja" Alam dan Bintang duduk di ruang tamu rumah tersebut, sedangkan kakek tadi masuk ke dalam rumahnya.

"Alam" ucap Bintang dengan nada kecil, Alam menoleh dan mengangkat alisnya.

"Rumahnya bagus"

"Iyalah, ini rumah kan dari jaman Belanda. Dan kakek yang menempatinya dari dulu, bangunannya masih bagus sebab kakek selalu memperbaiki bagian yang rusak, tapi tidak merubah bentuk bangunannya"

"Keren banget" kagum Bintang sambil menelusuri ruangan itu dengan matanya.

"Walaupun berat, kakek mencoba ikhlas melepaskannya" ucap kakek itu dengan menyodorkan sebuah kamera tua kepada Alam.

"Kakek ikhlas gak ini?"

"Sedang mencoba"

"Yakin?"

"Kamu jangan buat kakek memutuskan untuk tidak memberimu barang ini Alam"

"Alam tidak mau nerima jika kakek belum ikhlas memberikannya"

"Haha tidak, kakek hanya bercanda, kali ini kakek sudah yakin. Ini barang dari kakek masih muda, aku merawatnya dengan baik sampai sekarangpun masih bisa dipakai. aku mempercayaimu Alam, makadari itu kamera ini aku berikan padamu"

"Syukurlah"

"Siapa ini? adikmu?"

"Bukan"

"Oh istrimu?"

"Saya belum nikah kakek, kuliah saja belum selesai"

"Lalu apalagi? pacar kamu pasti"

"Masih belum"

"Masih belum itu jawaban apa?"

"Kakek kebanyakan tanya"

"Memang kenapa? Kakek bertanya kan pertanda peduli"

"Walaupun aku mengelak dan menjawab jujur sekalipun, kakek maunya aku jawab dia pacarku kan?"

"Ya memang kenapa?"

"Menyebalkan"

"Haha, nama kamu siapa?" tanya kakek tersebut kepada Bintang.

"Bintang kek"

"Oh Bintang, makanya bercahaya dimana-mana ya?" ucapnya sambil tertawa.

"Kakek sudah tua, jangan banyak gombal"

"Jangan cemburu kamu"

"Mana ada" ucap Alam dengan ketus.

"Nama saya Herman" Bintang hanya tersenyum mengiyakan.

"Asal kamu tahu, Alam ini cucu paling durhaka" Bintang tertawa kecil atas ucapannya. Sedangkan Alam yang masih kesal tambah kesal karna ucapan kakek Herman.

"Alam memang bukan cucu kandung saya, tapi dia memperlakukan saya seperti kakek kandungnya sendiri. Bahkan cucu saya sendiri tak sepeduli dia" kakek melihat Alam yang masih diam.

"Kenapa kamu masih diam? kakek sudah menunjukkan sisi baikmu kepada orang yang kamu suka"

"Aku pulang dulu"

"Loh cepet banget"

"Kalo lama disini nanti kakek buka semua kedok Alam ke Bintang"

"Ya memang kenapa?"

"Haram hukumnya" kakek hanya tertawa karna sudah berhasil membuat anak itu kesal. Mereka berdua pun berpamitan untuk pulang.

Ditengah perjalanan Alam menepikan motornya.

"Mau pulang beneran?"

"Kan kamu tadi mau pulang?"

"Tapi aku masih belum mau pulang, itu cuma alibi aja biar bisa menghindar dari kakek"

"Terus?"

"Temenin aku"

"Kemana lagi"

"Muterin kota pakai vespa, itu sudah romantis buatku" Alam menyalakan mesin motornya, sedangkan Bintang menundukkan kepalanya menahan senyum dan kegembiraan hatinya.

Continue Reading

You'll Also Like

381K 21.2K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
4.5M 267K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
236K 9.5K 28
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
6.2M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...