ALLESYA [END]

By fatehanu12

60.8K 3K 613

Amazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Ke... More

1. Allesya Arfani
2. 11 Otomotif 1
3. Geng Cabe
4. Illa Mazka
5. "Gue kangen lo, All,"
6. Agil Mahendra Dinar
7. "Gila aja, lo!"
8. Hari Senin
9. Bad Day
10. Dia...Datang!
11. Rest
Visualisasi Tokoh
12. What Heppen?
13. Pelipur Lara
14. Kejutan Pahit
15. Tonight With You
16. Oh, Shit!
17. Penampilan Baru
18. Satu Fakta
19. Moodboster
20. Penguat Diri
21. Perjalanan
22. Sebuah Pengakuan
23. Refreshing
24. Sebuah Pengakuan [2]
25. Perjalanan Berakhir Kesinisan
26. Dia Yang Kembali
Playsong Allesya
27. Dia Yang Terdiam
28. Kabar Memilukan Semua Insan
29. Kacaunya Sang Pelabuhan
30. Luka Menyakitkan
31. Whats Wrong?
32. Trapped
33. Clubbing
34. Rusuh
35. Pertunangan
36. Salma dan Allesya
37. Ungkapan Rasa Yang Pernah Hilang
39. Akhir dari Semuanya
40. Kacaumu Kacauku
41. Belum Berakhir
42. Akhir

38. Terbongkar

667 36 5
By fatehanu12

Pagi ini Allesya berkunjung ke rumah orang tuanya, Intan-Bayu. Ia berkunjung karena merindukan kedua orang itu. Sudah satu bulan lamanya ia tidak menghampiri mereka.

Gadis itu hanya mengenakan kaos santai dengan celana selutut, seperti dirumah sendiri. Ia mencepol rambutnya dengan asal dan sedikit membubuhkan lipbalm di bibir indahnya.

"Selamat pagi, Bunda." Allesya mencium pipi Intan dari belakang.

Wanita paruh baya itu terkejut dengan kedatangan Allesya. "Lho, Sayang. Kok gak bilang kalau mau datang?" Dengan tutur katanya yang lembut membuat Allesya nyaman didekatnya.

Allesya yang ditanya seperti itu langsung terkekeh. "Papa dirumah, Bun?" tanyanya.

"Heem, lagi mandi kayaknya."

Dengan gesit dan tanpa perintah Allesya segera memakai apron untuk membantu ibu tirinya memasak. Mereka berbincang-bincang sembari menanyakan kabar.

Meskipun Intan berstatus sebagai ibu tirinya, tapi beliau tidak pernah membedakan antara Agil dan Allesya. Wanita itu selalu berlaku adil bagi keduanya. Tidak ada kata pilih kasih maupun memanjakan.

Inilah yang diinginkan Allesya. Bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga, dekatnya ia dengan sang bunda, meskipun bukan orang tua kandungnya. Gadis itu tidak pernah merasakan hal yang seperti ini saat masih bersama Fika, Mama kandungnya.

Tak membutuhkan waktu lama, masakan pun telah dihidangkan. Memang ketika Allesya datang, Intan sudah hampir selesai memasak.

"Sayang, kamu panggil Agil di kamar, ya. Dia masih tidur. Bunda mau manggil Papa dulu," ujar Intan dengan senyumannya sembari melepas apron dan beranjak dari dapur.

Gadis bertubuh ramping itu segera melangkahkan kakinya. Sejujurnya ia sangat malas untuk membangunkan kakak tirinya. Ia menaiki tangga dengan langkah santai sembari menyapu pandang rumah yang luas ini. Tak ada yang berubah, semuanya tetap sama. Bersih dan rapi.

Toktoktok

Allesya mengetuk pintu kamar Agil dengan santai. Ia menunggu untuk dibukakan pintu kamar itu. Tentunya ia tidak lancang langsung masuk begitu saja. Memangnya siapa dirinya ini?

Toktoktok

Sementara itu sang pemilik kamar masih tertidur pulas. Ia sama sekali tak mendengar ketukan pintu kamarnya.

Allesya mencoba untuk menarik knop pintu, dan hasilnya ... tidak dikunci. Ia segera memasuki kamar iku perlahan-lahan sembari mengedarkan pandangannya kearah kasur.

"Agil, bangun." Gadis itu menggoyangkan bahu Agil dengan sedikit kencang.

"Agil, bangun." Lagi, ia menggoyangkan bahu Agil dengan kencang.

"Agil!" Ia menepuk pipi Agil sekuat tenaganya. Bukan tepukan, namun seperti tamparan yang bertubi-tubi.

Seketika cowok yang bertelanjang dada itu segera terbangun dan memegang pipinya. "Sakit, Allesya."

Allesya mengendikkan bahunya dengan tidak perduli. "Bodoamat, salah sendiri susah dibangunin."

"Kamu kangen sama aku?" Agil bertanya dengan mengusap pipinya. "Kok kamu masuk ke kamarku?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Allesya menaikkan alisnya. "Aku disuruh bunda buat bangunin kamu. Udah waktu sarapan. Ogah banget kangen kamu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, ia segera melangkah untuk keluar dari kamar kakak tirinya.

Namun, belum sampai dua langkah, tangannya sudah di tarik Agil dan membuat Allesya terjerembab di depan cowok muka bantal itu.

"Apa-apaan, sih!" Allesya meninggikan nada bicaranya sembari menepis tangan Agil dengan kasar. Ia kesal. Agil itu tidak kira-kira. Untung saja ia hanya terduduk di kasur, tidak terjatuh di dada Agil.

Sementara Agil hanya tersenyum melihat muka adik tirinya. "Kamu jangan marah-marah terus sama aku. Aku nanti sedih."

"Hah?" Allesya membelalakkan matanya.

Agil mengangkat tangannya dan mulai meraba pipi Allesya. Gadis itu menepis, namun Agil tetap keukeh untuk membelai.

"Sst, ijinin aku buat nyentuh pipi kamu," lirihnya dengan lembut dan tatapan yang tulus.

"Gil, kita gak bisa kayak gini." Allesya mulai berkata dengan lirih sembari menurunkan tangan Agil dari pipinya.

"Kenapa? Kenapa gak bisa?" Agil bertanya dengan tatapan sayu.

Agil seperti kehilangan arah. Dulu ia pikir semua ini akan bisa terlupakan seiring berjalannya waktu. Namun, semua ekspektasinya tidak sesuai dengan realita.

"Kamu udah punya tunangan, aku gak mau dianggap ganggu hubungan kalian." Gadis itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Agil.

Rasanya sulit melupakan kenangan bersama Agil. Disatu sisi ia bahagia mendengar ucapan cowok itu. Namun, sisi lainnya ia kembali teringat dengan kenyataan pahit yang sudah ada. Bahwa mereka tidak bisa bersama.

"Kamu itu egois." Kakak tiri Allesya itu mengucapkan kalimat dengan dingin.

Allesya mengangguk dan tersenyum, "Iya, aku egois."

Agil melepaskan genggaman Allesya. Ia meletakkan kedua tangannya di kedua bahu adik tirinya. "Kenapa, sih, kamu gak mau sama aku? Kita ini engga satu rahim, Allesya. Gak apa-apa kalau kita bersama-sama," ujarnya dengan emosi yang dipendam.

"Maaf, Gil. Kita udah punya jalan masing-masing." Gadis berpipi tembam itu beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar panas ini.

"Tunggu!" Agil segera menghampiri Allesya yang berhenti tepat di depan kamar mandinya. Ia segera memeluk adiknya dari belakang.

"Aku rindu kita seperti ini," lanjutnya sembari memejamkan matanya.

Allesya merasakan darahnya berdesir lebih cepat dari sebelumnya. Ia menyembunyikan dengan rapi semua kegugupannya. Dengan pelan-pelan Allesya melepas pelukan Agil.

Ia membalikkan tubuhnya dan membuka mulutnya, ingin berbicara.

Belum sempat Allesya untuk berbicara, Agil dengan cepat menyambar bibir gadis itu. Ia memeluk Allesya dan mencium bibir adiknya dengan dalam.

Entah mendapat keberanian dari mana, Agil nekat untuk melumat bibir adik tirinya sendiri. Tidak ada rasa takut yang terbersit didalam hatinya akan kecanggungan yang sebentar lagi terjadi.

Bagi Allesya sendiri gerakan ini terlalu tiba-tiba. Ia sangat terkejut Agil memperlakukannya seperti ini. Ia takut. Bagaimana jika ada yang mengetahui? Gadis itu bahkan tidak membalas ciuman Agil.

"AGIL!!!"

"ALLESYA!!!"

Dua suara nyaring dan bariton membuat keduanya salah tingkah. Agil segera melepas ciumannya. Kemudian mereka saling menjauhkan diri.

Langkah kaki beriringan menuju mereka. Hingga tiba-tiba ...

PLAKK

Suara tamparan terdengar di kamar berukuran 5×4 m itu. Tangisan dan amarah menjadi satu.

Dengan rasa bersalah Agil menghampiri orang itu. "Maaf." Ia menundukkan wajahnya, malu.

"Kenapa kamu melakukan itu, Allesya?!" Suara bariton dengan nada kecewa itu segera menghampiri Allesya.

Sama yang dilakukan Agil, Allesya hanya sanggup mengucap kata maaf.

"Kenapa kamu jahat banget, Gil?" Isakan-isakan kecil mulai terdengar dari bibir mungil itu.

Agil segera mendekap gadis didepannya. "Salma, maaf. Aku ... aku ... aku." Bahkan cowok maskulin itu tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Salma segera melepaskan pelukan mereka. "Aku kecewa sama kamu."

Agil hanya tertunduk dan tak bisa menjawab.

"Salma? Boleh gue tanya sama elo?" Suara bariton mengalihkan perhatian mereka bertiga.

"Lo kan dari Jawa, apakah lo itu sahabat Allesya?"

Deghh

Seketika Allesya dan Salma saling berpandangan. Mereka bertatapan untuk sementara. Tak ada yang ingin membuka suara. Salma menundukkan kepalanya. Sedangkan Allesya meremas-remas jarinya.

Kecanggungan mulai terjadi. Agil pun dibuat bertanya-tanya. Sedangkan Dito menatap Allesya dan Salma dengan seksama. Mencari jawaban di celah-celah gestur tubuh keduanya.

"Alle, maybe you can give me an answer?" Dito menatap Allesya dengan dalam.

Sementara Allesya tetap tertunduk. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia tidak sanggup menjawabnya.

Agil segera menggenggam kedua tangan Salma. Ia bertanya, "Apakah itu benar?"

Salma diam. Tak mengeluarkan kalimat sepatah pun. Ia bingung. Bagaimana jika semuanya tahu? Akankah Agil, lelaki yang dicintainya, kembali mengejar Allesya?

"Semuanya benar." Suara serak milik gadis cantik itu terdengar. Semua yang ada dikamar terkejut. Bagaimana bisa Allesya dan Salma menyembunyikan ini semua?

Agil menatap Allesya. Ia menggelengkan kepalanya tanda tak percaya. Sementara Dito segera merangkul pundak Allesya.

"Dulu, waktu Alle pindah ke sekolah kita, dia udah pernah cerita ke gue, William, Bima, dan Candra. Sayangnya lo waktu itu gak kumpul sama kita gara-gara ada Alle." Dito seolah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala Agil.

Setelah mengucapkan itu, Dito segera menarik tangan Allesya keluar kamar dengan kasar. Menuruni tangga dengan cepat membuat Allesya tergopoh-gopoh karena langkah Dito yang lebar.

Tak ada yang saling melempar kalimat. Hanya kesunyian yang terdengar. Allesya merasakan sakit di pergelangan tangannya.

***

"GUE KECEWA SAMA ELO!"

Suara isak tangis karena ketakutan mulai terdengar. Nada tinggi dan kalimat-kalimat yang menyayat hati kini terlontar dari orang yang paling dekat dengannya. Benarkah dia membuat kesalahan yang fatal?

***
Hai, mantemann!

Minal Aidzin wal Faidzinn yaa♥

Hubungan Salma dan Allesya udah terungkap tuh. Buat kalian yang mungkin lupa, aslinya di chapter pertama dan ketiga itu Allesya udah pernah cerita ya.

Setelah ini semua, bagaimana ya hubungan mereka ber-empat?

Jangan lupa vote komen! Target vote masih sama yaitu 30+♥

Terimakasih yaa yang udah menuhin buat vote. Karena target vote udah tercapai jadinya aku update, hehe🤗

See u on the next part💕

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

764K 37.2K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
859K 85.3K 48
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
344K 42.1K 32
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
1M 50.8K 67
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...