Dosen Nyebelin ( COMPLETED )

By marjannnnnnnn

754K 31.3K 3.8K

"Apa sih Pak, ngapain sih bapak ngurusin hidup saya terus, emang bapak siapanya saya hah?" - Meira Gaffi Gamo... More

DN : Perkenalan Tokoh
DN : Pertemuan Pertama
DN : Bertemu Kembali
DN : Pak Wildan Nyebelin
DN : Pak Wildan Nyebelin 2
DN : Perhatian Lebih
DN : PDKT sama Keluarga Ara
DN : PDKT dimulai!
DN : Perhatian Lebih 2
DN : Jangan Buat Ara Baper!!!
DN : Dasar Lonte Lo!!
DN : Pak Wildan Gila!!
DN : Seikat Bunga
DN : Gajelas
DN : Mampus!!
DN : Pak Wildan Cemburu??
DN : Pak Wildan Beneran Cemburu nih?
DN : BNGSD!!
DN : Penjelasan
DN : Gue Minta Maaf Ra
DN : Pertemuan Antar Keluarga
DN : Cemburu Bukan Berarti Suka Ya Inget!!!
DN : Sisi Lain Pak Wildan
DN : Fakta
DN : Pak Wildan Khawatir
DN : 8 Agustus 2020
DN : Teman Hidup
DN : Sisi Lain Pak Wildan 2
DN : Belanja Bulanan
DN : Akad
DN : Hilang 2
DN : Benci Untuk Mencinta?
DN : Kembali
DN : Flashback
DN : Ujikom
DN : Arden & Ica
DN : Bayangan Itu
DN : 30 Days With You
DN : See you Bee! - End.
DN : Extra Part
fyi
Info Pembelian

DN : Hilang

12.5K 628 173
By marjannnnnnnn

Satu tahun berlalu,

Hubungan gue makin membaik dengan Idan, bahkan dengan keluarga besarnya pun sangat membaik. Gue sering diajak ke pertemuan keluarga besarnya dia, dia juga mengenalkan gue ke semua anggota keluarganya dia. Di kampus juga semua Dekan, Dosen, bahkan Bagian TU sekalipun mengenal gue

Dan berita mengejutkannya lagi,

Setelah satu tahun ini, PR yang gue kasih ke Idan udah dia kerjakan,

GUE UDAH SUKA DAN CINTA SAMA IDAN SEPENUHNYA!!!

Gue sering main ke rumah Bundanya Idan, bahkan sesekali menginap disana

Rasanya punya dua pasang Orang Tua itu kebahagiaan tersendiri buat gue, pasalnya Pak Rektor yang awalnya terlihat galak itu akhirnya menjadi Ayah gue yang sangat baik

Mikaela, perempuan yang awalnya gue kira Pacar, bahkan Istri tunangan gue pun sangat gue sayangi sekarang, bahkan dia sangat manja sama gue. Dia juga sering mencurahkan isi hatinya ke gue, minta pendapat untuk karirnya, untuk masalah masalah dia, dan bahkan masalah percintaan sekalipun dia suka minta pendapat gue

Selain keluarga Idan, gue sangat bahagia sekali memiliki 2 sahabat yang selalu ada disamping gue, Arden sama Ica. Meskipun gue kadang pusing dengan sikap mereka berdua, tapi gue merasa beruntung punya mereka

Gue bersyukur sekali dipertemukan dengan mereka yang udah ngisi kekosongan hidup gue ini

■■■■■

Seminggu ini, setelah apa yang gue syukuri terasa berbeda

Ica mulai menjaga jarak dengan gue, gue bahkan gatau kenapa.

Arden, dia sudah genap seminggu gak masuk kuliah padahal kita udah Semester 4

Bunda Anggun, satu tahun lalu dia sering sekali nelponin gue, bahkan setiap waktu dia selalu nelponin gue, nemenin gue kalo gue lagi nugas, kadang dia juga bantu gue ngerjain tugas

Ayah Bagas, Pak Rektor gue yang sering menegur dan menyapa gue dikampus, sekarang saat papasan dia cuma melemparkan senyuman tipis dan berlalu begitu saja

Mikaela juga, dia tidak pernah lagi menghubungi gue, untuk sekedar chat pun dia tidak pernah

Gue merasa separuh jiwa gue hilang, gue merasa hampa

Sampai suatu ketika entah badai dari mana yang menghancurkan segalanya

"Meira!" Tegur Idan, gue heran dengan panggilan dia. Pasalnya dia selalu memanggil gue dengan sebutan Bee ataupun Ara. Namun kali ini berbeda

"Bee! Kamu kemana aja?" Idan menghampiri gue yang tengah duduk di taman Kampus

"Kita bisa bicara?" Cara bicaranya berbeda sekali, terasa kaku dan sangat bukam Idannya Ara

"Boleh dong Bee, Aku kangen kamu tau, udah seminggu ini kita gak ketemu, kamu kemana aja? Gak kangen sama aku?" Itulah kata kata yang gue lontarkan berkat suara hati yang menyuruh otak untuk dipertanyakan

"Ke ruangan saya sekarang!" Tuturnya meninggalkan gue sendiri

Saya? Sejauh ini dia gak pernah manggil Saya, apa dia marah? Gue punya salah? Tapi apa?

Sikapnya yang berubah 360° menjadi cuek, kaku, dan dingin ini gak bisa gue terima

Gue mengikuti dia dari belakang, menuju ruangan dia. Ruangan yang selalu menjadi tempat favorite gue selama dikampus, ruangan yang menjadi saksi perjalanan cinta kita,

"Assalamu'alaik--um." Suara gue memelan saat gue melihat ada sosok wanita duduk ditempat yang biasa gue duduki

Gue mematung tidak percaya, gue tersadar saat Idan menyuruh gue masuk

"Masuk!" Gue melangkahkan kaki gue dengan langkah yang berat

"Kenapa Bee? Jihan lo ngapain disini?"

Wanita itu Jihan! Orang yang dendam setengah mati sama gue, dan sekarang dia ada di ruangan tunangan gue, ngapain?

Jihan berdiri dari duduknya dan menghampiri Idan yang tengah duduk di kursinya

"Untuk mempersingkat waktu, saya cuma mau bilang kalo Jihan ini tunangan saya, minggu depan kita akan menikah!" Gue syok bukan main, gue berusaha positif thingking mungkin dia bercanda

"Kamu lagi becanda kan Bee? Jawab aku!" Jihan hanya diam dan sesekali tersenyum liciknya terukir

"Saya serius, saya tidak pernah main main tentang perasaan! Saya mencintai Jihan dan saya akan menikahinya." Hati gue sesak mendengar Idan dengan lancarnya berkata seperti itu, lebih sesaknya lagi saat mengingat bahwa Jihan itu teman gue, bahkan saat itu Idan pernah bilang meskipun Jihan sangat mencintainya tapi dia akan tetap mencintai gue, tapi kenyataannya apa? Dia berpaling dari gue! Berpaling ke orang yang dulu gue takutin rebut Idan, dan benar saja itu terjadi!

Air mata gue menetes perlahan, gue gak bisa menahan air mata gue yang memaksa ingin keluar

"Tapi Bee, PR yang aku berikan ke kamu udah kamu kerjain Bee, Aku udah suka dan cinta sama kamu Bee!" Gue semakin melemas. Dengan susah payah gue menengok ke arah Idan dan Jihan yang lagi bermesraan

"Saya gak bisa nunggu kamu! Dan sekarang saya cinta sama Jihan, dan perasaan saya sama kamu udah gak ada, perasaan saya udah hilang ditelan waktu, kamu fikir nunggu itu hal mudah? Tidak!" Kata Idan sembari mencium tangan Jihan. Ini pertama kalinya Idan membentak gue, selama ini dia gak pernah bentak gue.

"Tapi kamu udah janji bakalan nunggu aku, bakalan selalu cinta sama aku Bee!" Air mata gue mulai deras, membasahi pipi gue

"Itu dulu! Intinya sekarang saya akan menikahi Jihan, saya mencintai Jihan. Ini, saya sudah tidak membutuhkan lagi, saya sudah punya yang baru!" Idan menghampiri gue dan menyerahkan cincin yang selama ini ia kenakan, cincin yang menjadi tanda bahwa kita terikat satu sama lain

Tapi sekarang, Idan telah mengenakan cincin yang berbeda dan Jihan pun sama, dia mengenakan cincin. Mungkin itu cincin pertunangan mereka

Idan berjalan menuju tempat semula

"Tapi Bee! Kamu janji Bee!" Gue hendak menghampiri Idan tapi Jihan berhasil menghalangi gue

"Udahlah, Idan lebih milih gue daripada lo!" Idan? Jihan panggil Idan dengan sebutan Idan?

Idan dan Jihan berlalu begitu saja, meninggalkan gue dengan luka di ruangan hampa ini

Hari ini, hari terburuk selama gue hidup, gue memandangi cincin yang Idan berikan tadi, gue melepas cincin yang selama ini bertengger manis di jari gue

Wildan Gerta Ghaisan, tulisan yang tertulis didalam cincin gue

Meira Gaffi Gamora, tulisan ini tertulis rapih di cincin Idan

Dua cincin tersebut menjadi bukti keterikatan kita satu sama lain, ingin rasanya gue menampar Jihan yang dengan mudah merebut tunangan gue, tapi apa daya? Gue terlalu lemah untuk melakukan hal tersebut

Gue berdiri dan berjalan gontai menuju parkiran, menyeka bekas air mata di pipi gue

Gue tau, menyetir dalam keaadaan kacau seperti ini sangat tidak dianjurkan, tapi gue bisa apa? Gak ada pilihan lain

Dibenak gue terbesit fikiran untuk menemui Arden, gue yakin Arden pasti tahu semuanya

Gue menyetir dengan air mata yang terus mengalir, gue menyeka lagi dan air mata itu terus jatuh

Gue sampai dirumah Arden, sebelum turun gue menyeka air mata gue. Hal pertama yang gue temui, rumah Arden sepi. Bahkan mobil yang biasa terparkir kini tidak ada. Gue berusaha menelpon Arden, tidak ada jawaban, menelpon Ayah Arden, tidak ada jawaban, bahkan Bunda Arden pun tetap nihil, tidak ada jawaban

Gue inget kalo sebelah rumah Arden itu rumah Bunda Anggun, gue berniat menemui pemilik rumah itu, tapi semua itu nihil

Kedua rumah tersebut sepi, tidak ada pergerakan manusia sesikitpun, sampai suatu ketika gue merasa putus asa, dan kebetulan satpam Perum lewat

"Pak, Arden sama keluarganya kemana ya Pak?" Satpam Ini udah sangat kenal betul dengan Arden dan keluarga

"Oh, Arden sama keluarganya seminggu yang lalu pindah ke London!" Gue membulatkan mata gue gak percaya

"Yang bener Pak?" Gue semakin cemas

"Beneran neng, katanya mau pindah untuk beberapa waktu, Arden mau kuliah Bisnis disana." Jelas satpam tersebut. Kenapa dia gak bilang gue sih? Gue sahabat lo Den! Gue berhak tau!

"Kalo Bunda Anggun?" Gue sempet menelpon dia tapi sama sama tidak diangkat

"Bu Anggun ke Jakarta neng. Baru tadi pagi, katanya mau ada acara pernikahan, mungkin pernikahan anaknya, saya juga kurang tau pasti."

Deg

Idan benar benar serius, dia akan menikahi Jihan, air mata gue mulai lolos lagi

"Neng kenapa?" Gue menggeleng dan lari ke mobil gue lalu pergi entah kemana, gue gapunya tujuan lagi

Gue bawa mobil dengan kecepatan diatas rata rata, sampai sampai gue hilang konsentrasi dan hampir menabrak mobil depan gue, gue syok dan pastinya pengendara mobil tersebut bentak gue dan memarahi gue, gue cuma bisa diam tanpa bisa berkata maaf

Pengendara tersebut melajukan mobilnya, gue masih terdiam memikirkan harus pada siapa gue menceritakan semua ini? Ica? Iya Ica!

Mengingat itu gue langsung ke rumah Ica, namun saat gue sampai dirumah Ica, terlihat banyak orang sedang mengangkut barang barang ke sebuah mobil box

"Ca lo mau kemana? Lo pindah?"

"Iya, gue keterima di Universitas di Jakarta, Dokter Gigi sesuai keinginan gue, lo tau kan kalo minat dan bakat gue di kesehatan?" Iya Ca, gue tau. Tapi kenapa harus sekarang? Pas gue udah gak ada tempat buat cerita? Pas gue udah gak ada lagi yang merangkul pas dititik terapuh gue??

"Semuanya udah beres kan, kita berangkat sekarang, duluan Ra." Ica benar benar pergi, tatapan gue gak lepas dari mobil yang Ica tumpangi sampai mobil itu hilang dipandangan gue
.
.
.
.
.

"Assalamu'alaikum... Ara pulang!" Gue berusaha bersikap biasa aja, gue belum siap kalo harus menceritakan semuanya. Ini terlalu celat bagi gue

Gue langsung menuju kamar, mungkin Ibu lagi dikamar, dan Ayah? Dia pasti lagi diluar kota

Gue merebahkan tubuh gue, ingin rasanya berteriak dan nangis sekeras kerasnya, tapi gue harus tutupin semua ini dari Ibu sampai waktu yang tepat

"Ara!" Ibu mungkin sudah liat mobil gue ada dirumah, dan dia tau kalo gue dikamar

"Iya Bu, masuk aja!" Ibu pun masuk dan duduk di kasur. Gue membenarkan posisi duduk gue

"Ibu udah tau nak, gapapa nangis aja."  Mata gue mulai perih

"Ibu udah tau dari seminggu yang lalu, ini undangan untuk keluarga kita. Kita diundang ke pernikahannya dia di Jakarta." Ibu menyodorkan undangan itu

"Buuuu" Gue memeluk Ibu dan menumpahkan air mata gue

"Awalnya Ibu marahin dia abis abisan, tapi Ibu juga gabisa apa apa, ini sudah menjadi takdir dan Ibu gabisa berbuat sesuatu." Ibu mengusap usap punggung gue, menenangkan gue yang terus menangis

"Dari dulu, Ibu kurang setuju dan sangat khawatir sama kamu Ra, mereka itu dari keluarga kaya raya, sedangkan kita biasa saja. Ibu takut mereka hanya mempermainkan kamu, mempermalukan keluarga kita. Tapi Ayah kamu nyuruh Ibu buat jangan khawatir, Ayah kamu liat kamu bahagia banget sama dia, dan Ayah kamu ingin memberi kebebasan sama kamu Ra." Lanjut Ibu

"Ayah tau Bu?"

"Tentu saja, dia menemui kita saat kamu kuliah, sebelum Ayah Dinas ke luar kota. Sebenarnya dia Pria yang baik, meminta izin mengambil putri dari seorang Ayah secara langsung, dan Mengembalikan lagi secara langsung dengan baik baik." Mendengar perkataan Ibu, hati gue hancur. Tapi gue harus menahan sakit ini didepan Ibu bahkan Ayah sekali pun

"Buuu, maafin Ara Bu, Ara udah mempermalukan keluarga Ara."

"Ini bukan salah kamu, ini takdir Ra. Kalo kamu gak siap dateng, kita gausah dateng." Ibu terus menenangkan gue, gue beruntung punya Ibu yang masih bisa nerima keluh kelah gue setelah semua orang yang gue sayang pergi tanpa pamit

"Ara mau dateng Bu, Ara pengen liat langsung pernikahan mereka." Gue melepas pelukan Ibu, Ibu mengusap air mata gue

"Kita hadapi semuanya sama sama." Ibu terus menegarkan gue, gue tau nama keluarga gue udah tercoreng, apalagi Ayah gue, dia seorang Kepala Dinas, pasti pekerjaannya akan terganggu. Maafin Ara Ayah

Udah mulai konflik nih, udah gak sabar pengen tamat, kita kira sebelum UAS tamat gak ya? Hehe

Continue Reading

You'll Also Like

1M 40.1K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
3.1M 27.2K 28
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.
306K 661 13
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
2.4M 77.4K 37
#Dewasa