I Lost Everything [Completed]

By yekyutae

14.4K 982 305

Aku kehilangan segalanya... More

Prolog
1~ His Life
2~ Bad Day
3~ Incident
4~ Attention From A Friend
5~ Like My Brother
6~ Change Slowly
7~ You Shine My Day
9~ The Fact
10~ The Second Fact
11~ Time With You
12~Why?
13~ One Step Closer
14~ Comeback Together
15~ Anger-Unexpected
16~ The Last Story
17~ The Last Story-Ver.2

8~Evanescent

458 52 13
By yekyutae

Donghae terdiam belum juga merespon perkataan Kibum tadi. Ia bingung dan sedikit terkejut. Tadi Kibum bilang jika Woojin pernah mengalami trauma karena kejadian penculikan yang dialami saat usianya 8 tahun. Itu sama persis dengan hilangnya Kyuhyun di usia yang sama yakni 8 tahun. Meski belum pasti dia hilang karena diculik, tapi itu satu-satunya dugaan yang mungkin terjadi karena sangat tidak mungkin jika Kyuhyun hilang karena tersasar atau hal lainnya.

"Hae kenapa kau diam saja?" tanya Kibum saat menyadari ekspresi sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.

"Bum.. Aku juga punya adik sebetulnya, tapi dia hilang di saat usianya 8 tahun. Dia mirip dengan Woojin, mereka seumuran" cerita Donghae.

Kali ini giliran Kibum yang terdiam dan bingung mau jawab apa. Otaknya tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Eum Hae maaf ya aku ingin ke toilet dulu" ucapnya gugup dan terburu-buru.

Donghae yang ditinggalkannya di buat semakin bingung. Ia yakin jika memang ada yang salah dengan Kibum.

"Sebenarnya aku tak boleh berburuk sangka, tapi tetap saja aku merasa curiga," gumamnya.





...

Malam ini seperti biasa Donghae belum bisa tidur. Apa lagi jika bukan karena pikirannya yang menerawang tentang adiknya, Kyuhyun.

Ckleekk...

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok sang ibu.

"Hae, kau belum tidur nak? Ini sudah hampir tengah malam" ucap Ae Ri mendekati sang anak.

Donghae mendudukkan dirinya di atas kasur tipisnya.

"Hae belum bisa tidur eomma. Eomma sendiri mengapa belum tidur?"


"Mungkin kita ini sehati Hae, eomma juga tidak bisa tidur" ucap Ae Ri sedikit terkekeh.

"Bagaimana kalau kau tidur di kamar eomma saja? Dan mulai besok kau tidak boleh tidur lagi disini. Ruangan ini untuk gudang, kau akan kembali ke kamarmu yang dulu. Kau mau kan Hae?"


"Apa boleh eomma? Bagaimana dengan nanti hyungdeul, mereka pasti tak akan suka" ucap Donghae dengan wajah sedihnya.

Ae Ri mengelus kepala sang anak.

"Tak usah khawatir, ada eomma disini. Sekarang ayo kita pergi ke kamar eomma, eomma ingin tidur denganmu nak"

"Eummm baiklah" Donghae sangat senang kali ini karena akan tidur bersama sang ibu.




...

Di kamar Ae Ri ternyata ibu dan anak itu belum tidur juga, yang ada mereka malah sedang mengobrol.

"Hae... Apa kau merindukan Kyuhyun?" tanya Ae Ri menatap dalam sang anak.

"Sangat eomma.. Aku sangat ingin bertemu dengannya" jawab Donghae dengan mata merahnya.

"Eomma yakin, Hae pasti bisa membawa Kyuhyun lagi ke rumah ini"  Ae Ri tersenyum menenangkan sang anak yang kembali gelisah jika bicara tentang Kyuhyun.


Mendengar kalimat dari sang ibu itu membuat Donghae teringat dengan sosok Woojin. Ia ingin sekali menceritakan hal itu pada sang ibu, tapi jika dipikir ulang ia lebih baik diam dan melakukan pendekatan juga mencari kepastian apakah Woojin itu benar Kyuhyun atau bukan. Baru setelah ia mendapat kebenaran jika misalnya itu adalah Kyuhyun, ia akan langsung membawanya ke rumah. Singkatnya, Donghae ingin menyelesaikan misinya dulu sebelum memberikan kejutan untuk keluarganya.

"Iya eomma, pasti. Doakan ya. Hae juga yakin jika sikap Teukie hyung dan Hyukie akan kembali baik pada Hae" ucap Donghae berbinar membayangkan jika impiannya itu akan menjadi nyata suatu saat nanti.

"Iya sayang. Kau harus yakin. Kau juga harus tetap sabar yaa menghadapi sikap kakakmu. Ada atau tidak adanya eomma, kau harus tetap seperti ini. Menjadi Donghae yang bersikap dewasa, tidak pernah menyimpan dendam dan pemaaf. Eomma bangga padamu. Eomma sangat menyayangimu"

Ae Ri kembali memeluk sang anak dalam posisi berbaring. Entah mengapa rasanya ia tak ingin berjauhan dengan anak baiknya ini.




...

Pagi telah tiba namun di rumah mewah itu belum terdapat aktivitas apapun. Jika biasanya Donghae telah melakukan pekerjaan rumah, maka tidak untuk sekarang. Ia masih tidur di kamar ibunya. Mungkin tidur bersama sang ibu membuatnya sangat nyenyak.

Sementara itu si sulung keluarga Lee sedang menahan kesalnya, ia berjalan ke kamar Donghae mencari anak itu. Ia akan memarahinya karena pagi ini hampir pukul setengah 7, belum ada sarapan apapun.

Braakk....


Ia membuka pintu itu kasar namun ia heran saat tidak menemukan si pemilik kamar.


"Anak sialan itu kemana sih. Mentang-mentang eomma sudah baik jadi dia enak-enakan. Awas saja kalau ketemu nanti" ujarnya kesal langsung beranjak ke kamar sang ibu untuk membangunkannya.


"Jadi si bodoh itu tidur disini. Enak sekali dia" desis Leeteuk saat melihat Donghae yang masih memejamkan matanya.


Tanpa memikirkan apapun lagi Leeteuk langsung menarik Donghae yang masih tertidur membuat si empunya bangun dan menatapnya bingung.

"Leeteuk~ssi.."

Plaakkk...

Belum juga Donghae bicara ia lebih dulu ditampar oleh Leeteuk.

"Enak sekali kau tidur dengan ibuku. Siapa kau hahh? Mentang-mentang eomma sudah baik padamu kau jadi ngelunjak ya" bentak Leeteuk lantang bahkan teriakannya itu mampu membuat Hyukjae terbangun dan langsung mendatangi kamar ibunya.

"Leeteuk~ssi maafkan aku, semalam eomma tidak bisa tidur dan dia memintaku untuk menemaninya" ujar Donghae berusaha memberikan pembelaan.

"Alasan saja kau. Kau pasti telah mencuci otak ibuku iya kan?!" teriak Leeteuk semakin marah.

"Hyung hentikan. Eomma...." suara Hyukjae lah yang membuat Leeteuk diam.

"Lihatlah eomma tak bergerak sedikitpun mendengar teriakanmu. Eomma itu biasanya sangat sensitif dengan suara, tapi sekarang tak menunjukkan pergerakan apapun" ujar Hyukjae yang merasa heran sekaligus cemas.

Leeteuk mendekatinya dan langsung menyentuh sang eomma. Dingin, kulitnya terasa dingin. Dia gusar sekarang.

Tangannya beralih memeriksa denyut nadi sang ibu, tidak terasa apapun.

Ia langsung menatap Donghae begitu tajam.

"Kau apakan ibuku anak sial?" tanyanya penuh penekanan.


"Aku tak melakukan apapun, eomma.. Eomma kenapa hyung?" Donghae takut sekarang.

"DASAR PEMBUNUH!"

Teriak Leeteuk murka.


"Hyung, eomma waeyo?" mendengar kata 'pembunuh' seketika membuat otak Hyukjae bekerja. Apa mungkin ibunya...


"Kita ke rumah sakit sekarang"


Ketiga keluarga Lee itu sedang menunggu dengan harap-harap cemas di depan ruang UGD tempat Leeteuk bekerja. Meski Leeteuk sudah memeriksa detak jantung sang ibu yang sudah tidak terasa lagi, ia tetap pergi ke rumah sakit siapa tahu perkiraannya itu salah.

Tak berapa lama akhirnya seorang dokter yang tak lain adalah rekannya Leeteuk keluar dari ruang UGD.


"Heechul bagaimana keadaan ibuku, dia baik-baik saja kan" tanyanya tidak sabar.


"Maaf Teuk, saat dibawa kesini ternyata ibumu telah tiada. Ia meninggal karena serangan jantung. Kuharap kau bisa mengikhlaskannya, aku turut berduka cita" ucap Heechul menepuk bahu sahabatnya.

"Eomma... Ini tak mungkin terjadi kan" lirih Hyukjae.

Sementara itu Donghae telah menangis tanpa suara.

Leeteuk langsung menerobos masuk untuk melihat jasad sang ibu.

Sedangkan Hyukjae yang masih diluar menatap Donghae dengan tatapan terluka.

"Kau yang membunuh ibuku kan Hae. Tak kusangka kau sejahat itu" tuduhnya sebelum masuk mengikuti Leeteuk.

Donghae hanya bisa menunduk dengan tangisannya yang semakin deras. Baru saja beberapa hari dia merasakan kebahagiaan dari sang ibu, tapi sekarang... Ibunya pergi.

"Eomma... Kenapa seperti ini hiksss..."

Perlahan kakinya masuk untuk melihat sang ibu yang terakhir kalinya. Dapat ia dengar tangisan pilu seorang Hyukjae yang sedang berada dalam pelukan Leeteuk.


"Untuk apa kau masuk kesini sialan?" tanya Leeteuk tajam saat Donghae mendekati tubuh sang ibu yang tak bernyawa.

"Aku ingin melihat eomma untuk yang terakhir kalinya"

"Eomma.... Hikss..hikss... Kenapa eomma harus meninggalkanku secepat ini. Kenapa eomma...hiksss"

Sreaakk....

Leeteuk menarik Donghae dan menghempaskannya begitu kasar hingga anak itu terduduk.


"Puas kau melihat ibuku meninggal hahh kau puas! Setelah ibu merubah sikapnya dengan tega kau membunuhnya dasar tidak tau diri!" hardiknya kasar.

Leeteuk... Kau adalah seorang dokter dan kau sudah mendengar dengan jelas bahwa kematian ibumu adalah karena serangan jantung tapi kau malah menuduh adikmu yang membunuhnya. Dimana otakmu Lee Jungsoo?!

"Demi tuhan aku tak melakukan apapun pada eomma Leeteuk~ssi. Aku bukan pembunuh seperti yang kau tuduhkan hiks..."

Leeteuk mengangkat tangannya untuk memukul Donghae tapi tangan itu ditahan oleh Hyukjae.

"Hyung.. Kendalikan dirimu, ini rumah sakit. Kita harus segera mengurus eomma" peringat Hyukjae yang mampu membuat Leeteuk meredam emosinya.





~

Upacara pemakaman telah selesai. Beberapa pelayat yang ikut mengantarkan Ae Ri ke tempat peristirahatan terakhirnya pun sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

Di samping makam yang masih baru itu masih terdapat lima orang pemuda. Yakni ketiga anaknya, serta Chanyeol dan Shi Yoon yang menemani mereka.

"Hyuk, ayo kita pulang. Dan kau, tak usah pulang ke rumah karena kami tak akan menerimamu" ujar Leeteuk menunjuk Donghae.

Tatapan terluka itu menatap kedua kakaknya dan terpancar permohonan dari sana.

Hyukjae yang menyadari arti tatapan itu memilih untuk pura-pura tidak peka dan langsung menyusul sang kakak yang telah mendahuluinya.

"Hae... Kau tak usah takut. Kau bisa pulang ke rumahku" ujar Chanyeol.

"Kau juga bisa tinggal denganku Hae" timpal Shi Yoon.

"Terima kasih banyak untuk tawarannya Chan, saem.. Tapi aku tak akan meninggalkan kedua kakakku. Mau apa dan bagaimana caranya aku akan tetap tinggal bersama mereka," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari pusara sang ibunda.

"Tapi Leeteuk sudah berkata demikian Hae. Jadi bukan tidak mungkin jika kakakmu itu menyakitimu lagi" ucap Shi Yoon sedikit terbawa emosi.

"Saem... Aku sudah berjanji pada eomma bahwa aku akan tetap tinggal bersama mereka apapun dan bagaimanapun sikap mereka kepadaku. Setidaknya sampai aku berhasil membawa Kyuhyun pulang ke rumah, aku akan tetap tinggal bersama mereka. Kalian tidak usah khawatir. Aku adalah adiknya, jadi tak mungkin mereka membunuhku" sahut Donghae sedikit tersenyum yang sangat dipaksakan.

"Baiklah kalau itu keputusanmu. Tapi kau jangan pernah malu untuk meminta bantuanku ataupun Shi Yoon saem karena kami akan ada untukmu Hae," ujar Chanyeol.

"Aku menganggapmu sebagai adikku sendiri, dan kau juga harus menganggapku sebagai kakakmu," ujar Shi Yoon.

"Terima kasih. Ya, aku punya kalian sebagai kekuatanku untuk tetap bertahan" Donghae tersenyum haru menatap kedua orang yang duduk di samping kanan dan kirinya.

Walaupun kini ibu yang telah berjanji akan berada di pihaknya itu telah meninggalkan Donghae untuk selamanya, tapi setidaknya kini Donghae memiliki Chanyeol dan Shi Yoon yang ada saat dia butuh sandaran. Setidaknya ia tidak sendirian untuk menghadapi hidupnya yang mungkin akan semakin pelik.








...

Di lain tempat tepatnya di rumah minimalis san elegan itu terdapat Kibum yang tengah duduk sendiri di tepi kolam renang rumahnya. Wajahnya terlihat sangat kusut.

"Hyung... Kau kenapa? Kuperhatikan sejak kemarin wajahmu kusut. Apa kau sedang ada masalah" tanya Woojin yang tiba-tiba mendatanginya.

"Tidak ada" jawab Kibum santai seraya memainkan kakinya yang berada di dalam kolam.

"Hyung... Sikap Donghae hyung itu aneh ya" Woojin tiba-tiba membahas Donghae

"Aneh kenapa maksudmu Jin~ah?" tanya Kibum heran.

"Dia itu sudah hapal jika namaku ini Woojin. Tapi sudah beberapa kali dia menyebutku dengan nama Kyuhyun, Kyunnie. Huhh aku kan tidak suka jika ada yang mengganti-ganti namaku seenaknya" adu Woojin dengan wajah kesalnya.

Kibum membuang napasnya kasar.

"Mungkin menurutnya nama Kyu itu bagus dan dia memberi nama spesial itu untukmu. Kalian dekat kan?"

"Iya, tak jarang juga dia bertanya atau bercerita banyak hal tentangku. Tapi tetap saja aku tak suka jika dia sudah salah menyebut namaku" Woojin sedikit merajuk pada kakaknya.

"Apa yang dia ceritakan padamu?" tanya Kibum yang tertarik dengan ucapan adinya tadi.

"Yaa banyak hyung... Yang paling kuingat adalah saat berkunjung ketika aku sakit, dia cerita katanya dia itu punya adik yang telah hilang 7 tahun lalu bahkan katanya wajah adiknya itu mirip denganku. Yaaa aku yang prihatin cuma bisa bilang kalau Hae hyung bisa menganggapku sebagai adiknya" cerita Woojin

Kibum terhenyak. Ia sedikit gelisah kali ini.

"Jin~ah... Kau harus herjanji pada hyung jika kau dan hyung akan selalu bersama. Kau paham kan?"

Kibum mengacungkan jari kelingkingnya untuk membuat janji dan itu membuat Woojin langsung menautkan jarinya dengan sang kakak.

"Aku janji hyung. Apapun yang terjadi aku akan tetap bersamamu"





...

Donghae telah berdiri di depan pintu utama rumahnya sejak beberapa menit lalu. Ia ragu untuk membuka pintu itu, rasa takut hinggap di hatinya.

Pulang dari pemakaman ia diantar oleh Shi Yoon dan Chanyeol, merekapun tadinya bersikeras untuk mengantar Donghae sampai masuk ke rumahnya dan bicara dengan Leeteuk. Tapi dengan bersikeras juga Donghae menolaknya. Ia meyakinkan dua orang terdekatnya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Setelah melalui perdebatan yang cukup alot antara dirinya dan mereka, akhirnya mereka menyetujui keinginan Donghae.

"Apa aku langsung masuk saja ya" gumamnya dengan tangan yang sudah memegang kenop pintu.

Namun beberapa detik kemudian ia kembali menurunkan tangannya.

"Aduuh Donghae kenapa kau jadi penakut begini sih.. Bukankah kau sudah biasa menghadapi kemarahan Leeteuk hyung" ia merutuki dirinya sendiri yang kali ini nyalinya sedikit ciut.

"Huhh baiklah apapun yang terjadi aku akan tetap masuk dan tinggal di rumah ini"

Ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum membuka pintu rumahnya.

Terbuka...

"Untuk apa kau menginjakkan kakimu lagi di rumah ini? Aku sudah mengusirmu bukan?"

Ternyata di ruang utama itu telah ada Leeteuk yang duduk dengan tatapan matanya yang sangat tajam, ada juga Hyukjae yang tidak jauh berbeda dengan Leeteuk. Namun, yang membuat Donghae terkejut adalah ada tas ransel berukuran besar disana yang ia yakini itu adalah pakaiannya.

"Leeteuk~ssi.. I..ini.." ucap Donghae menunjuk tas itu.

Leeteuk berdiri dari duduknya. Dan...

Brakkk.. Ia melemparkan kasar tas itu tepat mengenai wajah Donghae hingga membuatnya sedikit terhuyung.

"Pakaianmu sudah ada disitu semua jadi sekarang tinggalkan rumah ini. Aku tak mau serumah dengan pembunuh" tenang namun menusuk, itulah intonasi yang digunakan Leeteuk.

"Leeteuk~ssi kumohon biarkan aku tetap tinggal disini. Kumohon.." Donghae meraih tangan sang kakak dan melakukan permohonan.

"Tidak. Kubilang tidak. Ya tidak. Keluar dari rumahku sekarang juga!" nada bicara Leeteuk mulai meninggi. Ia juga sudah menghempaskan tangan Donghae secara kasar.

Bruk...

Donghae menjatuhkan dirinya berlutut di hadapan sang kakak, bahkan ia sampai memeluk kaki jenjang kakaknya.

"Leeteuk~ssi kumohon... Kumohon biarkan aku tinggal disini. Kau bisa melakukan apapun padaku asalkan aku tinggal disini, aku akan ikhlas menerimanya hiks... Rumah ini terlalu banyak kenangan untuk aku tinggalkan. Kumohon Teuk~sii kumohon hiks.."

"Lee Donghae kau tuli hahhh?!" bentaknya. Kakinya pun bergerak kasar dalam pelukan Donghae.

"Teuk~ssi kumohon izinkan aku tinggal disini. Kau bisa menyiksaku, aku ikhlas asalkan aku diizinkan tinggal disini hiksss"

Hyukjae yang masih bertahan dengan posisi duduknya pun kini merasakan perasaan tidak enak. Jujur saja hati kecilnya ini merasa iba. Biar bagaimanapun mereka ini kembar, jadi disadari atau tidak olehnya pasti ikatan batin mereka ini kuat.

"Teukie hyung biarkan anak itu tinggal disini"

Ucap Hyukjae yang sejak tadi terdiam.

"Apa maksudmu Hyukjae?" tanya Leeteuk tidak menyangka dengan ucapan adiknya barusan.


"Biarkan anak itu tinggal disini supaya kita bisa menyiksanya. Dia bersedia untuk disiksa 'kan? Dia pantas bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi selama ini. Hilangnya Kyuhyun dan kematian eomma. Dia harus mempertanggung jawabkannya" ujar Hyukjae tegas.

Donghae yang tadinya berharap jika Hyukjae membelanya itu kembali jatuh saat Hyukjae memperjelas maksudnya mengizinkan Donghae untuk tetap tinggal di rumah itu.

Leeteuk memikirkan apa kata Hyukjae.

"Apa yang dikatakan Hyukjae benar. Kau harus mempertanggung jawabkan semuanya. Aku mengizinkanmu tingggal disini tapi jangan harap jika aku akan memperlakukanmu dengan baik" ujar Leeteuk langsung pergi dari sana.

Saat Hyukjae akan pergi, langkahnya terhenti karena Donghae bersuara.

"Hyung... Terima kasih telah mengizinkanku tetap tinggal di rumah ini" ucapnya kemudian beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan Hyukjae yang masih berdiri mematung dengan perasaan campur aduk.





~

Di kamarnya Donghae terlihat merenung. Ia kembali mengingat-ingat kenangan manis bersama sang ibu selama beberapa hari ini. Kenangan manis yang seketika berubah menjadi kenyataan pahit. Malam itu, malam saat Donghae tidur bersama sang ibu. Malam yang menjadi malam terakhir bagi mereka.

"Eomma... Tolong kuatkan Hae menjalani hidup kedepannya yang mungkin akan semakin rumit. Tolong doakan Hae juga supaya cepat menemukan Kyuhyun dan membawanya kemari"

"Eomma.. Hae ikhlas dengan takdir ini, Hae ikhlas melepasmu. Beristirahatlah yang tenang bersama appa.. Suatu saat Hae akan menyusul kalian dan hidup bersama dalam keabadian"

Air mata kembali membasahi wajah tampannya.

Donghae baru saja merasakan kebahagiaan dari sang ibu. Tapi Tuhan sepertinya kembali memberikan ujian yang berat untuknya.









Evanescent (adj) yang berarti sesuatu yang dengan begitu cepat menghilang dan hanya bertahan dalam waktu yang singkat.

Itulah yang dirasakan oleh Donghae saat ini.










*TBC

Pendapatnya gimanaaa???

Vote dan komentari yaaa..

Maafkan typo

And.. See you😉




Continue Reading

You'll Also Like

306K 9.2K 100
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
946K 21.7K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
14.4K 982 18
Aku kehilangan segalanya...