[√] Can't You See Me? [END]

By Binbin_Fy

3K 706 346

Kisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering m... More

P r o l o g u e
Begin
All of You Kidding Right?
It's So Hard To Make You Believe - Skors
Incident - Skors day 1
Down
Flasback
Investigation
Father's Friend - Ask for Help
Hate
The Past
Who?
Respectively
Why?
Odi
Him and The Truth
Hurting
Father
Him
Brother
Really?
Funeral Day
Last Letter
For Him
Mother?
Regret
Our Star
Epilog

What Do You Mean?

150 34 51
By Binbin_Fy

Soobin melangkahkan kaki jenjangnya berjalan menaiki bus yang menuju sekolahnya.

Terhitung tiga hari setelah dirinya pergi untuk mengikuti olimpiade, dan kini sudah pulang dan sudah kembali masuk ke sekolah.

Ah iya, tentang ponsel itu, dia sudah menemukan kembali ponsel tersebut, setelah mengingat ingat kejadian di mana dirinya sehabis berteleponan dengan paman pemilik Bar, dan tidak sengaja menaruh di sembarang tempat pada dashboard mobil Yeonjun.

Soobin mendudukkan diri pada kursi kosong dekat jendela, menyandarkan kepalanya pada kaca jendela sembari menikmati jalanan kota yang padat akan lalu lalang kendaraan.

Entah ini perasaannya atau apa, dia merasa bahwa sedari tadi sejak masuk ke dalam bus, dia merasa bahwa beberapa orang di dalam bus yang memakai seragam yang sama dengannya terdengar tengah membicarakan dirinya, mereka juga kerap melemparkan tatapan sinis.

Soobin tidak ambil pusing dengan itu semua, dia lebih memilih memakai headphone miliknya, mendengarkan musik lebih baik dari mendengarkan bisikan-bisikan tak kasat mata yang selalu membuat telinga panas.

Tak berapa lama bus yang di tumpanginya sampai di halte dekat sekolahnya, segeralah dia turun dan berjalan memasuki sekolah.

"Pagi Pak Jin!" sapanya pada Pak Seokjin, selaku satpam yang mengaku dirinya paling tampan dari siapapun.

"Pagi juga dek Soobin. Dek Soobin gimana olimpiadenya? Lancarkan?"

Yang di tanya menganggukkan kepalanya, tersenyum tipis. "Lancar, Pak," jawabnya.

"Wah, bener-bener ya. Dek Soobin udah pinter, berbakat, ganteng pula, tapi, sayang masih gantengan saya kemana-mana. Bukan sombong ini ya, cuman kenyataanya begitu. Saya harus apa? Kegantengan ini sudah mendarah daging di diri saya, Dek."

Seokjin terus berceloteh ria, yang tadinya memuji Soobin kini malah teralihkan dengan memuji dirinya sendiri yang terlahir dengan wajah yang tampan, bahkan terlampau tampan dari siapapun.

Soobin membalas kalimat pujian dari Seokjin dengan senyum simpulnya, atau bahkan kalimat pujian itu bukan untuk dirinya, melainkan kepada Satpam itu untuk dirinya sendiri.

"Ya sudah Pak saya masuk dulu," pamit Soobin membungkukkan badannya sopan dan berjalan pergi memasuki sekolah.

"Ya, Dek selamat belajar," ujar Seokjin. Tidak lama Satpam tersebut mengeluarkan sebuah kaca kecil dari saku celananya, dia memperhatikan pahataan wajahnnya, tersenyum bangga sekaligus melontarkan pujian pada dirinya sendiri.

"Ah, mengapa wajahku begitu tampan?"

+×+

Soobin menginjakkan kakinya pada lingkungan sekolah, berjalan menuju kelas dengan mata yang bergerak gelisah, menatap para murid-murid yang sedari tadi terus memperhatikan dirinya, bisikan-bisikan yang samar-samar dapat dia dengar tengah membicarakan dan menyebut namanya.

Pemuda itu lantas mempercepat langkahnya, hingga akhirnya dia sampai pada ruangan kelas dan segera berjalan masuk ke dalam. Di dalam tatapan yang sama masih tertuju padanya, seperti saat di dalam Bus dan jalan menuju kelas.

Dia bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang telah terjadi hingga semua orang memperlakukannya seperti itu? Setaunya dirinya tidak pernah melakuan kesalahan apapun, yang pastinya membuat semuanya tidak menyukainya. Atau mungkin bisa saja ini prank? Tetapi ulang tahunnya masih sangat lama, mana mungkin ini sebuah prank.

Dia berjalan menuju meja belajarnya, mendudukkan diri pada bangku dan menaruh tasnya pada kolong meja.

Dia menoleh pada Beomgyu, sahabatnya yang duduk di seberang.

"Bam!" panggilnya namun tidak di gubris oleh pemuda beruang itu.

"Bam!" Panggilnya sekali lagi namun, masih sama, pemuda itu tidak meenyautinya sedikitpun.

"Lee Beomgyu lo denger gue-"

Ucapan Soobin tiba-tiba saja terhenti tatkala sahabatnya itu membanting buku yang dia baca dengan keras.

Sang lawan bicara tersenyum sinis, menatap Soobin dengan tatapan meremehkan. "Apaan lu? Masih berani ternyata nampakin muka. Dasar enggak tahu malu!"

"Apa maksud lo? Enggak tahu malu? Enggak tahu malu apanya? Gue enggak ngerti apa maksud lo."

Pertanyaan beruntun di lontarkan Soobin pada Beomgyu. Sungguh dia tidak mengerti sama sekali ucapan sahabatnya itu.

"Ck, jangan pura-pura enggak tahu, kita semua udah tahu kalau sebenarnya lo pelakunya!" ketus Beomgyu menatap tajam pada sang lawan bicara.

Soobin menyernyit heran. Pelaku? Pelaku apanya?

"Pelaku apa? Beneran deh gue gak ngerti ama ucapan lo, Bam."

Beomgyu mendengus, dia memutar bola matanya malas, memilih untuk mengabaikan Soobin yang kebingungan akan ucapannya, dan fokus pada guru yang baru saja datang dan memulai pelajaran.

+×+

Pelajaran telah usai, bel istirahat pun juga telah berbunyi, semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas, pergi menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan akibat terlalu lama belajar.

Beda halnya dengan Soobin, pemuda itu masih terdiam di kelasnya sembari memikirkan apa maksud dari perkataan Beomgyu padanya tadi. Pelaku? Maksudnya apa?

Soobin menghela nafasnya, ia bangkit dan berjalan menuju suatu tempat, tepatnya pada kelas 10 IPA 3, yang di sana terdapat sang kekasih yang sejak tiga hari ini dia tidak pernah berjumpa dengannya lagi, ataupun sekedar bertukar kabar melalui pesan, karna dirinya yang tiba-tiba saja tidak dapat lagi mengirim pesan pada nomor sang kekasih selepas dia kembali menemukan ponselnya. Lebih tepatnya sepertinya dia di block.

Soobin akhirnya sampai pada ruangan kelas Yeonji, dia menyebarkan pandangan pada seisi kelas namun, tidak juga menemukan sosok yang di cari.

Soobin memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam kelas dan bertanya kepada salah satu teman sekelas untuk bertanya di mana Yeonji berada.

"Mina, Yeonji mana?" tanyanya pada teman sebangku Yeonji, yang mana langsung membuatnya menjadi pusat perhatian murid-murid yang berada di dalam kelas.

Soobin mengerjapkan-erjapkan matanya, bingung dengan reaksi semua orang yang begitu terkejut kepadanya.

Pemuda itu menghembuskan nafasnya, dia kembali menatap gadis depannya itu. "Yeonji-"

Bugh

Belum sempat melanjutkan kalimat selanjutnya, Soobin langsung tersungkur akibat sebuah pukulan yang cukup keras menghantam wajahnya, membuat sudut bibirnya mengeluarkan cairan kental berbau anyir.

Dia mendongak menatap siapa yang baru saja memukulnya. "Bang Yeonjun?" gumamnya, membulatkan mata terkejut ketika melihat siapa pelaku yang memukul wajahnya.

Soobin beranjak bangkit namun, kerahnya sudah terlebih dahulu di tarik oleh Yeonjun, yang lalu membantingnya pada dinding dengan kencang.

Lagi, Soobin meringis, merasakan sakit pada punggungnya yang menghatam dinding.

Soobin mendongak, menatap Yeonjun yang entah karna apa tiba-tiba berbuat seperti ini padanya.

"Bang, lo kenapa?" tanyanya, seraya berusaha bangkit menatap Yeonjun dengan tatapan tidak percaya akan tindakan yang pemuda itu berikan.

Si pelaku memalingkan wajahnya, tertawa miris. "Lo bilang kenapa?" Lalu menatap sang lawan bicara lagi dengan tatapan tajam.

"Setelah apa yang lo lakuin lo bilang kenapa, hah?!" teriaknya.

Yeonjun Menarik kembali kerah seragam Soobin, hendak ingin meninju wajah si empunya kembali, namun, tertahan oleh seseorang yang tiba-tiba saja datang dan menahan lengannya.

"Bang, tenang! Jaga emosi lo!"

Itu Taehyun, di belakangnya terdapat dua orang lain yang tidak lain adalah Beomgyu dan Hueningkai yang mencoba menenangkan Yeonjun.

Yeonjun melepaskan cengkraman Taehyun pada tangannya paksa, menatap si empunya sinis.

"Enggak usah ikut campur lo, ini urusan gue ama bed*bah si*lan ini!" tunjuknya pada Soobin.

Yang di tunjuk semakin di buat bingung. Sebenarnya apa yang tengah kini terjadi? Mengapa semua orang nampak membencinya dan terlihat mempunyai dendam tersulut padanya?

"Gue tau lo emosi tapi, enggak gini juga caranya. Jangan buat amarah lo ngendaliin pikiran lo, Bang!" nasihat Taehyun lagi. Pemuda itu juga sebenarnya marah namun dia menahannya, mencoba untuk menahan diri dan menjadi jalan penengah.

Soobin berusaha bangkit dan bertanya, "Sebenernya apa yang terjadi? Beneran gue enggak tahu apa yang kalian bicarain." Berharap bahwa setidaknya ada yang menjawab pertanyaannya dan memberi jalan penengah namun, yang terjadi malah dirinya yang kembali mendapatkan tatapan tajam nan sinis dari semua orang.

Taehyun menatap Soobin dari bawah hingga atas dingin lalu mengalihkan pandangannya kembali pada Yeonjun. "Udah Bang, lebih baik kita pergi dari sini. Tenangin pikiran li," usulnya seraya menarik Yeonjun pergi dari kerumunan, di ikuti Beomgyu dan Hueningkai dari belakang.

Soobin terdiam, tak lama dia menyusul para sahabatnya itu, menahan tangan Yeonjun namun, langsung di tepis oleh sang empunya.

"Bang, sebenarnya apa yang udah terjadi?" tanyanya lirih, menatap penuh harap, berharap bahwa siapa saja bisa memberitahu apa yang tengah terjadi.

Terlihat Yeonjun ingin kembali menghajar Soobin tapi, segera di tahan oleh Hueningkai dan Beomgyu.

Taehyun mengisyaratkan pada kedua sahabatnya agar membawa Yeonjun menjauh melalui tatapan mata, mereka langsung menurutinya dan berlalu pergi dari sana.

Taehyun memberikan tatapan tajam dan menusuk pada pemuda yang lebih tua satu tahun darinya ini. Sedangkan Soobin, dia masih saja menatap penuh harap padanya.

"Hilangin tatapan menjijikan itu, enggak ada yang pantas untuk seorang pembunuh kayak lo!"

"Pembunuh?"

"Ya! Lo kan yang udah bunuh Yeonji? Semuanya udah tau, dan lo gak bisa ngelak lagi sekarang!"


To Be Continued ....

Continue Reading

You'll Also Like

158K 17.5K 42
Dulu kita adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum kebahagiaan kita direnggut paksa oleh sang pencipta, semua berubah setelah kepergian orang tua k...
48.8K 9.6K 21
Lima orang anak yang memiliki masalahnya masing-masing dalam keluarga di rumah, dapatkah mereka bertahan dari segala tekanan di rumah? Memendam semua...
7.4K 701 30
Apa yang kamu rasakan ketika dirimu dituduh tanpa adanya bukti yang kuat? Bahkan kamu sama sekali tidak tahu perihal masalah yang dituduhkan kepadamu...
4.9K 234 14
Ini semua tentang siapa yang tersalahkan dan siapa yang bersalah. Dunia tidak sepenuhnya bergantung kepada uang. Terkadang, pola pikir manusialah yan...