It's Only Me | Minsung ✅

By Itsme_stay

507 65 32

Minho dan Jisung adalah sahabat online dari ujung dunia yang berbeda dengan time-zone yang menyebalkan. BxB! ... More

A/N
I was tagged

It's Only Me

268 40 21
By Itsme_stay

Pairing : Minho X Jisung
Words count : 2k

—START—

Lee Minho

Hanya satu nama itu yang membuat pria manis itu bertahan. Bertahan dari semua hal yang rasanya tidak berpihak padanya. Bagaimana tidak? Jika semua orang membencinya. Setidaknya itu yang Han Jisung rasakan saat ini. Pria manis itu sedang mengunci dirinya di dalam kamar setelah apa yang Ayah nya lakukan. Ia merasa sangat tidak dicintai oleh Ayah nya sendiri. Orang yang Jisung sebut Ayah itu telah beberapa tahun ini melakukan kekerasan fisik pada anak semata wayangnya. Apabila ditanya kenapa, jawabnya "Karena wajahmu itu mengingatkan aku pada pelacur itu!" Sungguh jika ia boleh jujur, ia pun sedikit benci pada Ibu nya yang meninggalkan mereka untuk lelaki lain. Padahal saat itu Jisung sedang berulang tahun.

Tapi, mau dikata bagaimana lagi. Itu sudah berlalu. Ibu nya mungkin sudah berbahagia dengan lelaki itu atau bahkan menemukan kebahagiaan lain. Entahlah, yang jelas Jisung tidak bahagia saat ini. Ia terus menangis dan menangis di dalam kamarnya. Bukan, bukan tangisan emosional yang membuatnya berteriak. Tentu ia ingin berteriak, hanya saja itu tidak mungkin. Jadi dia hanya menahan tangisannya dan membiarkan beberapa tetes air matanya turun bersama isakan kecil yang terus ia tahan.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam yang berarti pria itu menangis sudah lebih dari satu jam. Di dalam kegelapan kamarnya, ia mencari gawai nya yang entah ia simpan dimana setelah pulang kuliah tadi. Tidak, ia tidak ingin menyalakan lampu kamarnya. Menurutnya lebih baik begini. Gelap seperti hatinya saat ini. Entah bagaimana ini membuatnya nyaman. Berada di kegelapan. Setelah menemukan gawai nya yang entah bagaimana bisa berada di dekat jendela, ia membuka obrolan dengan satu-satunya orang yang mengetahui dirinya, orang yang mengerti dirinya. Begitulah yang Han Jisung katakan.

Han Jisung
Hai
Kau disana?
Delivered at 22.38

15 menit berlalu, namun belum ada balasan dari orang itu. 'Mungkin masih tidur' pikirnya.

Setelah beberapa menit berdiam dan merenung entah memikirkan apa, Han Jisung merasakan gawainya bergetar. Ada notifikasi. Membuka gawainya dengan senyum, ternyata itu adalah notifikasi favoritnya.

Lee Minho
Maaf aku baru saja bangun
Bukankah sudah malam disana?
Kenapa kau masih bangun?
Sesuatu terjadi?

Ah memang hanya Lee Minho yang mengerti dirinya.

Han Jisung
Ya ini sudah malam
Sudah jam sebelas lewat jika kau ingat timezone kita haha

Lee Minho
Ah ya kau benar hahaha
Btw sesuatu terjadi?
Kenapa kau belum tidur, Jisung?

Han Jisung
Ah tidak bisa kah aku merindukan sahabatku?
Sungguh rasanya aku ingin bertemu denganmu, Min.

Lee Minho
ㅡ Ya, dan bumi itu bulat
ㅡ Aku tau kau sedang ada masalah
ㅡ Apakah Ayahmu?

Tepat di hati

Han Jisung
100 untukmu!!
Astaga aku memiliki sahabat yang sangat pintar dan peka, aku sungguh terharu:"

Lee Minho
ㅡ Singkirkan emotikon aneh itu!
ㅡ Bikin emot kok tidak ada mulut, apa kau tidak aneh?

Begitulah. Isi chat mereka kebanyakan jika tidak random, Jisung yang curhat— ah lebih tepatnya mengeluh mengenai kuliahnya, Ayahnya, dan segala yang terjadi dalam hidupnya, maka isinya mereka yang mengeluh dan berjanji harus segera bertemu langsung dengan yang lainnya. Lee Minho adalah orang yang Jisung temui secara random pada aplikasi burung biru. Entah bagaimana awalnya, yang pasti takdir ingin mereka bertemu.

Entah bagaimana pula, orang itu adalah orang yang sangat berharga bagi Jisung sekarang. Orang yang membuat Jisung bertahan untuk hidup, di tengah-tengah hidup yang mempermainkannya. Ketika Jisung merasa hidup sudah melelahkan, Minho selalu ada disana seperti mengatakan untuk tidak menyerah. Maka disini lah ia. Ikut ke dalam permainan kehidupan.

Han Jisung sangat paham dia tidak bisa menahan Minho dan curhat padanya terlalu lama, Minho pun masih punya kehidupan disana. Dengan kuliahnya, dan harinya yang baru saja akan dimulai. Maka setelah sedikit mengeluarkan kesedihannya pada Minho, mendengarkan— atau lebih tepatnya membaca balasan balasan menenangkan dari Minho, Jisung berkata ia akan pergi tidur. Mungkin ini sudah waktunya untuk ia terlelap.

Beberapa minggu telah beralu dengan Ayahnya yang masih bermain fisik dengannya, teman yang mengucilkannya, dan kelas kelas yang tidak bisa ia dapatkan ilmunya. Jisung beberapa kali curhat dengan Minho, beberapa hari sekali mungkin. Tidak, ia tidak setega itu untuk terus merecoki Minho dengan masalahnya setiap hari. Jisung paham betul untuk tidak terlalu bergantung pada sahabat online nya, yang ia rasa adalah teman satu-satunya saat ini. 'Minho juga punya masalahnya sendiri' begitu pikirnya.

Ia juga tahu ia beberapa kali mengganggu Minho yang sedang berada di kelas hanya karena midnight thoughts nya yang semakin liar. Mengajak nya ikut dalam kegelapan malam. Tentu saja ia merasa bersalah melakukan demikian. Tapi ia juga tak bisa berbohong bahwa semua itu menyakitinya. Seperti saat ini, jam pada gawai nya memperlihatkan angka 3 tapi ia masih belum bisa menutup matanya. Pikirannya kembali tertuju pada hal-hal yang tidak ia inginkan.

Mengapa rasanya sakit? Dadaku sangat berat rasanya. Ini semua menyakitkan. Mereka membenciku. Mereka tidak ingin aku ada. Lalu kenapa aku masih disini? Tidak. Kenapa aku dilahirkan? Apakah mereka paham apa yang aku rasakan? Jika aku pergi, mereka tak apa kan? Tak ada yang akan mencariku kan?

Air matanya turun begitu saja. Dengan posisi masih terbaring pada kasur, Jisung mengambil gawai nya yang ia simpan di nakas, membuka satu obrolan yang selalu menemaninya setelah berperang dengan dirinya sendiri. Ia merasa bersalah pada Minho karena terus mengganggunya dengan masalahnya. Padahal pasti pria itu juga punya masalah.

Han Jisung
Minho
Kau disana?

Jisung menatap layar gawainya lama. 10 menit, 20 menit, 30 menit. Menit-menit itu berubah menjadi jam. Jisung merasa sangat bersalah sekarang. Minho pasti sangat sibuk. Jisung kemudian meletakan gawai nya pada nakas dan berusaha mendapatkan sedikit tidur yang tadi tersita oleh pikiran gelapnya. Setelah Jisung masuk ke alam mimpi, baru lah terdengar suara notifikasi dari gawai yang kini berada di nakas itu.

Lee Minho
ㅡ Hei, Ji! Aku minta maaf
ㅡ Aku sangat sibuk dengan praktikum lapangan akhir-akhir ini
ㅡ Hahhh jika kau tau, rasanya sangat melelahkan rasanya aku ingin berhenti saja hahaha
ㅡ Kau tidak apa kan?
Delivered at 13.42
ㅡ Ji?
ㅡ Kau disana?
ㅡ Kuharap kau tidak membalas karena tidur
ㅡ Selamat malam, Jisung
ㅡ Mimpi indah
Delivered at 14.05

Han Jisung
Oh hai Minho
Kkkkk
Tenanglah, semua akan baik saja
Aku tidak apa, hanya midnight thoughts
Disana pasti sudah malam, jaga kesehatan mu
Jangan sampai sakit
Selamat malam~

Beberapa minggu terlewati begitu saja, dengan isi chat mereka yang begitu begitu saja. Jisung masih setia dengan midnight thoughts nya, Minho yang juga setia dengan praktek lapangan nya. Tanpa terasa empat bulan berlalu semenjak curhat terakhir Jisung. Jisung masih berbicara pada Minho melalui chat, tapi sudah lama ia tak bercerita pada Minho apa yang terjadi pada hidupnya.

Jisung masih melewati hari-harinya yang menurutnya sangat buruk. Semakin buruk setelah nilai ujian nya keluar kemarin. Sangat memalukan. Itu yang ia pikirkan begitu melihat hasil yang ia dapatkan. Ayahnya tidak membantu sama sekali. Beliau masih saja memaki dan menampar Jisung setelah tau hasil yang Jisung dapatkan.

"KAU BELAJAR APA SAJA SELAMA INI?! KENAPA BISA DAPAT NILAI SERENDAH INI?!! OH ATAU KAU TIDAK PERNAH BELAJAR YA?! IYA MAIN TERUS KELUYURAN SAMA TEMANMU BEGITU?!!" Hhh (it was autocorrected into JBJ I miss them😭) Jisung tahu ini pasti terjadi. Dia langsung mengetahuinya ketika sedang mengerjakan ujian. Tidak. Bukan karena ia tidak belajar. Sungguh itu tidak benar. Jisung belajar setiap harinya, hingga pukul 4 malahan. Bahkan akhir pekannya Jisung gunakan untuk belajar. Tapi apa yang dapat ia lakukan sekarang? Memang pada dasarnya saja ia tidak paham dengan apa yang ia hadapi pada saat ujian. Rasanya semua hal yang susah payah ia pelajari, menguap begitu saja dari otaknya.

Jisung terlihat menerima semua cacian yang Ayahnya berikan padanya. Ia diam. Bahkan saat Ayahnya mulai menamparnya, Jisung diam. Lelaki itu tidak mengeluarkan setetespun air matanya. Ia hanya diam menerima perlakuan Ayahnya. Setelah dirasa Ayahnya pergi dari hadapannya, mungkin dari rumah, Jisung mulai memunguti kertas hasil ujian nya dan masuk ke dalam kamar. Ia mengunci dirinya di dalam kamar. Tekadnya sudah bulat.

Di sisi lain belahan dunia, pria itu baru saja menyelesaikan tugas praktek lapangannya. Tugas terakhirnya sebelum akhirnya ia berlibur. Ah tidak, sebenarnya masih ada sekitar dua bulan lagi sebelum liburannya. Tapi ia bahagia harus terbebas dari tugas yang menyita banyak waktunya. Waktunya dengan Jisung.

Ah rasanya sudah lama ia tidak mendengar Jisung berceloteh tentang kelas dengan profesor menyebalkan. Pria itu tersenyum teringat Jisungnya. Ia ingin segera liburan karena pada saat itu lah ia berencana pulang ke Korea Selatan hanya untuk bertemu Jisung. Ia ingin memberi kejutan pada Jisung dan menepati janji mereka untuk bertemu. Minho membuka gawainya dan membuka obrolan dengan satu-satunya orang yang menyita pikirannya itu

Lee Minho
Hei
Kau disana?
Delivered at 04.26

Tidak ada balasan. Mungkin Jisung sudah tidur. Akhir-akhir ini anak itu tidur lebih cepat dan sangat sibuk. Katanya sih sedang ujian tengah semester. Sangat lucu menurutnya. Merasa Jisung tidak akan membalas pesannya, Minho kemudian membaringkan dirinya dan menyusul Jisung yang berada di ujung belahan dunia itu ke alam mimpi.

Pagi datang begitu cepat hingga tak terasa matahari sudah berada di atas sana saja. Merasa terganggu dengan cahaya yang masuk dari sela-sela gorden, pria itu memaksakan untuk membuka matanya dan melihat jam yang ada pada nakas. Pukul 9 pagi. Ia mencoba untuk tidur lagi sebelum benar-benar memproses semuanya. Tunggu, jam 9?!! Sial! Ia kesiangan! Kelas 30 menit lagi! Dengan segera, pria itu masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap siap, dan setelah 15 menit berlalu, terlihat pria itu tengah berlari menuju kampusnya.

Setelah semua kelasnya selesai pada pukul 6 sore, baru lah ia sadar ia belum mengecek gawai nya. Meraba saku yang ada pada celananya, jaketnya, hingga mengecek tasnya, pria itu kelabakan ketika tidak merasakan kebaradaan gawainya dimanapun. Panik, ia pun berlari menuju apartment nya meninggalkan temanya yang berteriak mengajaknya untuk makan malam bersama. 'Masa bodoh, aku belum membalas Jisung' pikirnya.

Setelah memasuki apartment nya, ia segera berlari menuju nakas dimana ia menyimpan gawainya semalam. Mengeceknya sekilas, senyum nya mengembang melihat ada jawaban dari Jisung. Namun senyumnya menghilang begitu melihat isi dari pesannya.

Han Jisung
ㅡ Hai Minho
ㅡ Aku selalu bersamamu

Ia tersipu membaca kalimat itu, entah kenapa. Jisung selalu berhasil membuatnya tersenyum. Membuat perasaannya jungkir balik, merasa selalu ingin memeluknya dan melindunginya dari dunia yang sudah kejam pada pria manis itu. Rasa lelahnya dari berlari dan hari yang panjang menguap entah kemana. Segera saja Minho membalas pesan tersebut.

Lee Minho
Kau sangat cheesy, Jisung
(Please ku ga tau cheesy disini di Indonesia jadi apa artinya, apa jd keju?👉👈)
Tapi aku menyukainya haha
Tunggu aku ya!
Delivered at 18.25

Biarlah Jisung bertanya-tanya apa maksud dari kata tunggu itu. Minho tetap ingin memberikannya kejutan untuk datang ke Korea. Ia bahkan sudah merencanakan hal ini setahun sebelumnya. Menabung dan bertanya pada Jisung alamatnya dengan alasan ingin mengirim cemilan khas dari sini. Dan akhirnya ia bisa menepati janji nya pada Jisung. Untuk bertemu dengan orang terkasihnya itu.

Merasa Jisung tak akan langsung menjawabnya karena hari baru mulai disana, maka Minho menyimpan lagi gawainya dan segera membersihkan diri dan makan sebelum akhirnya tertidur. Praktek lapangan itu sangat menguras tenaganya ternyata. Kini semua itu sudah beres, Minho bisa fokus pada ujian dan kejutannya untuk Jisung. Minho terlelap dengan senyum yang mengembang pada wajahnya.

Minho bangun merasakan sakit pada bagian punggungnya karena posisi tidur yang kurang baik semalam. Namun ia tidak peduli dan membuka gawainya berharap ada jawaban dari Jisung. Tapi nihil. Senyum yang mengembang pun perlahan luntur namun ia segera mengabaikan nya karena harus segera bersiap untuk kelas. Ia tidak lupa membawa gawainya hari ini.

Ia sampai di kelas dan segera mendudukan dirinya di samping temannya. Matanya tak henti menatap layar gawainya yang menunjukkan ruang obrolan dengan Jisung. Jisung masih belum menjawab pesannya. Melihat Minho yang terus menatap gawainya dengan intens, membuat temannya menoleh dan penasaran, "Apa yang kau lihat, Min?"

"Ah, tidak. Hanya saja dia belum membalas pesanku dari kemarin" Minho menjawab pendek. Temannya langsung paham siapa yang dimaksud Minho tapi tetap menanyakannya, "Jisung?" Yang dibalas anggukan oleh Minho. Temannya hanya menepuk bahu Minho sekilas, "Mungkin dia sibuk, Min. Bukannya kau bilang dia sedang mau ujian ya?"

"Tidak, Lix. Dia seharusnya sudah beres ujian sekarang." Mengapa hatinya tak tenang? "Tenanglah, lebih baik kau fokus kuliah dulu, baru kau pikirkan Jisung." Minho hanya bisa mengangguk dan menyimpan gawainya di tas nya. Matanya segera menatap ke depan dimana sang profesor baru saja memasuki ruangan kelas dan memulai perkuliahan.

Sudah seminggu lebih Jisung tidak membalas pesan Minho. Minho sangat tidak tenang. Pria itu terus mengirim Jisung pesan, bertanya kemana ia pergi, berkata ia sangat khawatir, dan sebagainya. Masih tidak ada jawaban apapun dari Jisung. Minho jadi khawatir.

Minho sedang berada di perpustakaan dengan teman dekatnya, Felix. Felix yang melihat temannya terus memasang wajah khawatir dan melihat gawainya bukan malah belajar untuk ujian kemudian mengambil paksa gawai itu dari tangan Minho. Tentu mendapat tatapan tak setuju dari Minho dan tangan yang meminta gawainya untuk dikembalikan.

"Lix, aku sedang menunggu balasan dari Jisung. Kembalikan." Bisik Minho. Meskipun merasa kesal karena Felix enak saja mengambil gawainya tanpa permisi, Minho masih tahu diri mereka ada di dalam perpustakaan. Ia tak bisa menaikkan volume suaranya.

"Min, stop it. You need to focus. Kamu ada ujian minggu depan— bukan, dalam 3 hari malahan! Jangan terus bermain dengan gawai mu dan cepat belajar!" Titah Felix pada temannya. "Lix, aku tak bisa belajar kalau dia belum membalas pesanku! Kau tahu itu, jadi cepat kembalikan! Aku rasa aku harus menelpon nya lagi!"

"Tidak, Minho. Aku akan menyita gawai mu. Terlebih selama ujian. Kau akan pulang setelah ujian. Tenanglah, bersabarlah sebentar lagi. Kau akan bertemu dengannya langsung dan kau bebas jika ingin menciumnya atau apapun itu! Tapi sekarang fokus! You can't failed a class! Apa yang bakal Jisung katakan kalau tau kau tak lulus kelas?" Minho sadar apa yang dikatakan Felix benar. Hanya saja hatinya belum tenang jika belum ada kabar dari pria manisnya. Setelah memproses apa yang Felix katakan, tiba-tiba saja wajah Minho memerah. Apakah Felix baru saja berbicara tentang ciuman?! Ia dan J-Jisung??!! Astaga membayangkannya saja membuat jantung Minho memompa lebih, bagaimana jika itu benar terjadi— oke Minho harus berhenti.

Merasa tidak ada perlawanan lain dari temannya, Felix menambahkan "Aku tahu kau khawatir tentangnya, tapi tolong bersabarlah. Selain Jisung, kuliah disini juga adalah mimpimu yang lain. Jadi tolong fokus pada ujian mu dulu. Aku yakin dia baik di sana." Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka melanjutkan sesi belajar mereka hingga perpustakaan akan ditutup.

Minggu ujian sudah hampir beres dan Minho baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya. Baru saja keluar dari kelas, ia langsung menagih gawainya pada Felix. Felix hanya menggeleng dan tersenyum pada temannya yang sudah jadi budak cinta itu. Minho mengecek gawainya dan dibuat bingung karena tak ada satupun notifikasi dari Jisung. Jisung tak mengirimnya pesan dan Jisung tak menelponnya sama sekali. 'Apakah Jisung sesibuk itu?' Pikirnya. Minho kemudian melangkahkan kaki menuju apartment nya dan kebingungan melihat paket yang berada di depan pintu.

Masuk ke dalam kamar dengan membawa paket misterius itu, Minho sadar bahwa itu adalah paket dari Jisung! Dengan semangat Minho segera membuka paket itu dan kaget melihat banyak barang yang ia tahu adalah kesayangan Jisung. Seperti liontin yang Minho tahu adalah peninggalan ibunya Jisung sebelum pergi dengan lelaki lain. Mengeluarkan semua barang dari dalam, Minho menemukan sepucuk surat di dalamnya. Tersenyum, ia pun membuka surat itu. Namun senyumnya hilang seketika melihat banyak bekas tetes air mata yang membasahi kertas tersebut, membuat beberapa katanya kurang bisa dibaca. Membaca surat itu perlahan, Minho dibuat kaget dengan isinya dan meninggalkannya dengan isakan pilu setelah selesai membaca surat itu.

Dear Minho,

Hai Minho, bagaimana kabarmu? Duh aku jadi kangen sahabatku haha kau pasti merasa aneh kenapa aku mengirimmu surat tiba-tiba kan? Kau juga pasti aneh karena aku tidak membalas pesanmu akhir-akhir ini. Ini alasannya.

Aku ingin minta maaf, Minho. Sepertinya aku tak bisa menepati janjiku untuk bertemu denganmu hehe Tenang! Bukannya aku tidak mau, hanya saja aku lelah. Ini semua sangat melelahkan, Min. Jadi, aku bertekad untuk mengakhiri semuanya. Aku sudah cukup berjuang kan? Tolong bilang padaku aku sudah berjuang dengan baik, Min. Mungkin saat surat dan paket ini sampai, aku sudah tidak ada. Maafkan aku mengingkari janji kita. Tapi tenanglah, aku memberikan barang-barangku yang berharga untukmu! Baik sekali kan aku ini? Haha Tolong simpan barang-barang ku dengan baik, ya. Aku percaya padamu, Min.

Aku juga ingin berterima kasih padamu. Terima kasih telah datang di hidupku. Terima kasih telah menjadi teman yang baik, bukan kau adalah sahabat yang sangat baik, sahabat terbaikku! Terima kasih karena selalu ada untukku, Min. Kau memang yang terbaik!! Kau selalu mendengarkan keluh kesahku dan membangun mood ku setelahnya. Aku sangat menghargai itu. Jadi terima kasih untuk segalanya, Min. Kau adalah penyelamatku. Aku menyayangimu.

Love,
Han Jisung.

P.s. Tolong jangan salahkan dirimu atas ini semua. Ini bukan salahmu. It's no one's fault. It's only me.

—END—

Thoughts?

Continue Reading

You'll Also Like

80.6K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
102K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...