Happy Reading
"Gua kecewa sama lo Jaem!"
Jaemin menatap Nara sendu, "Maksud kamu apa?" tanya Jaemin sambil menghapus air matanya yang berhasil lolos dari matanya
"Lo harus tanggung jawab Jaem, yang ada di rahim Lami itu anak lo!" ujar Nara datar
Jaemin membulatkan matanya, bahkan Nara sudah mengetahui hal ini, Jaemin menatap Nara memelas, "Nar, sumpah itu bukan anak aku."
Nara memutar bola mata malas, "Emang brengsek lo ya Jaem."
"Udah ngelakuin tapi gak berani tanggung jawab, cowok macam apa lo?" desis Nara dengan nadanya yang mulai meninggi
Jaemin menggeleng, "Sumpah! aku gak mungkin ngelakuin hal itu ke Lami, Nara! dan aku yakin itu bukan anak aku."
Nara menatap tajam laki-laki yang ada dihadapannya ini, "Lo mabuk Jaem! mana lo sadar? bahkan banyak kasus yang kaya lo, cowok mabuk dan tidurin cewek terus hamil."
"Lo gak bisa ngelak lagi!" pekik Nara yang sudah mulai kesal
Jaemin menggeleng dan ia meraih tangan Nara, "Percaya sama aku Nar, aku gak pernah tidurin cewek murahan itu."
Plak!
Nara menampar pipi Jaemin keras, ia menatap tajam laki-laki yang ada di hadapannya itu, "Jangan ngatain Lami kaya gitu."
"Dia gak pantes dikatain kaya gitu, cewek juga punya harga diri Jaem, lo gak bisa maenin cewek seenaknya dan hina cewek seenaknya, kita para perempuan punya martabat Jaem, kita sederajat!"
"Jangan sok lebih tinggi derajat lo Jaem!"
Nara menghela nafas kasar, "Lo gak pernah berubah Jaem, lo brengsek!"
Jaemin menatap lirih ke arah Nara, "Aku gak bermaksud k-kaya gitu—!!"
"Udahlah Jaem, mending lo pergi dari sini," usir Nara dengan nada datarnya
Jaemin menggeleng, "Enggak Nar, aku gak bakal pergi, aku butuh kamu sekarang Nar, aku butuh kamu." lagi-lagi air mata Jaemin kembali lolos dari matanya
Pria di hadapannya ini benar-benar rapuh, tapi hal itu tidak menggoyahkan hati Nara, perempuan itu menatap tajam mantan pacarnya itu
"Pergi Jaem!" usir Nara dengan nada rendah, nada tidak bersahabat terdengar di telinga Jaemin
"Nar—??"
"PERGI!" Nara membentak Jaemin, ia menatap tajam laki-laki yang ada di hadapannya
Nara pun langsung membanting pintu dari dalam dan membiarkan Jaemin di luar, ia sudah terlewat marah dengan Jaemin, ia tidak habis pikir kalau laki-laki di hadapannya tidak bisa menerima kenyataan bahwa Lami telah mengandung anaknya
Walaupun ada rasa sakit dalam hati Nara tetapi untuk kali ini ia memihak Lami, sebagai perempuan Nara tidak bisa memihak kepada Jaemin
Toh, liat sendiri elakan Jaemin yang terus-menerus di lontarkan dari mulut laki-laki itu
Jaemin benar-benar tidak mengakui anak itu, bagaimana nanti Lami mengurus anak itu dan anak itu besar tanpa figur ayah?
Nara pun berlari naik ke atas menuju kamarnya, ia menutup kamarnya
Jaemin memberinya kekecewaan dan rasa sakit dalam hatinya, ia kecewa karena Jaemin melakukan hal keji itu dan sakit hatinya karena Jaemin akan dimiliki oleh orang lain
Tapi ini memang sudah pilihan yang tepat, ia berpikir jika ia masih berhubungan dengan Jaemin, untuk kesekian kalinya Jaemin memberikan rasa perih dalam hatinya
Suara petir mulai terdengar dari luar jendela, Nara langsung berpikir apakah Jaemin langsung pulang atau diam disini, apalagi Nara melihat laki-laki itu membawa kopernya
Nara pun penasaran, ia membuka gorden jendelanya sedikit, hujan sudah mulai turun dan ia masih melihat Jaemin yang kini sudah kehujanan
Jaemin menatap sendu ke arah kamar Nara, mata mereka bertemu dan hati Nara semakin teriris saat melihat senyum pilu laki-laki itu
Nara yakin Jaemin sedang menangis sekarang tetapi air matanya sudah menyatu dengan air hujan, Jaemin sedang berada di titik terendah dalam hidupnya sekarang
Apakah ini hukuman untuk Jaemin? entah Nara juga tidak paham, ia masih menatap laki-laki yang sudah basah kuyup itu
Nara kembali menutup gordennya dan tanpa sadar air mata Nara berhasil lolos keluar dari mata perempuan tersebut
"Na..." lirih Nara disertai isakan tangisnya kecil
••••
Tidak ada yang bisa diharapkan lagi selain menghampiri rumah Hyunjin, karena laki-laki itu pasti menerima Jaemin
Terlebih Hyunjin tinggal sendirian di apartemennya karena kedua orang tuanya asli Jakarta, dia merantau untuk sekolah di Bandung
Jaemin pun menekan bel apartemen Hyunjin, kini ia sudah sedikit menggigil karena kehujanan tadi dan tidak lama kemudian Hyunjin membuka pintunya
"Jaemin?"
Jaemin menatap Hyunjin dengan tatapan kosong, "Jin, g-gue bisa numpang disini gak? g-gue diusir." jelas Jaemin
Hyunjin membulatkan matanya, "Hah diusir? yaudah-yaudah masuk dulu." ujar Hyunjin membantu membawa koper milik Jaemin
"Sekarang lo mandi dulu, ada air anget kok abis itu ganti baju, takut lo masuk angin," suruh Hyunjin dan Jaemin mengangguk saja
Hyunjin pun duduk di sofa apartemennya, "Kok Jaemin diusir?" gumam Hyunjin bertanya sendiri
Ia pun pergi ke kulkas dan mengambil air putih untuk Jaemin, ia kembali duduk ke sofa
Tidak lama kemudian, Jaemin keluar dengan handuk diikat di pinggangnya dan tubuhnya shirtless, "Ambilin baju gue dong." pinta Jaemin
Hyunjin langsung membuka koper milik Jaemin dan mengambil setelan baju asal lalu memberikannya kepada yang punya, "Nih!"
Jaemin pun meraih baju dan celananya lalu masuk kembali ke dalam kamar mandi
Setelah berganti baju Jaemin pun kembali keluar dari kamar mandi, ia duduk di sebelah Hyunjin lalu menghela nafas kasar
"Sekarang ceritain! lo kenapa bisa diusir?" tanya Hyunjin penasaran
Jaemin memijit pelipisnya kasar, "Gua hamilin Lami." tiga kata yang dilontarkan Jaemin berhasil membuat Hyunjin terkejut
"Hah? yang bener lo?" tanya Hyunjin tidak percaya, Jaemin pun lagi-lagi menghela nafas kasar
"Gua juga gak percaya, tapi gua abis dari club terus mabuk dan pas gua bangun gua udah naked dan sebelah gua Lami," jelas Jaemin lirih
Hyunjin semakin menganga, "Fix! emang bener Lami kandung anak lo Jaem, itu gak bisa dipungkiri lagi."
"Kok lo bisa sih balik lagi ke tempat maksiat begitu? sendirian lagi?" ujar Hyunjin keheranan dengan sahabatnya itu
"Walaupun gitu tapi gue yakin, gue yang ngelakuin apa-apa sama Lami, gue punya feeling ini cuma permainan Lami doang!" ujar Jaemin penuh keyakinan
Hyunjin menghela nafasnya kasar, "Permainan apaan? lo udah jelas-jelas telanjang bareng Lami di kamar dan lo masih ngelak kalo dia gak ngandung anak lo?" tanya Hyunjin tidak percaya
"Gua yakin Jin, lagian itu kejadiannya seminggu yang lalu," jelas Jaemin
"Seminggu yang lalu?" tanya Hyunjin dan Jaemin pun mengangguk pelan
Hyunjin mengusap wajahnya kasar dan menatap Jaemin lekat, "Lo yakin kalau Lami gak ngandung anak lo?" tanya Hyunjin
Jaemin menghela nafas kasar, "Gua udah bilang berapa kali, Lami bukan ngandung anak gue!"
Hyunjin menegakan badannya dan menatap Jaemin, "Besok kita omongin ini sama Felix."
Jaemin mengerutkan keningnya bingung, "Lah ngapain pake ngomongin ini ke Felix? ini aib Jin, lo mau nama gue—!!!"
"Udah! lo ikutin aja alurnya Lami entar kita urus semua ini," ujar Hyunjin serius dan Jaemin semakin mengerutkan keningnya bingug
"Urus apaan Jin?" tanya Jaemin bingung
••••
"Nara cepet turun!! Yeonjun nungguin nih!" teriak Mark dari bawah dan Nara mendengus sebal dari atas
"Bentar bang! gua lagi siap-siap bentar lagi turun!" teriak Nara dari atas
Hari ini Nara akan berkencan dengan Yeonjun,
laki-laki itu mengajaknya kemarin dan ia pun daripada bosan lebih baik jalan-jalan keluar bareng laki-laki itu
Tidak terasa Ujian Kelulusan akan berlangsung sekitar 2 minggu lagi tapi Nara sudah mempersiapkannya matang-matang sejak
jauh-jauh hati
Nara pun keluar meninggalkan kamar dan beranjak turun ke bawah, ia pun langsung ke ruang tengah yang sudah menampakkan Yeonjun dan Mark yang kini sedang mengobrol ringan
"Nara? udah siap?" tanya Yeonjun sambil menatap kagum perempuan yang ada di hadapannya ini
Nara mengangguk pelan, "Udah kak!" jawab Nara, ia sedikit gugup karena ia terakhir berkencan pada tahun lalu bersama Jaemin
Akhh!! kenapa jadi mikirin Jaemin sih—batin Nara, perempuan itu pun menghela nafasnya
Bahkan setelah dua minggu kejadian Jaemin datang ke rumahnya, bayang-bayang laki-laki itu tidak pernah hilang di dalam otak dan hatinya, memorinya bersama Jaemin terus berputar dalam pikiran Nara
"Yaudah ayo Nar," ajak Yeonjun dan langsung menggenggam tangan Nara
Nara terkejut, "Eh?" perempuan itu pun menarik tangannya melepas genggaman Yeonjun, laki-laki itu pun sedikit terkejut
"O-Oh maaf Nar refleks," ujar Yeonjun kikuk dan Maek tertawa saja melihat interaksi mereka berdua
"Yaudah cepet sana keluar! ceunah mah hayang jalan-jalan," celetuk Mark sambil terkekeh
Telinga Yeonjun sedikit memerah, "Y-Yaudah ayo Nar kita jalan-jalan." ajak Yeonjun tanpa memegang tangan Nara seperti tadi
Nara pun mengangguk dan menyusul Yeonjun dari belakang, "Bang, gua pamit dulu ya." ujar Nara dan Mark pun mengangguk saja
Nara pun keluar dari rumahnya dan ia menatap laki-laki itu sedang mengeluarkan motor CBRnya dari garasi rumah
Nara pun ikut keluar, "Nih helm doraemonnya." ujar Yeonjun sembari memakaikan helm tersebut di kepala Nara, perempuan itu pun tersenyum saja
"Ayo naik," ujar Yeonjun lalu ia menyalakan motornya, Nara pun memegang punggung Yeonjun dan menaiki motor tinggi itu
"Ketinggian ya Nar, entar gua ganti deh motornya," ujar Yeonjun dan mata Nara membulat
Dikira beli motor udah kaya beli warteg kali ya? entah lah—batin Nara
"Eh ngapain kak? gak usah! aku juga udah terbiasa kok," jawab Nara dan Yeonjun tersenyum tipis lalu laki-laki itu melajukan motornya
••••
"Nar, mau makan dulu atau nonton dulu nih?" tanya Yeonjun dan Nara tampak berpikir
"Baru jam 11 kak, nonton dulu aja gimana?" Nara melontarkan pendapatnya dan Yeonjun pun mengangguk setuju
"Yaudah berarti kita ke atas beli tiketnya, filmnya jam berapa sih?" tanya Yeonjun dan Nara mendongakkan wajahnya menatap Yeonjun
"Jam setengah 12," ujar Nara, mereka telah menentukan film yang akan mereka tonton tetapi belum untuk jamnya
Mereka memilih setengah 12 karena itu tayangan pertama film tersebut hari ini dan mereka pun naik ke lantai atas dimana tempat bioskop berada
Yeonjun tampak memesan tiket bioskop di kasir dan Nara menunggunya dari luar bioskop karena ia baru saja mengangkat telepon dari Mark perihal dompet Nara yang ketinggalan
Tidak lama kemudian Yeonjun datang menghampiri Nara dengan mengangkat tiket yang telah ia beli, "Nar! nih ayo masuk filmnya bentar lagi mulai." ajak Yeonjun dan Nara pun mengangguk saja
Mereka pun masuk ke theater dan ternyata Yeonjun memesan tiket di tempat duduk paling atas dan paling pojok
Tidak lama kemudian filmnya dimulai, ketika yang lain fokus menonton film tetapi berbeda dengan Yeonjun yang sedari tadi mencuri-curi pandang menatap Nara
Ia mengambil kesempatan melentangkan tangannya, ancang-ancang agar bisa merangkul perempuan tersebut, lalu ia berhasil merangkul Nara
"Kak?"
Yeonjun tidak memperdulikan hal itu, ia mendekatkan dirinya mendekat ke arah wajah Nara
"Can i kiss your lips?" bisik Yeonjun dan Nara pun membeku, ia menatap Yeonjun gugup dan laki-laki itu tampak mengangkat alisnya
"Can i?"
Nara menggeleng, "Jangan kak, aku—!!"
"Cuma sekali aja, boleh?" tanya Yeonjun tidak menyerah, tapi Nara tidak ingin laki-laki lain seenaknya mencicipi bibirnya seperti Jaemin dulu
"Engga—mpphhhh!!!"
Yeonjun langsung meraup bibir Nara kasar dan Nara langsung mendorong dada Yeonjun kasar, "Kak! gue bilang gak mau ya gak mau!" desis Nara
Perempuan itu pun langsung meraih tasnya dan pergi meninggalkan bioskop serta Yeonjun, laki-laki itu tampak merasa bersalah
Ia pun menyusul Nara dari belakang dengan ekspresi khawatirnya
"Nara!
"Nara..."
"Tunggu!" Yeonjun berhasil meraih tangan Nara saat keluar dari theater
Nara langsung menepis tangan Yeonjun kasar, "Apa lagi kak? gua bilang gak mau ya gak mau." desis Nara dengan nada tingginya
Yeonjun tampak merasa bersalah, "Maaf gue kebablasan, aku gak bisa nahan hasrat gue Nar, sumpah gue minta maaf." ujar Yeonjun memohon
Nara membuang mukanya enggan menatap Yeonjun, "Gua bukan cewek murahan yang bisa dicium gitu aja kak, apa lo nganggep gue selama ini cewek murahan ya?"
Yeonjun langsung menggeleng cepat, "Enggak Nar, sumpah! gua gak berpikir kaya gitu." ujar Yeonjun dengan rasa bersalahnya
Nara menghela nafas kasar, "Gua kira lo cowok baik-baik kak, tapi lo ternyata kaya gini?" ujar Nara kecewa dan Yeonjun langsung meraih tangan Nara
"Please Nar, maafin gue! gue kebablasan please khilaf tadi Nar, lo jangan jauhin gue tolong!" ujar Yeonjun dengan muka memelasnya
Nara menghela nafas kasar, "Gak bisa! gua kecewa sama lo, gua bukan cewek murahan yang seenaknya digituin sama cowok." tegas Nara
Lalu Nara pun meninggalkan Yeonjun dan lanjut berjalan keluar dari area bioskop
"Nara?"
Bersambung
•
•
•
maaf konflik sama klimaksnya ada di akhir2, apakah kalian bosan di awal?
Komentar kalian untuk Yeonjun?
LR.
Playboy, 2020