Happy Reading
Jaemin menatap test pack tersebut tidak percaya, "Ini gak mungkin Lam, gue—!!"
"Lo masa tega, anak ini hidup tanpa ada figur ayah?" tanya Lami lirih dan Jaemin tampak mengusap wajahnya kasar
"Ini gak mungkin Lam, ini bukan anak gue!" tekan Jaemin dengan wajah paniknya
Mimpi buruknya benar-benar terjadi sekarang, entah ia bingung ingin berbuat apa lagi
Lami menunduk, "Aku minta tolong kamu untuk tanggung jawab, itu aja aku udah cukup kok Jaem, aku gak pengen apa-apa lagi dari kamu."
Jaemin menatap Lami tidak percaya, "Gue nikahin lo? sumpah Lam gue udah muak sama kelakuan lo beberapa bulan yang lalu." ujar Jaemin sinis
"Terserah kamu, aku bakal kasih tau orang tua kamu secepatnya untuk ngurus ini semuanya," ujar Lami pasrah
Mata Jaemin membelalak, "Lo gila? kita bisa abis sama orang tua kita, lo gak boleh gegabah begini Lam." ujar Jaemin tidak percaya
"Aku gak bakal bohong sama orang tua aku, toh mau aku sembunyiin juga bakal tetep ketahuan juga, lagian orang tua aku udah tau, tinggal orang tua kamu," ujar Lami
Jaemin semakin terkejut dan membeku, "Lo gak usah bercanda Lam!" ujar Jaemin yang kini sudah frustasi
Lami tersenyum miris, "Udah terlambat Jaem, kamu liat luka di pipi aku?" tanya Lami sambil menunjuk pipi kirinya
Pipi kirinya lebam
"Ini ulah orang tua aku Jaem, aku udah gak bisa apa-apa lagi sekarang selain minta pertanggung jawaban kamu," ujar Lami
Jaemin menghela nafas kasar, "Kasih gua waktu buat mikirin semua ini, gua butuh ketenangan sekarang." ujar Jaemin
Lalu laki-laki itu bangkit dari kursi dan meninggalkan perempuan tersebut
Jaemin kembali masuk ke dalam mobilnya, ia merenung di dalam mobilnya, ia mengacak-acak rambut frustasi dan memukul keras setir yang ada
di hadapannya
"Bangsat!" umpat Jaemin, ia pun menatap foto yang ia tempel di dekat kaca mobil
Itu fotonya dengan Nara, semua foto yang ia ambil bersama Nara selalu ia cetak dan selalu ia tempelkan di mobilnya
Jaemin menatap nanar foto tersebut, "Maaf Nar, aku udah buat kesalahan besar." lirihnya
"Aku gak bisa milikin kamu lagi, aku harus tanggung jawab akan hal ini, walaupun aku masih belum bisa percaya sepenuhnya," gumam Jaemin
Ia pun melajukan mobilnya dan menuju kembali ke rumahnya, ia butuh ketenangan sekarang
Ia perlu waktu untuk menerima semua ini, ia sadar bahwa ini semua salahnya, walaupun dia sangat yakin bahwa ia tidak melakukan apapun
Ia tidak pernah tahu karena ia dalam kondisi mabuk pada saat itu
Ia mengingat saat kondisi tubuhnya yang full naked saat di private room waktu itu
••••
Nara pun memilih untuk membeli beberapa buku persiapan Ujian Kelulusan nanti, tapi baru saja ia turun ke bawah
Ia melihat Yeonjun yang sedang mengobrol bersama kakak kandungnya, Mark
"Nara? lo mau kemana?" tanya Mark saat melihat adiknya yang sudah rapih dan membawa
sling bagnya
"Mau beli buku buat persiapan ujian bang," jawab Nara santai
"Oh lo mau ke toko buku? gue anter aja mau?" ujar Yeonjun menawarkan diri dan Nara langsung menggeleng cepat
"E-enggak! enggak usah entar ngerepotin lo," tolak Nara halu dan Yeonjun tersenyum
"Gak kok gue juga baru selesai kerja kelompok sama Mark, ayo bareng aja," ajak Yeonjun
Nara pun tampak memandang kakak kandungnya kode meminta izin dan Mark pun mengangguk mengizinkannya
"Ajak aja Jun, jagain adek gue yang bener," ujar Mark dan Yeonjun mengacungkan jempolnya ke arah Mark
"Ayo!" ajak Yeonjun dan Nara pun mengikuti Yeonjun berjalan keluar dari rumahnya
Yeonjun menaiki motornya dan mengambil helm untuk Nara, "Nih helm doraemonnya." ujar Yeonjun sambil menunjukkan helm tersebut lalu memakaikannya di kepala Nara
Nara tersenyum kikuk saja
"Ayo naik," ujar Yeonjun dan Nara pun mengangguk lalu naik ke motor CBR milik laki-laki tersebut dan Yeonjun pun melajukan motornya
"Kita mau ke toko buku mana?" tanya Yeonjun kepada Nara
"Gramed deket sini aja," jawab Nara dan Yeonjun pun mengangguk saja lalu menambahkan kecepatan motornya agar sampai lebih cepat ke gramedia
Tidak lama kemudian, mereka berdua masuk ke dalam toko buku tersebut dan Nara langsung menyusuri lorong yang berisikan buku-buku tebal persiapan pelajar untuk ujian
Nara tampak memilih-milih buku yang menurutnya bagus, ia hanya akan membeli satu buku saja yang sudah mencakup seluruh materi yang akan diujikan
"Kak Yeonjun!" panggil Nara dan Yeonjun yang tidak jauh darinya menengok lalu menghampiri Nara
"Apa Nar?" tanya Yeonjun sembari menaikkan kedua alisnya bingung
"Kalo kata kakak, bagusan ini atau ini?" tanya Nara yang kedua tangannya memegang dua buku yang berbeda
"Hmmm dulu sih kakak ujiannya pake buku yang per pelajaran gitu, lebih detail karena kan satu buku per satu pelajaran," ujar Yeonjun
"Oh bagusan yang per satu pelajaran ya?" tanya Nara dan Yeonjun mengangkat bahunya
"Gak tau juga sih, dulu sih gua pake yang per satu pelajaran lagian pas ujiannya gak berat bawa
tebel-tebel," jawab Yeonjun
Nara mengangguk mengerti, "Tapi kalo yang per satu mata pelajaran udah pada abis." ujar Nara sambil memanyunkan bibirnya
"Jangan dimanyunin gitu dong jadi gemes liatnya," ujar Yeonjun dan Nara mengalihkan pandangannya menghindari tatapan laki-laki bermata tajam di hadapannya
"Gua beli ini aja deh ya kayaknya lebih bagus," gumam Nara dan langsung memeluk buku itu dan menarik Yeonjun untuk ke kasir
"Ayo bayar!" ajak Nara dan Yeonjun pun pasrah mengikuti kemana Nara pergi karena perempuan itu menggandeng tangannya tanpa malu-malu
Nara pun membayar bukunya tapi tangannya langsung ditepis lembut oleh Yeonjun, "Gua aja yang bayar."
Nara membelalakan matanya, "Lah kak? jangan bayarin, biar gue aja kan ini juga keperluan gue." tolak Nara mentah-mentah
Yeonjun terkekeh kecil, "Gak apa-apa, anggep aja ini hadiah gue buat bikin semangat lo ujian." ujar Yeonjun dan Nara tersenyum lalu mengangguk
Akhirnya Yeonjun yang membayar buku Nara dan mereka pun berniatan untuk keluar dari toko tersebut tetapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang tak asing di mata mereka
"Nar, itu Jennie sama pacarnya kan?" tanya Yeonjun dan Nara pun mengikuti arah pandangan Yeonjun dan benar! itu Kak Jennie sama pacarnya
"Iya deh kayaknya, samperin yuk!" ajak Nara dan Yeonjun pun mengangguk pelan
Mereka berdua pun menghampiri Jennie dan pacarnya itu, "Kak Jennie!" panggil Nara sambil berlari kecil
Sontak Jennie dan pacarnya menengok ke belakang dan menatap Nara lalu disusul Yeonjun di belakangnya
"Nara? Yeonjun? kok kalian bisa disini?" tanya Jennie bingung
Nara tersenyum dan mengangkat plastiknya, "Ini gue beli buat persiapan ujian, kalo Kak Jen sendiri ngapain?" tanya Nara balik
"Ini gue nemenin Rai buat beli buku kisi-kisi juga, katanya ada diskon ceunah," ujar Jennie dan Nara pun mengangguk
Ting!
Tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada orang yang mengirim pesan ke ponselnya
Nara pun merogoh kantong celananya dan mengambil ponsel miliknya, ia buka ponselnya dan langsung membuka aplikasi chat miliknya
0846xxxxxx
online
0846xxxxxx
| Nar
| gua Lami
| maaf banget gua hrs blg ini
| gua hamil anak Jaemin
| send a photo
Nara membeku melihat foto yang dikirim oleh Lami, sungguh membuat Nara bungkam sekaligus kecewa dengan laki-laki itu
Ada rasa sakit yang menjalar di dalam hatinya, terlebih Nara masih menyimpan rasa kepada Jaemin tetapi sekarang?
Ia mendengar kabar bahwa Jaemin sudah menghamili anak orang
"Gua kecewa, Na!" gumam Nara pelan
"Hah Nar? lo kecewa kenapa?" tanya Yeonjun yang mendengar gumaman kecil Nara tadi
••••
Jaemin memarkirkan mobilnya di garasi rumah dan setelah ia memarkirkan mobilnya, ia pun turun dan mulai masuk ke rumahnya
Jaemin membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumah tetapi ia terkejut saat melihat kedua orang tuanya dan Jeno bersama kedua orang tua Lami
"Jaemin pulang!" ujar Jaemin sopan dan ayahnya pun langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri anaknya itu
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Jaemin, ayahnya baru saja menampar dirinya dan hal itu membuat Jaemin terkejut dan mengusap pipinya yang ditampar itu
"Ayah gak pernah ngajarin kamu jadi anak brengsek," bentak ayahnya dan Jaemin menatap ayahnya tidak percaya
"Ayah gak nyangka, kamu ngelakuin hal sekeji ini Jaemin, ayah kecewa sama kamu," desis ayahnya dan Jaemin masih terdiam
"Ayah malu Jaem! ayah malu!" bentak ayahnya bahkan semua orang yang berada di dalam rumah pun tidak berani menatap ayahnya Jaemin ini
"Kamu bisa-bisanya menghamili anak orang dan kamu gak mau tanggung jawab? sejak kapan ayah ngajarin kamu kaya gitu? sejak kapan kamu jadi nakal begini? hah?" bentak ayahnya
"A-ayah itu bu—!!"
Plak!
"Gak usah kasih bohong lagi, semuanya sudah jelas Jaemin, orang tua Lami sudah menyerahkan surat medis dari rumah sakit dan Lami benar-benar hamil anak kamu Jaem!" geraman ayahnya benar-benar membuat Jaemin menciut ketakutan
"Tapi a-ayah itu bukan a-anak aku," ujar Jaemin dengan segala keberaniannya
"Masih mau ngelak aja ya kamu? kamu jelas-jelas sudah menghamili anak saya? kamu masih gak mau anggap kalau itu anak kamu?" kini ibu Lami pun membuka suaranya
"Sudah-sudah! lebih baik kita urus kelanjutan Jaemin dan Lami, mereka akan dijodohkan kapan?" tanya Renata, bunda Jaemin maupun Jeno sambil menghela nafas kasar
Ayahnya kembali duduk ke sofa dan memalingkan mukanya enggan menatap Jaemin
Jaemin pun menghampiri kedua orang tuanya dan berlutut, "Bunda, itu bukan anak aku bunda." ujar Jaemin lirih
Bundanya menatap dingin ke arah Jaemin, "Bunda kecewa Jaem, ini konsekuensi yang harus kamu terima, kamu harus berani bertanggung jawab."
Jaemin menghela nafas kasar, "Tapi itu—!!"
"BISA GAK LO GAK USAH NGELAK LAGI??? JELAS-JELAS LO HAMILIN LAMI!!!"
"ITU PASTI KARENA LO KE CLUB SEMINGGU YANG LALU KAN????"
Jeno menggebrak meja dan berdiri, ia sudah menahan emosinya sejak tadi tetapi ia tidak bisa menahannya karena Jaemin terus-terusan mengelak
"Bahkan kamu aja ke club, bunda gak pernah didik kamu sampai kamu masuk ke tempat maksiat itu," ujar Renata dingin
"Lebih baik kita atur perjodohan mereka dari sekarang dan tentukan jadwal pernikahan mereka," ujar ayah Lami yang kini sudah frustasi, ia juga kecewa dengan anaknya, terlebih dengan Jaemin
Ia sebenarnya ingin sekali memukul wajah Jaemin tetapi ia tipe orang yang tidak menyukai kekerasan, jadi ia urungkan pikiran tersebut
"Kami akan urus semua secepatnya, Jaemin akan saya hukum agar ia kapok dan untuk tanggal pernikahan kita laksanakan setelah mereka ujian saja, sekitar satu bulan lagi," ujar ayahnya Jaemin
Jaemin membulatkan matanya dan menatap ayahnya tidak percaya, "Y-Yah?"
"Diam! kamu gak usah berbicara lagi sekarang, kamu tinggal ikuti alurnya aja," ujar ayahnya tajam
••••
Kedua orang tua Lami pun sudah pulang dan kedua orang tua Jaemin juga sudah masuk kembali ke kamarnya
Tersisa Jeno dan Jaemin yang berada di ruang tengah
Jeno menatap nyalang ke arah adik kembarnya yang kini sudah duduk di sampinganya dengan memijit pelipis frustasi
"Gua kecewa sama lo Jaem," ujar Jeno tajam dan Jaemin mengangkat wajahnya lalu menatap kakak kembarnya
"B-Bukan gue Jen," jawab Jaemin putus ada
Brak!
Jeno menggebrak mejanya kencang dan bangkit dari duduknya, ia menatap Jaemin tajam
Jeno meraih kerah Jaemin kasar hingga laki-laki itu bangkit dari sofanya, "Lo mau ngelak lagi hah? ini udah jelas kalau Lami ngandung anak lo!!"
"Dia sama lo ketemu di club dan lo gak mengaku karena lo dalam keadaan mabuk, lo gak tau apa-apa bangsat!" bentak Jeno
"T-Tapi—!!"
BUGH!!!
Jeno memukul keras rahang Jaemin hingga pria itu tersungkur ke lantai dan Jeno pun langsung menindih Jaemin, "Kalau gua bisa minta sama Tuhan, gua gak mau punya kembaran kaya lo Jaem." desis Jeno tajam
BUGH!!
Jeno kembali menonjok rahang Jaemin dan Jaemin pun tidak berniat untuk membalasnya karena ia juga tidak tahu apa yang terjadi di club beberapa
minggu yang lalu
BUGH!!!
"Brengsek lo!!!"
BUGH!!!
"INI KARMA BUAT LO JAEM!!!"
Jeno memukul Jaemin dengan membabi buta, bahkan Jaemin pun sudah mulai kehilangan kesadarannya tetapi saat Jeno ingin memukul Jaemin tiba-tiba tangannya ditahan
"UDAH JENO!!!" bentak Renata, bundanya menahan tangan Jeno dan akhirnya Jeno pun berhenti memukul Jaemin
Jaemin yang sudah terkulai lemas di lantai pun berusaha bangkit untuk berdiri
Bundanya melemparkan koper milik Jaemin, "Keluar kamu dari rumah." nada datar dari bundanya membuat Jaemin terdiam
Jaemin menatap bundanya lirih, "B-Bunda? itu bukan anak—!!!"
"BUNDA BILANG KAMU KELUAR DARI RUMAH INI!!!!" Renata sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, ia sudah terlanjur kecewa, ia tidak bisa memakluminya lagi
Jaemin pun menitikkan air matanya dan menatap bundanya lirih, "Oke, aku keluar dari rumah kalau itu maunya bunda."
Jaemin pun menarik kopernya dan meninggalkan rumahnya, bahkan semua fasilitasnya disita oleh ayahnya
••••
Jaemin pun berdiri di depan rumah Nara, ia membutuhkan perempuan itu sekarang, ia butuh pelukan hangat dari perempuan itu
Jaemin membutuhkan Nara, sungguh
Jaemin mengetuk pintu rumah Nara cukup keras dan tidak lama kemudian Nara pun membuka pintunya dan menatap Jaemin terkejut
"Na?"
Jaemin langsung memeluk Nara dan mulai menumpahkan air matanya lagi, "N-Nara, aku kangen." lirih Jaemin
Dengan cepat Nara mendorong dada Jaemin kencang sehingga pelukan mereka kembali terlepas, Nara menatap Jaemin tajam
"Gua kecewa sama lo Jaem!"
Bersambung
•
•
•
konfliknya menurut kalian seru gak sih? feelnya dapet gak?
LR.
Playboy, 2020