Bad Boy Cafe: Milly 「END」

By andhyrama

628K 46.5K 72.4K

[15+] Apa jadinya jika bad boy bisa dipesan lewat aplikasi? Aku Erza Miller Pambudi yang luar biasa menawan d... More

ERZA || MILLY
CHARACTERS
PROLOG
01 || SUPERMAN
02 || I'M SEXY
03|| BIG BOSS
04 || BAD PUZZLE
05 || STRANGE MAN
06 || ALTER EGO
07 || CUSTOMER 01 (a)
08 || COSTUMER 01 (b)
09 || FIRST REVIEW
10 || LECTURER
GAZA |01| GEMI
11 || DYLAN WANG
12 || DUA MILIAR
13 || PELAKOR
14 || PUTUSKAN
15 || PELUKAN
16 || PENGIN MATI
17 || PERJANJIAN
18 || PACARAN
20 || PERTAHANAN
GAZA |02| GEMI
21 || KENANGAN
22 || KESALAHAN
23 || KESEPAKATAN
24 || KEHANGATAN
25 || KONSPIRASI
26 || KEMAMPUAN
27 || KEBOHONGAN
28 || KEMENANGAN
29 || KECELAKAAN
30 || KEHILANGAN
EPILOG

19 || PAGI NAMI

9.4K 1K 2K
By andhyrama

BAD BOY CAFE: MILLY
19 || PAGI NAMI
a novel by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama// Shopee: Andhyrama [an Online Bookshop]

Instagram Erza: @erza_milly

Aku tidak akan melupakanmu, karena lupakan kamu disingkat luka.

Aku tidak akan melarangmu pergi, karena selalu ada lara di setiap larangan.

[Efek bingung bikin quotes jam 2 malem.]

(◍_◍)

Pre-Question

Absen dulu! Pilih Mi Ayam atau Bakso?

Atau Mi Ayam Bakso?

Absen Tim Kalian!

#NaMilly

#MilLynda

Just random questions before you read the story!

1. Menurut kalian, apa status pacaran harus diumbar biar pada tahu?

2. Di sini ada yang suka belanja online?

Sukanya belanja di marketplace mana?

3. Kalian kalau beli sesuatu harus izin ortu dulu?

Atau ada yang nanya temen dulu? Tanyain apa biasanya?

4. Kalian mudah terpengaruh sama temen-teman kalian nggak sih? Misal temen kalian beli ini, kalian ikut, teman kalian nonton itu kalian juga.

Atau kalian justru yang suka mempengaruhi mereka?

Udah pengaruhi mereka buat baca cerita ini belum? Hihihi

5. Kalian pernah berantem di medsos nggak sih?

Yang pernah, coba ceritain dong!

6. Apa yang buat kalian penasaran sama cerita ini?

7. Kasih 1-100 buat cerita ini!

Bab ini bakal banyak flashback. Jadi, semoga nggak bikin bingung.

Happy reading, don't forget to vote, comment, and share!

(◍_◍)

Lelah juga bikin cewek klepek-klepek terus.

(◍_◍)

Pintu kamarku diketuk.

"Abang! Abang, buka!" suara Gaza yang diikuti tangisan Zara.

Aku yang masih sepuluh tahun bangun dan membukakan pintu. Kulihat wajah Gaza yang tampak cemas, dia menggendong Zara yang menahan tangis. Samar-samar, kudengar dari lantai bawah Papa dan Mama sedang bertengkar.

"Masuk," suruhku ke Gaza.

Gaza dan Zara duduk di ranjangku. Aku berdiri di depan mereka.

"Zara, ayo senyum. Semua baik-baik aja kok," kataku sambil mengelus rambutnya.

"Kenapa meleka teliak-teliak?" tanya Zara yang masih terisak.

"Nanti mereka baikan lagi kok. Jangan khawatir ya," kataku. "Kamu kan punya dua abang yang bakal jaga kamu."

Zara mengangguk, lalu tersenyum.

"Zara tidur ya," kata Gaza yang ingin turun dari ranjang.

"Jangan pelgi!" Zara memeluk Gaza.

"Abang nggak ke mana-mana," jawab Gaza seraya tersenyum.

Gaza kemudian membuat Zara terbaring, menyelimutinya, dan mengelus rambutnya.

"Pastikan dia tidur," bisikku ke adik laki-lakiku itu, dia langsung menganggukinya.

Aku kemudian keluar kamar dan menuruni tangga. Di balik tembok, aku mengintip Papa dan Mama yang masih bertengkar. Wajah mereka tampak stres, mata Mama basah dan Papa seperti pucat.

"Kenapa kamu nggak ingat kalau kita sudah punya tiga anak?"

"Ini nggak seperti yang kamu bayangkan, Fira. Saat itu aku mabuk, aku tidak tahu kenapa itu sampai terjadi."

"Lalu, kenapa kamu mabuk?"

"Banyak hal yang buat pikiranku runyam. Yang lain mengajakku ke bar, jadi aku ke sana."

"Kenapa tidak pulang ke rumah saja?! Bukannya aku dan anak-anakmu yang harusnya kamu butuhkan ketika kamu sedang banyak pikiran?!"

"Kamu nggak ngerti."

"Kamu yang nggak ngerti!"

Aku kecil tidak tahu permasalahan mereka, aku hanya sedih melihat keduanya terus berdebat. Aku rindu dengan meja makan yang hangat, penuh candaan, penuh tawa, dan penuh senyum. Aku pikir, semua akan baik-baik saja. Namun, pertengkaran kedua orang tuaku masih terus berlanjut.

"Apa mereka akan bercerai?" tanya Gaza.

Aku tidak menjawab, memilih merangkulnya di balkon kamarku ini. "Kita lalui bersama, ya?"

"Apa kita bisa jadi alasan mereka untuk tetap bersama, Bang?"

"Kita nggak tahu gimana orang dewasa berpikir, itu hal yang rumit. Tapi satu hal yang pasti, gue nggak bakal ninggalin lo sama Zara. Kita harus tetap bersama."

Lalu, Gaza menangis. Dia membayangkan jika kedua orang tua kami berpisah. Dia tidak mau itu terjadi. Gaza tidak mau kehilangan siapa pun.

(◍_◍)

"Orang tua lo bertengkar lagi?" tanya Nami.

Kami duduk di pinggir lapangan. Dia khawatir karena aku seharian murung. Aku tidak menjawab pertanyaannya.

"Nih." Nami memberikanku bunga dandelion. "Tiup buat ngilangin rasa kesal lo."

Aku menerimanya, tersenyum kepadanya, dan kemudian meniup bunga ini. Nami juga melakukan itu pada dandelion yang dia pegang.

"Ada lagi?" tanyaku.

"Di situ banyak!" Dia menunjuk ke sisi lain lapangan. "Ayo petik lagi!"

Aku mengangguk dan mengikutinya.

Malamnya kami duduk di balkon masing-masing. "Papa gue belum pulang, Mama nungguin dia di ruang tamu," kataku ke Nami.

Kami memakai telepon benang untuk berhubungan dari balkonku ke balkon Nami.

"Oh jadi, lo belum tidur karena itu?"

"Iya."

"Gaza dan Zara udah tidur?"

"Udah."

"Mending lo juga tidur, Paman Raza mungkin telat pulang karena ada urusan. Pas lo bangun pasti dia udah ada."

"Gimana kalau nggak ada?"

"Kan masih ada gue."

"Dih, lo mah nggak bisa gantiin Papa gue."

"Setidaknya kan gue bisa dengerin curhatan lo."

"Iya juga sih. Makasih ya."

"Itu kan gunanya sahabat." Bisa kulihat senyum Nami dari sini. Aku membalas senyumnya.

"Besok, kita main ke ...." Aku terdiam karena melihat dari belakang balkon Nami ada ibunya yang datang.

"Ngapain kamu belum tidur jam segini!" Lalu, ibunya Nami melihatku dengan tatapan tidak senang. "Kamu nggak boleh main lagi sama Erza!"

Dengan kesal, ibunya Nami merusak telepon kaleng kami, memutuskan benangnya. Kulihat, Nami marah ke ibunya. Namun, Nami dibentak balik. Dia ditarik untuk masuk ke kamarnya. Nami mencoba melawan, tetapi ibunya lebih kuat. Di sini, aku hanya diam memegangi kaleng yang sudah tak terhubung lagi dengan miliknya.

(◍_◍)

Aku mencoba menghubungi Gaza, tetapi dia tidak mengangkatnya. Aku mengirim chat juga tidak dia baca. Mama begitu khawatir dengan Gaza, dia menunggu setiap malam sampai ketiduran di sofa.

"Mama tidur aja, biar aku besok jemput Gaza," kataku ke Mama.

Matanya basah, dia mengangguk, lalu masuk ke kamarnya. Dia sedang bingung dengan masalahnya, Gaza malah menambah bebannya. Sungguh, menjadi single parent memang susah. Aku harus ada di pihak Mama, aku akan terus ada di sisinya.

"Merchandise lo udah jadi, lihat email yang gue kirim ya," kata Bang Henry yang meneleponku.

"Oke, Bang bakal gue lihat."

"Tidur, udah tengah malem. Pagi jangan lupa olahraga lagi ya. Gue udah beliin lo suplemen baru besok ambil ke ruangan gue ya."

"Oke Bang."

"Lo kenapa, lesu amat?"

Aku diam sejenak. Lalu menjawab, "Mungkin cuma kecapean."

"Ada masalah lagi?"

"Nggak Bang."

"Jangan bohong. Mau gue temenin ngopi?"

Awalnya, aku menolak. Namun, dia tetap bersikeras. Akhirnya, di sinilah dia. Datang ke rumahku dan membuatkanku kopi di dapur.

"Sebelum jadi manajer kafe, gue dulunya barista di salah satu kafe di Seoul," kata Bang Henry yang mengantarkan kopi buatannya ke meja makan ini, kami duduk berdua. "Jadi supervisor, terus ketemu sama Gavin. Dia pendiri Bad Boy Cafe. Awalnya, gue ketawa sama idenya. Kafe yang mewujudkan fantasi? Bukannya aneh banget? Ternyata, dia sungguh-sungguh."

"Gue juga awalnya heran," kataku yang kemudian mencoba kopi buatannya. Enak.

"Gue jadi host di Bad Boy Cafe pertama di Seoul. Gini-gini, gue Bad Boy kelas atas ya. Dari cewek Korea, Rusia, Jepang, Prancis, sampai Italia udah pernah gue kencani." Dia tertawa bangga. "Karena Gavin tahu gue orang Indonesia, dia kemudian nawarin gue ngurus cabang yang di sini. Gua balik deh ke kampung halaman."

"Ceritain gimana lo bisa rekrut Bang Nolan, Bang Ronald, Bang Martin, sama Benji dong," pintaku.

"Gue ketemu Nolan di kampus gue. Gue lagi mampir aja ke sana kan, pengin lihat kampus gue udah kayak gimana. Dia ngisi seminar gitu. Dari cara ngomongnya, gue tahu anaknya tegas, berwibawa, dan punya wawasan luas. Lalu, kami ketemu, ngobrol. Langsung akrab. Gue nawarin dia jadi host, dan dia mau nyoba itu.

"Ronald gue ketemu di salah satu kafe, dia jadi komika, stand up comedian gitu. Anaknya konyol banget sih, bikin ngakak juga sama jokes recehnya. Terus gue nggak sengaja lihat dia di belakang kafe gitu lagi dibayar cuma lima puluh ribu buat penampilannya.

"Kami ngobrol kan, dia agak kesusahan keuangan. Makannya nggak teratur. Karena dia cukup ganteng dan humoris, gue kasih kesempatan dia buat jadi host. Gue seneng aja, dia semangat banget kerja jadi host."

Kemudian, dia juga menceritakan Bang Martin yang dingin tapi penuh luka di punggungnya, dan Benji yang complicated. "Gue pengin kalian jadi kayak saudara seperjuangan."

Aku mengangguk.

"Bang, gue pengin ngejar cewek, tapi di sisi lain gue harus macarin cewek lain."

"Itu masalah lo?"

"Satu di antaranya."

"Gue nggak bisa nasihatin, tapi biar gue kasih tahu satu hal. Lo perlu tahu mana yang sebenarnya lo butuhin, fokusin itu daripada keinginan sesaat lo aja," ujangkapnya.

Apa yang aku butuhkan? Apa mendapatkan Lynda adalah keinginan sesaatku saja?

(◍_◍)

Aku mengingat perjanjianku lagi. Dikeluarkan dari sekolah kalau ketahuan pacaran? Jadi, selama tidak ketahuan, aku tidak akan dikeluarkan. Lagi pula, aku akan beralasan kalau nanti ketahuan. Semuanya kan tahu kalau aku dan Nami itu tetangga dan teman dari kecil. Jadi, selama tidak bilang, orang tidak akan tahu kalau nanti kami pacaran. Satu hal lagi, aku cuma perlu memacari Nami agar dia keluar dari geng Reon. Setelah itu, aku bisa memutuskannya dan fokus mendapatkan Lynda.

Masalahnya, bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan Nami?

"Ehem, ehem!" Aku pura-pura berdeham agar Nami mendengarku. Kami berada di parkiran.

Dia menoleh. "Batuk? Di komik aja."

"Kenapa nggak koran atau novel?"

"Dih, ngelawak?" Dia kemudian berjalan, tak memedulikanku lagi.

Aku segera mengikutinya, berjalan di sampingnya.

"Pagi yang cerah ya," basa-basiku.

Nami tidak menggubris.

"Secerah hari gue saat ada lo, Nam."

Dia berhenti, lalu menoleh padaku. "Lo habis sarapan beling ya?"

"Enggak kok. Gue tadi sarapan sambil inget-inget masa kecil kita. Lo nggak pengin nostalgia gitu?" tanyaku sambil menaikkan alis.

Dia memandangku dengan jijik. Lalu, berjalan lagi.

"Nam, bikinin sarapan lagi dong!"

Dia tidak menjawab.

"Nami sayang!" panggilku seraya menahan geli sendiri.

Tiba-tiba, banyak yang menengok ke arahku. Apaan-apaan ini? Aku mempermalukan diriku.

(◍_◍)

"Gimana caranya, gimana caranya," gumamku di kantin. "Nami suka cowok yang gimana sih? Romantis? Humoris? Apa ya?"

"Lo kenapa lagi?" tanya Petro.

"Lihat Za, itu Nami!" kata Naga menunjuk ke Nami. "Nami, sini gabung, gue traktir!"

"Nggak makasih," jawab Nami yang sempat melirikku. Apa karena tadi pagi aku jadi aneh banget di depannya, ya?

"Ih, Nami kenapa ya? Kan jarang-jarang ditraktir cogan macam gue," kata Naga yang cemberut.

"Nami nggak suka cogan kali," kata Petro.

"Sukanya apa?"

"Sukanya Erza," jawab Petro sambil melirik ke arahku.

"Apaan sih," jawabku kesal.

Petro dan Naga adalah NaMilly Shippers garis keras.

"Cocok-cocok, gue dukung," Naga kegirangan. "Eh tunggu, berarti Erza bukan cogan dong?"

"Gue cosi," jawab Erza. "Cowok seksi."

"Iyain aja Ga," jawab Petro.

Dengan ekspresi terpaksa, Naga mengangguk-angguk.

"Ga, minumnya kok belum datang ya? Ambilin sana!" suruhku ke Naga.

"Oke deh," jawabnya yang kemudian bangkit dan pergi.

Sekarang tinggal aku dan Petro. "Pet, kalau gue pacarin Nami gimana?"

"Bukannya lo nggak boleh pacaran sama anak sini?"

"Tapi gue pengin pacarin dia. Diam-diam aja."

"Gue sih setuju aja, kalian kan cocok. Cuma kalau buat main-main gue nggak setuju, Nami kan teman lo dari kecil, tega banget lo mau mainin dia," ungkap Petro.

"Menurut lo, gimana caranya dapetin Nami?"

"Kok tanya gue? Bukannya lo pakarnya cewek?"

"Nami kan nggak kayak cewek," jawabku beralasan.

"Kalau lo nembak dia terus ditolak, itu bakal jadi penolakan pertama lo lho! Lo udah siap menghilangkan julukan cowok yang nggak pernah ditolak?" goda Petro.

Aku merenungkan itu. Apa aku biarkan Nami jadi pembalap liar? Sebenarnya, apa sih tujuan dia ikut geng Reon? Dari mana juga dia kenal? Walau aku mencoba menerima, tetap saja aku benci melihatnya bersama Reon.

"Keren banget lo," kata Reon saat Nami menang lawan Bang Agum.

Nami tersenyum senang.

Lalu, Reon mengusap rambut Nami seperti gemas. "Sekarang, lo jagoan kami."

Yang lain berteriak ciye-ciye ke mereka berdua. Aku yang melihatnya dari jauh sangat geram. Aku benar-benar marah dan kesal.

"Petro!"

"Hah?"

"Pokoknya, gue harus dapetin Nami!"

(◍_◍)

Aku mampir ke Bad Boy Cafe dulu sebelum menjemput Gaza--rumah temannya tidak jauh dari kafe ini. Di rooftop markas, aku melihat Bang Martin sedang menyiram bunga. Dia juga membawa teropong yang talinya dikalungkan ke leher.

Aku mengingat kata-kata Bang Henry kemarin malam.

"Martin punya cerita yang menyedihkan. Sori gue nggak bisa ceritain ke lo, karena dia pesen buat jangan ceritain ke siapa-siapa. Tapi kalau lo akrab sama dia, pasti dia bisa ceritain itu."

"Bunganya bagus, Bang," pujiku.

Dia menoleh padaku, dan mengangkat sebelah bibirnya. Lalu, dia melanjutkan menyiram lagi. Aku bingung bagaimana memulai untuk akrab dengannya. Jadi, aku memilih menuju pinggir rooftop dan memandang langit sore.

Dari sini, aku bisa melihat parkiran pelanggan yang agak jauh. Walau samar, aku bisa melihat Bang Lamar ada di sana.

"Nggak ada tugas sekolah?" tanya Bang Martin yang mendekat ke arahku, lalu dia memakai teropongnya.

"Gue ngerjain tugas di sekolah Bang. Jadi, di luar sekolah nggak ada beban," jawabku.

Dia tidak bicara lagi, fokus pada aktivitasnya meneropong.

"Benji emang orangnya aneh gitu, ya Bang?" Daripada tidak ada topik, lebih baik bergibah.

"Nggak jelas emang anaknya, sok liberal," jawab Bang Martin.

"Maafin gue ya. Gue nggak ada maksud rebut posisi lo jadi most pick, atau rebut kasih sayang Bang Ronald dari lo," kataku.

Dia berhenti meneropong. "Apa gue kelihatan cemburu karena itu?" tanyanya dengan tatapan yang dingin padaku.

"Gue nebak aja," jawabku.

Dia mengalihkan pandangannya dariku. "Gue nggak cemburu sama lo, gue cuma belum bisa nerima orang baru aja," jawabnya.

Aku mengangguk mencoba paham.

Dia kemudian melepaskan tali teropongnya dari belakang leher. Lalu, memberikan teropong itu padaku. "Kalau udah, taruh di atas nakas dekat ranjang gue," ujarnya yang kemudian pergi.

Aku memperhatikan teropong hitam ini. Lalu, kucoba memakainya. Wah, banyak yang bisa kulihat. Taman yang cukup jauh dari sini bisa terlihat, lalu gedung-gedung tinggi. Kuatur ke jarak yang lebih dekat. Aku tertawa kecil karena melihat wajah Bang Lamar di parkiran.

Tiba-tiba, tawaku menghilang karena melihat seseorang yang keluar dari sebuah mobil hitam. Itu Lynda. Dia tidak sendiri, ada seorang cowok bersamanya. Bang Lamar tampak kecewa menyaksikan itu, apalagi Lynda dan cowok itu tampak saling tersenyum.

Bukan hanya Bang Lamar, tetapi aku juga cemburu. Tidak akan berpengaruh jika cowok itu biasa-biasa saja. Namun tidak. Dia ganteng dan ... seksi. Tidak! Dia tidak lebih ganteng dari Bang Lamar dan dia tidak lebih seksi dariku. Kami harus mengalahkannya! Jika aku tidak mendapatkan Lynda, lebih baik dia bersama Bang Lamar, bukan yang lain.

Tapi ... bagaimana kalau dia sudah mendapatkan Lynda?

Astaga, apa aku sudah kalah? Ralat, apakah kami--aku dan Bang Lamar--sudah tumbang sebelum bertempur?

(◍_◍)

Tekan tombol kalau kamu suka part ini!

Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?

2. Mana bagian yang paling kalian suka?

3. Menurut kalian, gimana masa lalu Erza?

4. Sebenarnya, gimana sih perasaan Erza ke Nami sejauh yang kalian baca?

5. Pendapat kalian tentang kisah Bang Henry?

6. Pendapat kalian tentang Hades? Apakah dia sudah terbuka dengan Erza?

7. Apakah kemunculan cowok misterius itu akan membuat Erza berhenti ingin mendapatkan Lynda atau justru sebaliknya?

Apa Erza dan Lamar harus bersaing secara sportif?

8. Cowok itu dari ceritaku yang judulnya Peka Banget! ada yang udah baca?

9. DI BAB 20, ADALAH BAB YANG MELLOW, WAKTUNYA UNTUK PAMBUDI BROTHERS, SUDAH SIAP?!

Yang pengin baca bab 20 komen: Erza, cepet akur sama Gaza!

(◍_◍)

Gais, ada yang punya aplikasi NovelToon/MangaToon nggak?

Kalau ada, aku baru aja nulis di sana lho! Usernamenya: Andhyrama, di-follow ya!

Nih ceritaku yang di sana:

Deskripsi:

Agen Pelakor Bayaran

Kalian istri yang ingin bercerai, tetapi kesulitan mencari alasan untuk menggugat? Kami menyediakan jasa pelakor bayaran agar para istri dengan mudah bisa lepas dari suami kalian dengan status sebagai korban perselingkuhan!

Menarik bukan?
Segera hubungi kami!


(◍_◍)

Jangan lupa untuk follow:

Wattpad:

andhyrama

gamaverse

Instagram:

@andhyrama

@andhyrama.shop

The Mascot of #Gamaverse: @jendraltherapper

Roleplayers:

@erza_milly || @petrovincenthardian || @gaza_kangkopi || @nami.robi || @lynda_fiara || @nolan.sparrow || @ferlan_erlangga || @martin_hades || @ronald_midas || @math_lemniscate || || @anggun_mariana || @lamar_kangparkir || @karlaolivianasution

@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || @agumtenggara

Fan page:

@team_nagabima

(◍_◍)

GRUP CHAT!

Oh, ya kalau mau masuk grup chat #TeamNagaBima, langsung DM @team_nagabima aja, ya! Bilang mau join!

di Instagram!

(◍_◍)

Benji, katanya mau mulai tanggal 1 Juni dan akan update setiap Senin. Silakan diteror aja ya si thisgirlhasswag kalau bohong.


Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 168K 89
Sebuah kumpulan pesan singkat tidak terkirim dari seorang cewek yang menyayangi seorang cowok diam-diam. [ cover by nau2014 ] #1 Cerita Pendek. ...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.7M 89.1K 54
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
11.9M 739K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
89.3K 10.9K 40
Carl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yan...