UNTUK ELEGI

By vannds

353 102 65

Bukan jenis puisi yang artinya nelangsa, bahkan makna yang ku temukan adalah sebuah romansa darinya. Ini han... More

CHAPTER 1(WHO?)
CHAPTER 2 (HE!)
CHAPTER 3 (TRAGEDI)
CHAPTER 4(PENGHIANAT)
CHAPTER 5 (HOODIE ARA)

CHAPTER 6 (PERBEDAAN)

35 11 10
By vannds

Kalau nyokap masih ada, nama Elegi mungkin nama kesukaan gue. Tapi setelah dia nggak ada, nama Elegi jadi nama paling Elegi buat gue- Elegi Chalviller Arasya.
----

Ara menatap Sang Ibu yang sedang menjahit badge nama atau nam tag baru miliknya. Mata bulatnya menatap tiap kali jarum itu menghujam, lalu keluar merekatkan antara dua komponen berbeda.

Sang Ibu, Dewi menawarkan untuk menjahit name tag anaknya. Awalnya Ara menolak, tapi Dewi memaksa, ia menyuruh putrinya untuk melihat ia menjahit, tangan seorang ibu yang rajin menjahit. Dewi bertanya kenapa nama tagnya tidak ada, Ara hanya menjawab jatuh, padahal ada bekas gaya tarik yang membuat beberapa lubang kecil bekas benang. Rasya menariknya.

Sementara di satu sisi Arka dan sang Ayah, Deva. sedang bermain PS di ruang keluarga. Beberapa kali kata umpatan kasar keluar dari mulut Arka, beberapa kali Arka mendapat pelototan tajam dari Deva.

Ya Arka, mahasiswa urakan yang dari embrio sudah urakan itu memang tidak bisa melepas bad boy dari namamya. Arka adalah lulusan dari SMA Ekadanta, dan siapa yang tau ia adalah ketua Helios dua tahun sebelumnya.

Ara menatap manik mata sang ibu, dapat Ara rasakan hatinya menghangat. Dewi menggunting benang tersebut saat selsai menjahit, ia tersenyum lebar dan menyerahkan kemeja itu pada Ara.

"Nanti Ara pakai kemeja yang satu lagi, udah ini cuci dulu kemejanya ya," ucap Dewi sambil mengelus puncak kepala anaknya itu.

Ara mengagguk mengiyakan, lalu menatap kembali sang ibu, "Mah," panggil Ara lembut.

Sang ibu yang sedang memasukan gulungan benang ke dalam kotak itu menoleh sambil berdehem.

"Kenapa mamah ngasih nama Ara itu Aksara?" Tanya Ara, entah kenapa perkataan Rasya itu mengiang di kepalanya, apa karena namanya Arasya, jadi nyambung dengan namanya? Tidak-tidak nama Ara kan Aksara, bukan Arasara.

"Kenapa? Kamu nggak suka?" Tanya sang ibu.

Ara menggeleng sambil tersenyum, "Bukan mah, tapi ada yang suka sama nama Ara,"

"Suka sama nama kamu, atau suka sama kamu?" Goda Dewi.

Ara tertegun, wajahnya mendadak panas, "ih...mamah...!"

"Dosa loh Ngomong ih sama orang tua,"

Anak selalu salah fiks.

"Mah jawab mah," rengek Ara pada Dewi yang kini tersenyum-senyum sendiri. Ara sudah besar rupanya. Ia sudah beranjak dewasa.

"Ya...nama Abang kamu kan Arsaka Sastra Sadeva, mamah pas hamil kamu tiba-tiba kepikiran mau ngasih nama Aksara Binar Sadeva, biar kelihatan adik kakak aja," jawab Dewi dengan santainya.

Alasannya biar keliatan adik kakak, Ara meniup poninya Frustasi. Ia kan pinginnya nama yang kebarat-baratan, bukan nama yang berhubungan dengan dunia sastra seperti ini.

"Ya udah..." Sang mamah mengelus rambut anaknya yang lembut, "Ara mandi sore gih! Anak cewek jarang mandi kaya kamu tuh nggak bagus,"

"Bagus mah...hemat air," jawab Ara sambil menyugihkan senyumnya.

"Mah.....! Kok di dapur bau gosong ya?" Tanya Deva pada sang istri.

Dewi menepuk jidatnya, "Ya ampun Ra! Kok kamu nggak ingetin mamah lagi masak ikan asin?" Dewi mendadak jadi emak-emak rusuh, ia segera menuju dapur yang sudah merebak bau gosong. Sementara Ara menatap mamahnya tidak percaya.

Ara melirik ponselnya yang bergetar di atas meja. Dahinya penuh gutaran saat seorang kakak kelasnya menelpon Ara. Untuk apa?

Diambilnya ponsel itu diatas meja, Ara menghembuskan nafas panjang. Semoga tidak ada hal-hal yang menakutkan atau hal-hal yang penting.

Ara menggeser layar ponselnya lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya. Ia bingung sendiri harus bagaimana.

"Hallo kak Arthur?"

"Cie.....Arthur.....mah!mah! Ara pacaran sama kakak kelas mah!" Arka teriak-teriak sampai suara itu menggema di setiap sudut rumahnya. Ia mencolek dagu adiknya membuat Ara kesal bukan main.

Ah ingin rasanya menendang Arka sampai masuk ke dalam jurang, di makan buaya da diterkam harimau.

"Berisik!" Kesal Ara, ia langsung berlari menuju kamar saat sadar kalau ada di dekat Arka semua tidak akan benar. Ara butuh privasi. Tapi kenapa Arthur menelponnya tiba-tiba.

"Oh hallo Ra," terdengar di telinga Ara Arthur sangat ramah.

"Ada apa ya kak?" Kalau berususan sama Arthur harus lembut, kalau sama Rasya Ara tidak mempedulikan dia adalah kakak kelasnya.

"Ganggu ngga?" Tanya Arthur.

Ara menghembuskan nafasnya panjang, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya ganggu karena Ara harus mencuci seragamnya dan segera mandi sore, karena sudah lengket.

"Enggak kok kak," jawab Ara berbohong.

"Sorry ya Ra, to the point aja,"

Dari tadi banyak basa-basinya batin Ara.

"Iya kenapa kak?"

"Gue mau lo bacain puisi buat pensi dua bulan nanti. Lo mau kan?" Tanya Arthur.

Ara yang mendengar sontak bersin, kok Arthur nyuruh Ara? Kok tiba-tiba seperti ini.

"Duh, kok saya sih kak?" Tanya Ara sopan.

"Soalnya....gue....ngerasa lo cocok aja buat bacain puisi. Terutama nama lo...kan Aksara,"

Jawaban yang tidak logis di telinga Ara, "Jadi gara-gara nama saya Aksara kakak mau saya bacain puisi gitu? Kaya ngga ada orang lain aja,"

"Enggak gitu juga, pas MOS kemarin kan surat cinta lo buat gue itu bener-bener dalam. Jangan kaku gitu dong
.... Ra, gue-elo aja kaya biasa. Ya terus mau siapa lagi? Masa Rasya?"

Ara berusaha bernostalgia, ia baru ingat saat MOS murid baru disuruh menuliskan surat cinta untuk kakak kelasnya. Tidak ada pilihan lain selain memberinya pada Arthur, karena Arthur yang paling santai dibanding yang lainnya. Tidak ada maksud lain selain tuntutan MOS itu.

Ara semakin tidak mengerti kok jadi bawa-bawa nama Rasya di obrolan seperti ini. Arthur kenapa sih, Ara jadi geram sendiri untung ketua OSIS.

"Kok jadi bawa-bawa Ras--kak Rasya sih?" Tanya Ara heran.

"Sebenarnya nama Rasya kan cocok kalau di suruh baca puisi, ya tapi masa anak badung kaya gitu baca puisi sih Ra?"

Ara makin heran, Arthur kurang tidur atau kurang fokus?

"Kakak ngomong apa sih?" Tanya Ara sambil terkekeh.

"Gue kira lo deket sama Rasya, lo belum tau ternyata,"

"Idih! Siapa juga yang mau deket sama preman pasar kaya dia! Apa hubungannya puisi sama kak Rasya?"

Arthur tertawa, ia senang saat mengetahui Ara tidak dekat dengan Rasya. Kejadian itu sudah jadi buah bibir dimana-mana. Menyebar secara luas hingga ke pelosok atom di bumi.

"Enggak, Jadi nggak Deket nih?"

"Enggak...."

"Jadi mau nggak? Gue mohon, ini acara terakhir OSIS angkatan gue sebelum gue negelepasin jabatan. Oh ya Ra, gue juga harap lo bisa join ke OSIS. OSIS butuh orang kritis kaya lo,"

Ara cengengesan sendiri," Untuk masuk ke OSIS kayaknya gue nggak tertarik deh kak. Gue mau fokus ke ekskul multimedia dulu. Kalau untuk baca puisi....ntar gue pikirin lagi," kata Ara, ia sudah pernah berorganisasi di SMP, jadi anak alim di SMP yang kerjaannya bikin proposal untuk kegiatan. Ara ingin yang berbeda di masa SMA nya, Ara juga ingin fokus untuk belajar demi masa depannya.

Ara tidak mau langsung mengiyakan tawaran Arthur untuk membaca puisi di depan umum. Sebenarnya Ara bisa, bahkan terbiasa untuk membuat naskah puisi. Seperti namanya Aksara pandai mendatangkan kata dari pena yang ia lecuskan dan menuangkan diksi didalamnya

"Oke, gue harap gue sama lo bisa kerjasama Ra dengan baik, kalau ada apa-apa lo bisa tanya atau chat ke gue. Selain di konteks ini lo juga bisa nanya ke gue apa aja," balas Arthur.
----

Di sini, dimana Rasya menatap remang-remang perempuan yang sedang tidur di atas ranjang. Tubuh perempuan itu makin kelihatan mungil setiap harinya, entah sudah berapa botol infusan yang mengalir ke pembuluh darah menggantikan cairan tubuh perempuan kecil itu.

Rasya mengusap lembut jari perempuan itu, hatinya berdesir tidak kuat. Kini mereka tinggal berdua setelah kehilangan satu saudara paling tua mereka. Roman Calvin Arasad.

Satu tahun sudah setelah kecelakaan itu membuat adik perempuan Rasya tertidur. Entah mimpi apa sampai adiknya enggan untuk terbangun. Dia adalah satu-satunya wanita yang masih ada di keluarga setelah Rasya kehilangan sang Ibunda.

Nama Elegi sepertinya cocok untuk menggambarkan seorang Rasya kini. Dunianya terasa hampa, sangat hampa tanpa kehadiran dua orang yang sudah tenang di alam sana.

Roman ditusuk oleh seorang alumni anak SMA Ekadanta dua tahun yang lalu. Hal itu yang membuat Rasya berambisi menghancurkan Genk di SMA Ekadanta, Helios. Roman di bunuh tepat dihadapan adiknya yang kala itu Rasya masih kelas 10 SMA dan Roman baru saja kelas 12 SMA.

Suara EKG sahut-sahutan mengisi keheningan di dalam ruangan yang hanya ada dua orang anak adam yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Sampai kapan Nad? Sampai kapan Abang nunggu kamu bangun?" Tanya Rasya monolog. Ia menatap perempuan yang lebih muda dua tahun dibandingnya.

Harusnya adiknya kelas 10 SMA sekarang.

"Abang janji kalau kamu bangun, Abang bakal buat realita yang lebih indah dari pada mimpi Nad,"

Tak ada jawaban. Adik Rasya itu entah sampai kapan perempuan mungil bernama Serenada Cantika Arafah itu tidak menggubris perkataan Rasya.

Ketiganya puisi yang berbeda yang Tuhan ciptakan untuk saling melengkapi. Semesta menciptakan Elegi sekaligus Serenada agar keduanya seimbang, antara kesenangan dan kesedihan. Roman tercipta untukku mencintai kedua adiknya. Namun kini yang tersisa dari kisah mereka adalah haru biru yang menjadi syair Elegi yang menyayat hati.

Dering telepon membuyarkan lamunan, ia membaca nama yang tertera di layar handphone. Seketika Moodnya hancur mengetahui yang menelponnya adalah sang papah. Fredick Colvis.

Rasya mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Hallo,"

"Hallo El, kamu di mana? Kamu keluyuran lagi malam-malam begini?"

"Papah di mana? Papah lagi minum Vodka lagi sama para investor kantor papah yang kaya itu?"

"ELEGI!"

Rasya berdecak kesal, ia menatap Nada seraya mengusap telapak tangannya.

"Papah pulang kamu nggak ada, kamu kemana?" Tanya sang papah terdengar dengan nada kesal.

Rasya berdecih, "Pulang juga papah ngga ada untung ruginya buat El,"

"El! Sudah berani kamu sama orang tua! Di ajarin siapa hah?!"

"Papah,"

"Jaga tutur kata kamu! Kamu ke clubing? Ngapain? Mabuk-mabukan?"

Rasya memutar bola matanya malas, tolong Fredick apa tidak punya kaca? Mentang-mentang Fredick orang kaya semua bisa ia beli, semua minuman beralkohol. Tidak bukan Rasya yang konglomerat, tapi sang papah, Rasya tidak punya apa-apa. Dulu Fredrick tidak seperti itu saat keluarganya utuh.

Memang sang kakek alias ayah Fredick adalah orang barat begitu juga Fredick, Namun dari kecil Fredick sudah tinggal di Indonesia. Masa remaja Fredcik hampir sama dengan anaknya parahnya, masa remajanya biasa dengan minum-minum. Tapi setelah bertemu Syaira, ibu dari Rasya, kehidupannya berubah. Fredick jadi sosok yang baik, dan setelah kehilangan Syaira istrinya semua berubah, Fredick kembali lagi ke masa suramnya.

"El di rumah sakit, lagi sama Nada. Papah lupa sama anak perempuan papah?"
-----

Di sini Rasya berada, di apartemen Axel bersama teman-temannya. Farhan tidak ada karena dia adalah anak laki-laki dari keluarga Wirata yang sangat di sayangi oleh orangtuanya, oleh karena itu ia sangat di protect lebih dari adiknya Farah. Karena kata Ommanya ia adalah pewaris tahta keluarga konglomerat tersebut.

Tapi Farhan malah kelihatan jengah dan tidak peduli, yang dia pedulikan hanya masa remajanya yang jangan sampai terenggut oleh kekang orang tuanya. Namun apa daya.

"Fi! Goyang mamah muda fi!" Ajak Rafa pada Rafi, keduanya sibuk sedang main tiktok yang entahlah Rasya tidak tau. Modal tampang jadi perkara mudah naik daun untuk kedua anak kembar itu.

"Lo aja, gue mau collab sama Cimol," elak Rafi.

Rasya menggidikan bahunya ngeri, disatu sisi Alger sedang berkutat main PS dengan Axel. Sementara Rasya masih diam dengan banyak pikiran yang menghantuinya.

"Kenapa wajah lo jadi jelek kaya Alger gitu sih Sya...?" Tanya Axel sambil memencet-mencet stik ditangannya, ia tidak bisa melihat ke arah Rasya yang tengah duduk di sofa rumahnya.

"Anjing!" Umpat Alger hendak melempar stik milik Axel, sementara Axel berseru girang karena menang.

"Woi PS gue! Monyet!" Kesal Axel, Alger langsung cengengesan dibuatnya, ia meletakan stik PS itu ditempatnya dengan sangat hati-hati.

Sementara Rasya menghembuskan nafas panjangnya. Setidaknya disini ia merasakan ada keluarga, keluarga yang tidak kental akan darah tapi, kental akan kehangatan.

Axel duduk disebelah Rasya, disusul oleh Alger yang membawa sekaleng minuman Soda untuk Rasya, dan beberapa minuman dengan kandungan alkohol untuk mereka.

Rafa dan Rafi menghentikan kegiatannya, mereka ikut kumpul lalu menyambar minuman dengan kandungan alkohol di dalamnya, hanya Rasya yang tidak minum begituan. Ia lebih suka soda, maka dari itu Alger membawa minuman soda khusus untuk Rasya.

"Gue tau lo lagi banyak masalah, nih gue kasih lo soda. Kite-kite mah bir ae," ucap Alger so keren.

Rasya mengambil kaleng itu lalu mereka bercears, lalu meneguk minuman masing-masing. Ada alasan kenapa Rasya tidak minuman beralkohol. Saat sang mamah meninggal di usianya yang baru sembilan tahun sang paman yang merupakan pembunuh asli sang mamah yang kini belum ditangkap karena tidak ada bukti itu mencekoki Rasya dengan minuman beralkohol.

Paman Rasya yang kejam itu ingin keluarga adiknya. Fredick papah Rasya, hancur dan lagi-lagi warisan keluarga dan jabatan adiknya itu jatuh kepada dirinya. Hidup Rasya memang memilukan.

Besoknya Rasya muntah-muntah sampai jatuh sakit. Ia ditendangi oleh Fredick, dipukuli karena dituduh minum-minuman haram itu. Dendamnya makin menggebu, menciptakan sosok Elegi Chalviller Arasya yang menjelma jadi sosok iblis berkedok malaikat.








































Continue Reading

You'll Also Like

8.9M 948K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
478K 5.7K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
295K 21.9K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
444K 23.3K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...