Hari kedua.
Korban masih berada di rumah besar Kwon Jiyong. Neraka bagi mereka yang mati disana. Penjara bagi mereka yang masih terjebak. Tak ada harapan untuk bisa bertahan hidup jika kau sudah memasuki rumah besar mengerikan itu. Kecuali sang tuan rumah berbaik hati menginzinkan para tamunya melakukan negosiasi. Itupun sesuai suasana hatinya.
Hati Gdragon tepatnya. Sebab, jiyong hanya menerima lalu melanjutkan pekerjaannya. Sayangnya, sejauh ini tak ada satupun manusia yang berhasil melakukan negosiasi. Jadi berbaik sangkalah jika jiyong tidak melakukan apapun terhadap korbannya atau— Gdragon sang penguasa di rumah besar itu.
Kau hanya perlu bersiap. Permainan mereka tak bisa ditebak. Kapan dan dimana? Mereka berdualah yang membuat aturan mainnya.
Jiyong tetap menjalani rutinitas seperti biasa tanpa gangguan apapun. Beraktivitas ketika mahatari mulai bersembunyi sampai bumi memulai kehidupan lagi. Tak ada yang berubah, masih sesuai rencana Gdragon. Manusia-manusia itu masih berada di tempat seharusnya. Ya, mereka tidak membuat ulah lagi.
Dan selama dua hari itu pula, korban berada di rumahnya. Bagaimana jiyong bisa melupakan keberadaan panda itu? Jiyong bingung. Sebelumnya ia tak pernah merasakan rasa semangat sedemikian rupa ketika menyambut mainan barunya. Jiyong merasa kalau mainannya kali ini terlihat lebih menarik dua kali lipat. Jujur dia begitu bersemangat.
"enghh.." Lenguan halus terdengar dari mulut kecil itu menciptakan nada indah tersendiri bagi jiyong. Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat bagaimana korban mulai bergerak.
Apakah dia harus memakan hidangan pembuka sekarang? Tak baik jika menunggu dingin bukan? Ah tapi Gdragon lebih suka dingin. Sebaiknya ia menunggu.
Sementara hal pertama yang dilihat oleh korban saat matanya terbuka adalah jiyong. Sekali lagi, dia duduk di tempat pertama kali sebelum ia pingsan kembali. Dia seorang lelaki biasa. Lelaki yang memiliki tinggi hampir sama dengan tinggi badannya, memiliki mata sipit berwarna coklat gelap, hidung mancung, bibir tipis, rambut hitam legam dan wajahnya yang tampan.
Tanpa kata jiyong bangkit menuju korban yang menatapnya penuh tanya? Dan dengan santainya jiyong membuka pakaian korban tanpa sedikitpun rasa malu.
"tu-tunggu sebentar.. apa yang kau lakukan arghh!" Jelas korban panik melihat tingkah jiyong yang tiba-tiba saja membuka bajunya tanpa izin.
"yaak apa kau sudah gila? Akh!" Lanjutnya meringis kesakitan. Aish, tidak bisakah dia memintanya secara baik-baik.
Jiyong mengobati luka korban.
"sebenarnya kau siapa? Apa mulutmu semahal itu sampai tidak mau menjawab pertanyaanku?" Ucapnya sedikit menggerutu.
"argh! Apa kau bisa pelan-pelan sedikit? Sakit tahu!" Ia berdesis ketika merasakan kapas berisi alkohol itu menekan lukanya.
Jiyong sengaja. "bisa kau diam?" Kata jiyong dingin, mengeluarkan tatapan membunuhnya. Dia cukup risih mendengar ocehan korban. Padahal jiyong hanya mengeluarkan tiga kata namun auranya sungguh mengerikan.
"m-maaf.." Lirihnya bersalah.
Jiyong tahu, sedari tadi korban menatapnya namun dia mengabaikan. Jika jiyong membalas tatapan tersebut maka kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya? Meski pada akhirnya korban akan berakhir sama seperti mainannya yang lain, jiyong ingin mengulur waktu lebih lama lagi, ia ingin bersenang-senang terlebih dulu sebelum permainannya kembali di mulai.
"apa aku boleh bertanya sesuatu?"
Jiyong bergumam mengiyakan. Kedua mata naga miliknya fokus, tangannya ikut bekerja, dia melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda yaitu menjahit luka korban. Susah ditebak iya kan?
Di sisi lain jiyong benci fakta ini. Pertama korban memiliki tubuh yang kuat. Kedua dia sedikit pintar mengelabui musuh. Ketiga bahkan jika tanpa obat bius sekalipun dia cukup tenang, tak memberontak saat ia mengobati lukanya. Sepertinya jiyong mengambil keputusan yang salah karena tak memberinya obat lagi alih-alih mempunyai motif supaya mempermudah perkerjaannya. Contohnya seperti ini, dia begitu cerewet dan sangat menyebalkan.
Korbannya kali ini sesuatu? Jiyong tak bisa menebaknya dan ia sangat benci itu!
"kau seorang dokter?"
Apakah jiyong tidak salah dengar?
"hey aku sedang bertanya padamu. Tidakah kau menjawab pertanyaanku? Aish.. kau menyebalkan!"
Deg!
Akhirnya mata keduanya bertemu satu sama lain. Korban menenguk ludahnya susah payah, menyesal telah mengatakan kalimat bodoh tadi. Bisa ia rasakan desiran hatinya ketika mata coklat itu menatapnya lekat. Mematikan.
"bukan" Jawab jiyong singkat.
"ah ternyata bukan. Kupikir kau seorang dokter. Bukan ya haha.." Merasa terintimidasi diapun langsung mengalihkan pandangannya.
Dahi jiyong mengernyit, seorang dokter? Lucu sekali. Dasar manusia aneh.
"kau tahu, maksudku, aku tidak pernah berpikir seorang dokter menjahit luka pasiennya serapih ini. Bahkan jahitanmu terlihat cantik, memiliki bentuk sedikit unik. Kau terlihat ahli menjahit luka dalam dan luar. Kau sangat berbakat" Pujinya.
"makan lalu minum obatmu. Setelah itu pergi dari tempat ini!"
"eh? Apa aku salah bicara? Maafkan aku kalau begitu"
"tidak"
"tapi kau belum memberitahu namamu padaku"
"penting untukmu tahu? Kita berdua orang asing"
"setidaknya beritahu namamu"
Apa jiyong boleh membunuhnya sekarang? Lelaki dihadapannya ini sungguh keras kepala.
"kenapa? Kenapa kau begitu penasaran?"
"bagiku itu penting. Bagaimana aku bisa memanggilmu jika aku tidak mengenal namamu"
"ingat dimana batasanmu!"
"tapi aku.."
Jiyong berdecak kesal. Jika saja tempat ini bukan rumahnya mungkin korban sudah lama mati. "carilah pekerjaan. Jangan bergantung pada orang lain. Dunia ini tak ada yang gratis!"
"maafkan aku. Aku sudah kelewatan mungkin. Kau tahu.. a-aku tidak mempunyai apa-apa. Semua barang-barangku dicuri"
Jiyong menggeram. Sungguh, tangannya benar-benar gatal. Ingin rasanya dia menerjang orang di depannya lalu menerkamnya hidup-hidup. Jiyong mengeluarkan smrik.
"ada syarat yang harus kau bayar tapi aku tidak yakin kau akan melakukannya. Dengar, aku hanya melakukan kebaikan satu kali, selebihnya jangan pernah berharap ada kesempatan" Jiyong memberitahu sekaligus memperingati.
Dia menatap penasaran. Jujur saja ia merasa tertantang. Perasaan macam apa ini? Aneh rasanya.
"apa?"
"mudah saja. Jangan pernah menganggapku ada di rumah ini. Kau bebas melakukan apapun tapi sesuai batasanmu. Kau boleh membawa siapapun asal jangan pernah.."
"kau salah!" Selanya setengah berteriak.
Jiyong terdiam.
"maksudku.."
"kau pemilik rumah ini. Bagaimana bisa aku mengabaikanmu begitu saja? Aku tak bisa. Eomma bilang meskipun dia adalah orang asing, bertemanlah. Tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendirian. Tak ada satupun dari mereka berhasil membuktikan fakta tersebut. Semuanya yang ada di dunia ini selalu berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain meskipun mereka orang asing. Bukankah kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti?"
Tangan jiyong mengepal. Kesalahan pertama, orang asing sialan itu menatap matanya. Kedua, memerintahnya. Ketiga, memberinya kata-kata motivasi yang menurut jiyong tak berguna. Haruskah? Jiyong benar-benar tak tahan.
"simpan saja kata-katamu itu. Aku tidak membutuhkannya!"
"tunggu.. namamu.."
Sial! Dia sungguh berani.
Jiyong terdiam cukup lama. Dia hendak keluar, perasaannya tak bisa terkendali. "jiyong!"
Blamm!
Pintu tertutup rapat.
"jiyong?" Ulangnya. Tanpa sadar bibir manisnya tersenyum.
Sikapnya memang aneh. Dia juga dingin, bicaranya pun ketus tapi entah mengapa aku merasa tertantangan. Jiyong-ah? Harusnya kau mendengar kelanjutan kata-kataku tadi. Eomma mengatakan, jangan pernah meragukan kekuatan orang biasa.
Kita lihat saja nanti.
v(=∩_∩=)フ
"melihat wajahmu yang menyedihkan ini, haruskah aku membuatnya tunduk padamu? Mudah bagiku melakukannya. Kau hanya perlu memerintahku. Apa yang membuatmu merasa kesal jiyongku?"
Dalam sudut kegelapan Gdragon menyapa jiyong dengan senyum khas miliknya. Dia suka ketika melihat jiyong tersiksa. Jiyong akan rapuh dan mudah hilang kendali.
Braak!
Tangan jiyong memukul kaca wastafel hingga pecahan beling berjatuhan dan melukainya.
"beraninya dia memberiku kata-kata omong kosong!"
Braak!
"hahaha!"
"diam!"
"yaak lihatlah tanganmu, kau melukainya. Jika dia tahu, dia pasti akan membunuhmu Kwon Jiyong. Dia sangat menjaga miliknya dengan sangat baik haha.."
"hm.. tidak, tidak. Bukan aku? Justru aku lebih suka melihatmu seperti ini. Tubuhmu bukan hanya milikmu. Bukan juga milikku. Diapun memilikinya"
"sebelum aku berubah pikiran, bersihkan cepat atau aku akan membuatnya semakin parah"
Jiyong tak mengindahkan peringatan tersebut, dia tenggelam dalam sisa rasa manuasiwinya. Sifat ini belum juga hilang ternyata. Apa ini adalah batasannya? Apa hanya karena ucapan orang asing itu membuatnya bisa semarah ini?
"apa maksudnya dengan eomma.." Tanpa sadar jiyong mengatakannya.
"kau menyadarinya?"
Seketika mata jiyong teralih. Dirinya yang berada disana lagi-lagi tersenyum jahat.
"menyadari tentang apa? Kekuatanku? Bakatku? Diriku? Atau orang itu?"
Emosi jiyong semakin tak terkontrol. Ia semakin tak terkendali, dengan begitu dia bisa tidur begitu mudah lalu dirinya bisa bertindak sesukanya.
"perasaan manusia sangat rumit, ya?"
"sebaiknya cepat kau katakan, aku tidak suka menunggu. sebelum aku menghancurkan ruangan ini!" Ancam jiyong.
"naga kecil ini.. apa itu balasan rasa terima kasihmu padaku setelah apa yang kulakukan? Mengapa dia tidak mengajarkan rasa manusia saja padamu. Merepotkan!"
"dengar Gdragon kau.."
"aku? Haha.. tidak jiyong. Bukan kau tapi aku!"
"maka dari itu katakan padaku sekarang! Jangan membuatku melakukan sesuatu lebih dari ini"
"segalanya sia-sia meski kau memasakku untuk mengatakannya, naga kecilku!"
"aku mohon.." Jiyong putus asa. Gdragon, dia menyimpan seluruh memori masa kecilnya.
"aku tidak mendengar suaramu. Suaramu terlalu kecil"
"aku mohon!" Ulang jiyong bersujud.
"sujud dengan benar. Kepalamu, tanganmu, kakimu, tubuhmu. Tunjukkan rasa hormatmu"
Jiyong merendahkan kepalanya serendah-rendah.
"sekalipun dia adalah Kwon Jiyong, tunduk pada seseorang bukan prinsipku. Kali ini aku berbaik hati padamu. Alasan mengapa kau marah itu karena berkaitan dengan mereka? Apa yang dikatakan korban memang benar dan secara tidak langsung membuatmu mengingat kejadian yang terjadi di tahun itu? Musim panas dan darah"
Akhh!
Bisa jiyong rasakan isi kepala mulai berputar-putar. Sakit. Rasanya kepingan memori miliknya yang hilang terekam kembali di otaknya. Musim panas? darah?
"sakit. Ini sangat sakit. Akh!"
"jiyong, kau harus mendengarku"
"katakan.. asal kau bisa menghentikan rasa sakit sialan ini!"
"bunuh dia!"
"tapi bukankah?"
"melanggar aturan? Kita berdua sedang berada di rumah? Tidak mungkin hal itu terjadi? Atau kau sendiri yang memang tidak bisa melakukannya?!"
"aku bisa melakukannya!"
"jika kau masih takut. Lakukanlah di luar, pengecualian tak ada artinya, jiyong. Kau bebas melakukannya dimanapun"
"jika aku melakukannya disini maka kau.."
"haha.. apa sekarang kau peduli padaku? Terima kasih karena sudah memikirkanku tapi bagi kita kesenangan adalah hal pertama. Ingat dengan janji kita?"
"Gdragon, aku tidak bisa mengorbanmu hanya demi membunuh orang asing sialan itu. Aku masih membutuhkanmu. Aku bisa saja menjebaknya lalu membunuhnya di ruang biasa yang kita lakukan bersama. Kita berdua sama-sama akan mati karena bagi kita 'rumah' hal yang paling penting untuk dijaga!"
v(=∩_∩=)フ
Ddrt. Ddrtt.
"bisa datang ke rumahku?"
"apa kau punya mainan lagi jiyong? Atau ada sesuatu yang bisa kami bantu untukmu?"
"aku menemukan seekor panda menyebalkan"
"lalu?"
"berhenti berpura-pura. Cepat datang dan bunuh dia!"
"baiklah, jika kau memaksa. Tiga menit lagi kami sampai. Kelihatannya kau sedang sakit sampai membawanya ke rumah haha!"
v(=∩_∩=)フ
"yaak kau membuatku tertawa saat mendengar kau tak membunuh mainanmu. Apa kau baik-baik saja?" Ejek seunghyun.
"aku menyuruhmu mengusirnya, bukan menceramahiku Choi Seunghyun!"
"tunggu.. Gdragon atau Kwon Jiyong?"
"jiyong!" Jawabnya malas.
"kau masih saja tidak berubah jiyong-ah" Ucap yongbae. Jiyong memutar bola matanya, bosan mendengarnya.
"kau yakin menyerahkan dia pada kami hyung?" Dia daesung. Jiyong mengangguk.
"begitukah? Aku mengerti. Jiyong, biarkan aku yang menjelaskan semuanya"
"tentu, silahkan, hanya kau yang paling tahu yongbae-ah"
"jadi maksud jiyong disini, dia meminta daesung untuk mengusir panda itu. Seperti yang kita tahu bahwa diantara kita berempat, hanya daesung yang paling pintar bersosialisasi dengan manusia" Jelas yongbae membuat seunghyun tertawa mendengarnya.
"yaak yongbae hyung, kenapa harus bersosialisasi, sih?" Daesung tak terima.
"haha.. kenapa kau marah? Kenyataannya hanya kau yang bisa melakukannya" Sangkal seunghyun.
"aissh.. tapi kata sosialisasi itu tidak keren hyung. Kalian seenaknya saja menyuruhku"
"bilang saja kau menolaknya"
"kau menolaknya?" Kata jiyong. Seketika aura disana berubah. Mereka semua terdiam.
"tidak hyung, bukan seperti itu. Aku tidak mengatakan aku menolak. Serahkan semuanya padaku. Kapan kau menginginkan dia pergi?"
"secepat kemampuanmu"
"aku segera mengaturnya. Kau tenang saja jiyong hyung. Kau tinggal duduk manis di kursimu, okay?"
Lakukan seperti biasa. Seperti yang kuajarkan padamu, Kang Daesung!
20.05.26