Happy Reading
"ORANG LAIN APA??? GUA GAK PERNAH CINTA SAMA SI—!!" ucapan Jeno terpotong dan ia mengalihkan pandangannya menatap Siyeon yang kini sudah menitikkan air matanya
Siyeon mengangkat wajahnya dan menatap Jeno lirih, "M-Maaf kalo aku udah ganggu kamu dan makasih buat jawaban kamu, emang dari awal aku gak pernah bisa bikin kamu cinta sama aku." Siyeon membalikkan badannya, ia menghapus air matanya
Perempuan itu meninggalkan kantin, Somi tampak memijit pelipisnya pusing, udah kaya cerita wattpad saja, mengapa kisah sahabatnya begitu rumit
"Lo gila Jen," desis Nara dan ia menghampiri Jaemin dan meminta tolong Hyunjin dan Felix
"Bawa Jaemin ke UKS, entar gua nyusul," ujar Nara dan Hyunjin dengan Felix pun mengangguk lalu mereka membopong Jaemin dan membawanya ke UKS
Nara kembali menatap Jeno, "Gua gak mau tau, lo selesaiin sama Siyeon, sekarang!" desis Nara dan Jeno hanya terdiam membeku, ia menatap kepergian Nara
Jeno menghela nafas kasar dan menatap seisi kantin tajam, "Ngapain lo semua pada liatin gua, bubar!" bentak Jeno galak
Mereka pun tampak takut dengan ekspresi Jeno dan mereka memilih untuk pura-pura sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak menyaksikan pentas drama yang terjadi secara spontan tadi
Jeno menatap kepergian Nara dan Siyeon yang ternyata berbeda arah, Jeno memilih menyusul Nara terlebih dahulu
••••
Hyunjin dan Felix merebahkan badan Jaemin di kasur UKS dan Nara pun langsung menghampiri laki-laki tersebut
Walaupun berat bagi Nara untuk bertatap muka dengan Jaemin tetapi ia tidak tega dengan keadaan laki-laki di hadapannya sekarang
"Bangun," suruh Nara dengan nada datar, Jaemin pun mau tidak mau bangun dan duduk di hadapan Nara
Nara pun mulai mengobati luka-luka yang ada di wajah Jaemin, pukulan Jeno sepertinya tidak
main-main karena bibir sobek Jaemin selalu mengeluarkan darah dari tadi
Hyunjin dan Felix pun hanya meringis melihat Jaemin di obati oleh Nara, apalagi wajah Jaemin benar-benar penuh dengan luka
Jaemin tersenyum tipis dan menatap Nara lekat, Nara menyadari hal itu pun langsung membuang muka dari tatapan Jaemin
"Kenapa buang muka?" tanya Jaemin lirih dan Nara tidak menghiraukannya sama sekali
"Jangan senyum! entar lukanya kebuka lagi," tegur Nara datar dan Jaemin mengangguk saja, ia menatap Nara lekat
"M-Makasih," Jaemin membuka suara, ia menatap Nara lekat, ia benar-benar menyesal membuang kesempatan berharga yang di berikan Nara
"Gak udah geer, Jisung juga kalo babak belur kaya gini, gua juga obatin!" jawab Nara ketus
"Can you give me the last chance?" lirih Jaemin dan Nara terdiam, ia menatap Jaemin datar
Ia berusaha sedatar mungkin, ia tidak ingin menjadi perempuan gampangan di depan Jaemin, ia tidak boleh goyah
Ia harus move on dari Jaemin, mau bagaimana pun caranya, ia harus kuat dengan pendiriannya
"Maaf gak bisa," jawab Nara datar dan langsung meninggalkan Jaemin di UKS tetapi saat Nara bangkit, tangannya langsung ditahan oleh Jaemin
Nara sontak membalikkan badannya menatap Jaemin, "Lepas!" tegas Nara
"A-Aku masih cinta sama kamu Nar, maaf—!!"
"Gua udah muak sama omong kosong lo, gua udah terlanjur kecewa sama lo Jaem, gak ada kesempatan lagi buat lo," jawab Nara dengan berat hati
Ia tidak ingin mengatakan hal itu, tetapi semuanya sudah terjadi dan ia sudah teguh dengan pendiriannya, ia tidak akan kembali bersama Jaemin meskipun ada rasa cinta yang besar dalam diri Nara kepada laki-laki itu
Ia keluar dari UKS tanpa menghiraukan panggilan Jaemin dari tadi, ia seolah menutup telinganya dan tidak ingin mendengar suara Jaemin sekali pun
"NARA!! TUNGGU AKU!!! akhhh—!!!" lirih Jaemin tetapi apa daya, badannya sudah sangat lemas dan punggung serasa remuk
Punggungnya terbentur ke meja dengan keras saat Jeno memukulnya tadi
Hyunjin dan Felix pun membantu Jaemin untuk membaringkan kembali tubuh Jaemin di kasur UKS
Nara mempercepat langkah kakinya pergi menjauhi UKS, setitik air mata berhasil lolos lagi dari matanya
Ini keputusan yang berat baginya, untuk meninggalkan Jaemin apalagi setelah bertatap muka kembali dengan Jaemin
Entah mengapa, rasa sakit dan nyeri menguasai seluruh tubuhnya, bahkan badannya bergetar sambil menahan isak tangisnya
Ia menghentikan langkahnya saat menatap orang di hadapannya, Lee Jeno
Nara mendongak dan menatap Jeno kosong, "Jeno?" gumam Nara
Jeno tersenyum tipis dan langsung pergi dari hadapannya, membuat Nara mengernyit bingung tetapi ia tidak peduli, ia kembali melangkahkan kakinya entah pergi kemana
Yang penting jauh dari UKS
••••
Isakan tangis Siyeon belum reda sedadi tadi, bahkan kini ia sedang berada di atap sekolah, tempat yang jarang di datangi oleh dirinya
Ia merasa sakit dan sesak saat mengingat kejadian di kantin tadi, saat Jeno mengatakan bahwa ia tidak pernah mencintainya
Kalian mungkin pernah merasakan apa yang Siyeon rasakan, betapa sakit hatinya dia
Siyeon merasa dirinya seperti perempuan rendahan yang mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak mencintainya
Mungkin ini takdir Siyeon, ia tidak pernah marah kepada Tuhan karena menakdirkan dirinya menjadi seperti ini
Orang tua yang menekannya, orang tua yang sangat ambisius dengan dirinya, dan perasaannya yang bahkan tidak akan pernah dibalas oleh Jeno
"Siyeon!" panggil seseorang yang baru saja naik ke atap sekolah, Siyeon pun langsung menghapus air matanya dan membalikkan badannya
Ternyata orang itu adalah Lee Jeno
"Jeno?" gumam Siyeon
Jeno tersenyum tipis dan menghampiri Siyeon perlahan, "Yeon! g-gue—"
"Maaf Jen, gua mau ke bawah dulu," pamit Siyeon dan pergi meninggalkan Jeno tetapi tangannya ditahan oleh Jeno
"Jangan pergi," lirih Jeno dan Siyeon membuang mukanya enggan untuk menatap Jeno
"G-Gue minta maaf karena udah mempermalukan lo di kantin tadi," ujar Jeno dan Siyeon tampak menghela nafas kasar
"Gak perlu, ini emang salah gue kok, lo gak perlu minta maaf," jawab Siyeon yang mencoba menjawab sesantai mungkin
Jeno menggeleng, "Gak, ini salah gue, gue yang udah keceplosan tadi karena terlalu emosi, maaf!" ujar Jeno sekali lagi
Siyeon tersenyum, "Udah? yaudah gua ke bawah dulu ya." pamit Siyeon dan Jeno lagi-lagi menahannya
"Jangan pergi," lirih Jeno dan Siyeon membeku, ia menatap Jeno bingung
"Lo kenapa sih Jen?" tanya Siyeon bingung dan Jeno menggeleng pelan
"Gak apa-apa, yaudah yuk turun bareng," ajak Jeno dan langsung menggandeng tangan Siyeon lalu pergi dari atap sekolah
Siyeon pun hanya diam membeku melihat perlakuan Jeno kepadanya sekarang, aneh
••••
"Nar, ayo pulang," ajak Jaemin yang baru saja masuk ke kelas Nara
Nara pun mengangkat wajahnya dan menatap kedatangan Jaemin dari pintu, laki-laki itu menghampirinya
"Aku anter kamu pulang,"
Nara mengangkat alisnya bingung dan memasang wajah sedatar mungkin, "Gak usah, gua udah dijemput Mark."
Jaemin tersenyum tipis, ia berusaha tersenyum walaupun luka di sudut bibirnya belum kering
"Kamu gak mau bareng aku aja?" tanya Jaemin dan Nara menggeleng pelan
"Yaudah maaf kalo udah ganggu waktu kamu, aku balik duluan ya," pamit Jaemin dan Nara hanya berdeham tak acuh
Nara menatap kepergian laki-laki tersebut, ia pun tersenyum miris
"M-Maaf, Na!" gumamnya
"Nar, ayo balik kayanya abang lo udah nunggu di parkiran," ajak Somi dan Nara pun mengangguk saja dan mereka berdua meninggalkan kelas
"Jaemin udah selingkuh kok masih ngejar lo sih?" tanya Somi penasaran dan Nara mengangkat bahunya tak acuh
"Gak tau dan gak peduli," jawab Nara datar dan Somi menghela nafas kasar
"Maaf Nar, gua gak bisa bantu lo banyak, gua cuma bisa semangatin lo dan doain lo yang terbaik aja," ujar Somi sedikit merasa bersalah dan Nara pun tersenyum dan mengangguk
"Gak apa-apa kok, dengan lo nyemangatin gua aja udah cukup," jawab Nara dan Somi tersenyum
"Yaudah gua balik duluan ya, Haechan udah nunggu tuh," pamit Somi dan melambaikan tangannya ke arah Nara dan Nara pun membalas lambaian tangan Somi
Nara pun menyusul menuju lobby dan melihat mobil Mark yang sudah berhenti di depan pintu lobby, Nara pun berlari kecil dan menghampiri mobil Mark
Ia masuk ke mobil Mark dan kakak kandungnya tersenyum melihat kedatangan adiknya itu dan ia melajukan mobilnya
"Udah?Lo mau makan dulu gak Nar?" tawar Mark yang baru saja meninggalkan kawasan sekolah
Nara mengangguk, "Mau McD bang, gua lagi pengen McD." pinta Nara dan Mark pun mengangguk saja
"Yaudah kita drive thru aja ya," jawab Mark dan Nara mengangguk setuju
••••
Siyeon turun dari motor Jeno, ia baru saja diantar oleh Jeno, tidak ada angin atau hujan, Jeno malah menawarkan diri untuk mengantarnya pulang tadi
Biasanya harus Siyeon yang mengajaknya dan Jeno mau-mau saja tetapi tadi malah Jeno yang menawarkan diri
"Makasih ya Jen," jawab Siyeon gugup dan Jeno tersenyum lalu mengangguk
"Santai aja Yeon....eh Yeon!" panggil Jeno membuat Siyeon mengerutkan keningnya bingung dan menatap laki-laki itu
"Apa Jen?" tanya Siyeon bingung
Jeno tersenyum tipis, "Tetep bantu gue buat cinta sama lo ya." ujar Jeno dan Siyeon membeku, ia bingung ingin menjawab apa, bibirnya seperti kelu
"Entar sore kaki lo gak sakit kan?" tanya Jeno dan Siyeon mengerutkan keningnya bingung
"Maksud lo?" tanya Siyeon dan ia melihat kakinya tetapi tidak ada yang salah dengan kakinya, tidak sakit pun
"Bisa jalan kan?" tanya Jeno dan Siyeon mengangguk
"Oke, entar sore kita jalan," ujar Jeno dan laki-laki itu kembali memakai helmnya lalu melajukan motornya menjauhi rumah Siyeon
Siyeon membeku, apa yang Jeno katakan barusan? laki-laki itu mengajaknya jalan?
Apakah ini mimpi?
Siyeon jingkrak-jingkrak, ia pun berlari kecil masuk ke rumahnya, ia harus mencari-cari baju terbaik untuk kencan nanti sore
Sungguh.
Siyeon membuka pintunya rumahnya, ia beranjak ke kamarnya tetapi papanya menahannya
"Siyeon!" panggil papahnya dan Siyeon pun menghentikkan langkah kakinya dan menatap ke arah papanya
"Apa pah?" tanya Siyeon santai
"Duduk!" suruh papahnya tegas dan Siyeon meneguk ludahnya, sepertinya papahnya ingin memarahinya lagi
Siyeon pun duduk di ruang tamu dan papahnya menatap anaknya datar
"Nih liat!" ucap papahnya sambil melempar beberapa kertas ke meja, Siyeon mengernyit bingung, ia pun memberanikan diri meraih kertas-kertas tersebut
"Kamu ini gimana sih? masa nilainya makin kesini makin turun? apa papah kurang kasih kamu les tambahan?" tanya papahnya dengan nada meninggi
Siyeon menunduk
"Kamu ini belajar gak sih? masa kamu dapet 100 aja gak bisa?"
"Nilai kamu segini-gini aja, gimana papah mau daftarin kamu ke Harvard nanti hah? nilai memalukan kaya gitu"
Siyeon menghela nafas kasar, ia mendongak dan menatap papahnya, "Siyeon capek pah dan aku gak pernah mau masuk ke Harvard." Siyeon memberanikan diri untuk menyampaikan segala unek-uneknya selama ini
"Siyeon capek ditekan belajar terus sama mamah sama papah, aku juga butuh main! gak cuma pulang sekolah terus les setiap hari sampe malem, aku gak mau di kekang pah!" ucap Siyeon dengan nada meninggi
"Kamu udah berani ngejawab ya!" desis papahnya yang sudah tersulut emosi
"Siyeon capek dipaksa belajar terus, bahkan saat Siyeon gagal ikut olimpiade fisika aja, aku stress pah! papah sama mamah neken aku terus! aku gak bisa pah," ucapan Siyeon terdengar sangat lemah dan lirih
"Papah gak mau denger alasan dari kamu lagi, sekarang kamu ke kamar nanti guru kimia baru kamu akan datang beberapa menit lagi," suruh papahnya tegas
Siyeon menghela nafas kasar, "Enggak mau pah, Siyeon capek!"
Papahnya mulai naik pitam, ia berdiri dan menggebrak meja, "MASUK KAMAR! JANGAN NGEBANTAH TERUS!!"
"Kamu anak gak tau diuntung! masih mending saya mendidik kamu dan memberikan kamu fasilitas terbaik tapi balasan kamu apa?" desis papahnya sengit
Siyeon menghela nafas, "Terserah papah, aku tetep gak mau—"
PLAK!
Papahnya baru saja menampar pipi Siyeon keras, "Jangan kamu ngelawan, cepat masuk kamar dan BELAJAR!!!"
Siyeon memegang pipinya yang mulai perih dan merasa melepuh, ia pun mau tidak mau naik ke kamar dan mengikuti perintah papahnya
Siyeon masuk ke kamar dan membanting pintunya kencang, ia mulai menangis
Ia terkulai lemas di belakang pintu, ia menenggelamkan wajahnya di lututnya, ia menangis dalam dalam kesunyian
"Tuhan....a-aku gak k-kuat," lirih Siyeon dengan dihiasi isakan tangis pilu yang terdengar dari mulutnya
Bersambung
•
•
•
Maaf gak jelas hehehe tapi kalo kalian
suka vote & komen ya
LR.
Playboy,2020