A Calm Water

By harubear01214

20.6K 3.4K 853

Ketika danau yang tenang terusik dengan satu lemparan batu. (Hospital Playlist Remake but with my plot) Harub... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21

Chapter 9

796 165 60
By harubear01214

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

"Renovasi?" tanya Taeil sebelum menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Doyoung mengangguk, "Aku hanya memperbaiki kamar mandi dan mengganti catnya saja. Kamar mandi tua itu mengenaskan sekali."

"Aku pikir kau tidak akan melakukannya," kata Jaehyun setelah mengunyah makanannya.

Doyoung tersenyum, "Itu semua berkatmu Tuan Jung. Aku bisa menabung untuk melakukan renovasi."

Jaehyun mengernyit sebentar sebelum mengangguk kemudian. Ia melanjutkan makannya atau jatahnya akan dihabiskan oleh Doyoung yang nafsu makannya sama besar dengan dirinya.

"Lalu kalian tinggal di mana?" tanya Taeyong setelah menegak colanya.

"Mereka menumpang di tempatku," kata Johnny melipat tangannya memandangi dua orang yang makan terlalu lahap.

Taeil mengerjap, "Kau hanya punya dua kamar, mereka tidur bersama?"

Jaehyun dan Doyoung hampir tersedak makanan. "Aniya!"

Taeyong mengernyit, "Bukankah kalian sudah sering melakukannya? Kenapa berlebihan sekali reaksi kalian?"

Johnny terkekeh, "Itu karena mereka bisa mendengarkan detak jantung satu sama lain kalau tidur bersama."

"Bukankah pasangan suami-istri selalu begitu?" tanya Taeil.

Jaehyun dan Doyoung merengut tidak suka dengan godaan teman-temannya.

"Tidak, sebenarnya karena kamarku yang satu lagi hanya ada kasur single jika mereka tidur berdua itu terlalu sempit. Jaehyun punya tubuh yang lumayan jadi ia akan tidur di sofabed di kamarku," kata Johnny.

Taeil mengangguk, bukankah senyum Johnny terlalu berlebihan hanya karena Jaehyun dan Doyoung menginap di tempatnya. Rasanya pemuda tinggi itu terlewat bahagia. Kebanyakan orang mungkin akan kesal ditumpangi dua manusia dengan nafsu makan berlebih seperti Jaehyun dan Doyoung? Namun pemuda itu terlihat senang sekali dengan hal itu.

"Sebenarnya aku mau menginap di rumah sakit saja daripada di tempat Johnny," kata Jaehyun.

"Biar aku tebak Doyoung melarangmu?" tanya Taeyong.

Jaehyun mengangguk, "Juga pria tinggi di ujung meja."

Semua menoleh ke arah Johnny, pemuda itu mengerjap. "Apa? Aku melakukan hal yang benar kan?"

Taeyong dan Taeil hanya mengangguk dan melanjutkan makan mereka. Doyoung yang sudah selesai meletakkan sumpitnya. "Kami berdua khawatir padanya karena kalau dia di rumah sakit bisa-bisa dia tidur di kamar pasiennya."

Taeil tertawa, "Jung, kau bukan ayah dari pasien-pasienmu."

"Aniya, aku akan tidur di ruangan. Untuk apa aku tidur di ruang pasien Ya Tuhan. Aku ingat masih ada kasur dan sofa di ruanganku dan Doyoung," gerutu Taeil.

Pemuda itu mengangguk saja, ia cukup tahu alasan dibalik Doyoung dan Johnny yang memaksa Jaehyun untuk tidak menginap di rumah sakit. Jaehyun bisa saja jatuh sakit karena pemuda itu terkadang makan dengan tidak teratur dan bisa memiliki jam tidur yang berantakan. Doyoung selalu memperhatikan Jaehyun, itu sudah pasti karena pemuda itu selalu melakukannya sejak mereka saling mengenal. Tapi Johnny? Taeil tidak bisa menebak alasan pemuda itu.

"Kalian tidak ingin meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumahku?" tanya Taeyong.

Empat lainnya mengerjap. "Benar juga kita belum mencobanya," kata Johnny.

"Jum'at malam minggu depan bagaimana?" tawar Jaehyun.

"Aku lega aku tidak punya jadwal operasi," kata Doyoung mengecek ponselnya.

"Aku ikut, hari itu aku hanya rawat jalan," kata Johnny.

Semua menoleh ke arah Taeil. "Baiklah kita mencobanya," kata Taeil karena hari itu dia memang cukup luang.

.

.

.

Mark baru saja kembali ke ruang kerja bedah umum setelah menengok pasien bersama Jaehyun. Ia mendapati Jeno sedang membaca jurnal di komputer yang menyala. Bukankah ini jam makan siang?  Apakah pemuda itu tidak makan siang bersama teman-temannya?

"Jeno!"

Pemuda itu menoleh, Mark sempat terpaku. "Kau tidak makan siang?" tanya Mark kemudian.

Jeno melihat jam tangannya, "Ya Tuhan aku tidak sadar karena Professor Seo menyuruhku membaca jurnal."

"Kau mau makan siang bersama teman-temanku?" tawar Mark.

Jeno mengangguk, "Baiklah."

Akhirnya dua pemuda itu berjalan menuju kantin rumah sakit yang sedikit sepi, sebenarnya jam makan siang sudah sedikit lewat. Namun karena banyaknya pekerjaan mereka sering terlambat makan. Yang tidak disangka saat mereka menuju meja di ujung penuh dengan residen dari kumpulan Mark,  namun Mark melihat ada dua manusia baru di sana.

"Dokter Qian datang?" tanya Mark meletakkan nampannya di samping Hendery. Ia melirik Jeno sebentar yang duduk di sampingnya.

Donghyuck menggeleng, "Aku tidak tahu, tadi ada keadaan darurat di IGD."

Mark hanya mengangguk lalu mulai makan setelah berdo'a. "Xiaojun mana?" tanya Mark pada Hendery.

"Dia yang jadi asisten operasi Professor Moon tadi," kata Hendery.

"Jaemin, Renjun aku tidak menyangka kalian juga cepat menemukan teman baru," kata Jeno.

Mark mengerjap, ia mulai memperhatikan kata-kata Jeno. Jadi dua manusia baru ini juga adalah residen baru dan kebetulan teman Jeno yang dibicarakan mereka tempo hari.

"Ah benar, kita belum saling mengenal," kata Donghyuck. Akhirnya mereka saling berkenalan untuk membunuh rasa canggung di meja itu.

"Kalian benar-benar tidak sibuk ya," kata Kun yang ikut duduk di meja kumpulan residen itu. Namun perhatiannya tertuju kepada pemuda di samping Mark yang memperhatikannya. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan adik Jaehyun di kumpulan ini. Mungkin ia tidak sanggup bercerita tentang lima sekawan itu jika ada adik Jaehyun di sini. "Aku pindah saja!"

"Tunggu Dokter, kau tidak boleh melakukannya," cegah Donghyuck.

"Lain kali saja," kata Kun yang akhirnya benar-benar pindah meja.

"Tumben dia seperti itu?" tanya Donghyuck.

Hendery terkekeh, "Mau bergabung bagaimana, bisa-bisa ia kena masalah."

Hendery melirik ke arah Jeno diikuti dengan Donghyuck, Mark hanya menghela nafas tidak memberikan respon berarti lalu melanjutkan makannya. Sedangkan tiga orang baru di meja itu hanya menatap bingung.

"Kenapa? Memang ada apa?" tanya Jeno yang menyadari situasi.

Mark menghela nafas ia kemudian menatap Jeno. "Jeno-ya, aku minta maaf sebelumnya. Namun tolong jangan katakan ini kepada Hyungmu karena sebenarnya kami ini kumpulan residen khusus."

"Khusus?" Renjun yang bersuara.

Donghyuck mengangguk, "Sebenarnya Dokter Qian adalah sumber informasi kami tentang para Dokter Spesialis di sini."

Jaemin mengernyit karena mulai memahami maksudnya meski belum seratus persen yakin. "Kalian membicarakan Hyungnya Jeno dan teman-temannya dan mungkin Dokter Spesialis lain?"

Hendery mengangguk, "Tepat sekali."

Jeno mengerjap setelah semua tertuju kepada dirinya. "Tunggu, ini kumpulan gosip?"

Semua mengangguk.

"Kenapa tidak bilang dari tadi? Kalau tahu begini aku juga akan mengorek informasi dari Dokter Qian soal Hyung dan Doyoung Hyung," kata Jeno.

Mark mengunyah makanannya setengah tidak minat setelah mendengar reaksi Jeno. Ia pikir pemuda itu akan protes atau yang lainnya, ternyata pemuda itu malah akan mengikuti kumpulan ini lebih sering. Hendery dan Donghyuck sepertinya yang paling bersyukur soal itu. Dua teman Jeno juga sepertinya baik-baik saja dengan respon Jeno.

Jaehyun dan Jeno memang kakak-beradik yang aneh.

.

.

.

Doyoung pergi ke ruangan Taeil karena pemuda itu bilang ia baru selesai operasi sedangkan Doyoung juga baru selesai melakukan operasi. Keduanya berniat untuk makan siang yang terlambat ini bersama dengan memesan makanan. Taeil bilang makanannya sudah tiba dan ia segera menuju ke sana setelah merebahkan badannya sebentar.

"Kau sehat Professor Moon?" tanya Doyoung melihat Taeil yang memijat area sekitar lehernya.

"Aku lelah sekali Ya Tuhan," kata Taeil.

"Kau harus banyak istirahat agar dislokasi lehermu tidak semakin parah Moon," kata Doyoung sembari membuka satu persatu kotak makan yang tersedia di meja.

"Kau jangan sakit kepala dan demam Professor Kim. Kau tidak bisa melakukan operasi kalau demam," kata Taeil kepada Doyoung.

"Hanya kita berdua?" tanya Doyoung.

Taeil mengangguk, "Johnny ada dua kali operasi berturut-turut, Taeyong ada persalinan mendadak kemudian operasi."

"Jaehyun ada operasi juga berturut-turut, aku kasihan padanya."

Taeil tersenyum melihat kekhawatiran Doyoung kepada Jaehyun meski tidak ditunjukkan lewat kata-kata. "Mau bagaimana lagi, Dokter Spesialis Anak juga tidak banyak jumlahnya di Korea. Selain itu dia satu-satunya Dokter bedah anak di rumah sakit ini karena rekan kerjanya pindah ke rumah sakit cabang."

Doyoung mengangguk, "Pasti berat sekali untuknya. Dia selalu stress dengan pekerjaannya dan jarang memiliki waktu luang. Aku jarang menghiburnya padahal tinggal serumah dengannya."

"Kau ada di sampingnya sudah cukup baginya," kata Taeil.

"Aku harap begitu," kata Doyoung setengah tersenyum. Taeil tahu itu senyum yang mengandung sedikit rasa bersalah.

"Ah iya, aku lihat kau sering keluar bersama Taeyong. Apa terjadi sesuatu dengan kalian?" tanya Doyoung.

Taeil mengerjap, ia tidak tahu kalau Doyoung memperhatikan hal seperti ini juga. Pemuda itu sepertinya lebih terkesan tidak peduli namun karena mereka berteman kelewat dekat jadi pemuda itu cukup perhatian. Yang jadi malah di sini Taeil tidak tahu harus menjawab bagaimana, sepertinya Taeyong pun menunjukkannya dengan terlalu jelas.

"Apa terlihat begitu?" tanya Taeil ragu.

Doyoung mengangguk, "Taeyong sebenarnya adalah pria yang tidak mudah ditebak. Perasaannya sering campur-aduk namun bertekad kuat. Justru orang seperti itu yang benar-benar tidak muda dibaca."

"Bukankah Johnny lebih daripada Taeyong?"

Doyoung kembali mengangguk. "Johnny mungkin lebih daripada Taeyong. Aku tidak bisa tahu mana tawanya yang bahagia, mana tawanya yang mengandung kesedihan. Dia berempati dan baik hati." Doyoung menghela nafas, "Namun hampir tidak pernah ia menujukkan sisi lemahnya kepada kita."

Taeil tahu Johnny memang persis seperti yang didiskripsikan oleh Doyoung. "Taeyong mungkin lebih banyak memiliki kejutan tapi Johnny lebih berbahaya."

"Jika suatu hari nanti dia memutuskan sesuatu yang mengejutkan, aku tidak akan heran meski aku akan tetap terkejut dengannya. Dia baik sekali namun aku tidak tahu batas kesabarannya, dia selalu melakukan sesuatu dengan kemauannya sendiri," kata Doyoung.

Taeil tersenyum, "Tapi karena itu dia jadi salah satu Professor terbaik di bedah umum."

"Aku tidak tahu apa yang Taeyong pikirkan, jika itu menjadi rahasia kalian berdua aku tidak akan masalah. Aku harap hal itu tidak membebanimu Moon," kata Doyoung.

Taeil tidak tahu dia terbebani atau tidak. Ia tidak pernah benar-benar memikirkannya.

.

.

.

Taeyong melihat Johnny menunggu di depan ruangannya. Ia tidak tahu tujuan apa yang membawa pemuda itu ke tempat ini. Rasanya aneh sekali ketika Johnny mau mampir ke ruangannya.

"Teman satu ruanganmu orang Jepang?" tanya Johnny.

"Aku tidak tahu, aku tidak pernah bertemu dengannya. Dia sedang belajar di luar negeri," kata Taeyong membiarkan Johnny masuk ke ruangannya. "Tumben sekali ke sini," tanya Taeyong.

"Aku baru selesai operasi," kata Johnny.

"Sama," balas Taeyong.

"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Johnny.

"Soal apa?" tanya Taeyong yang sedang membuat kopi. Kebetulan ia juga menyimpan mesin penyeduh kopi di ruangan itu.

"Dua bulan lalu, di tempat parkir. Kau membicarakan hal serius dengan Taeil kan? Soal apa?" tanya Johnny.

Taeyong mengerjap karena terkejut mendengar hal itu dari Johnny. Pemuda ini benar-benar tidak bisa diprediksi, ia tidak sadar kalau saat itu ada yang memperhatikannya. Lebih buruk lagi itu adalah Johnny.

"Sampai sejauh mana kau melihatnya? " tanya Taeyong kemudian.

"Kau mengusak surainya, itu bukan Lee Taeyong sekali. Aku benar kan?"

Taeyong tidak menyangka sampai sejauh itu. "Kenapa kau bertanya?" tanya Taeyong kemudian.

"Hanya penasaran, apalagi Jaehyun terlihat mengkhawatirkannya. Memang ada sesuatu yang terjadi namun kalian berdua cukup baik menutupinya. Namun kami bertiga bertindak tidak tahu soal itu."

Taeyong menatap Johnny sengit. "Kau hanya penasaran?"

Johnny terkekeh, "Memang ada apa lagi?"

"Kau suka padanya misal," balas Taeyong.

"Kau berusaha menggali rahasiaku?" tanya Johnny.

Taeyong menggeleng, "Aniya, aku hanya berusaha menebak apa yang kau pikirkan karena selama ini kau yang paling dekat dengannya."

Johnny menatap langit-langit ruangan Taeyong. "Dia sempurna Lee Taeyong,  kita semua tahu itu hanya saja--"

"Hanya saja?"

"Dia bukan seseorang yang selalu berakhir bersamaku. Dia tidak tahu luka-lukaku, dia tidak tahu banyak tentangku. Meski aku pernah berpikir dia mungkin saja jatuh cinta padaku. Namun aku langsung membuang jauh-jauh pemikiran itu, dia bukan orang yang suka melanggar batas."

Taeyong mengangguk, "Kita terlalu tenang selama ini Johnny."

Yang lebih tinggi menatap ke arah Taeyong.

"Aku memutuskan untuk melempar batu ke danau tenang itu. "

.

.

.

Taeil membuka ruangan Doyoung dan Jaehyun untuk meminta cemilan manis sebelum pulang. Ia membutuhkannya untuk memperbaiki suasana hatinya yang sedikit memburuk. Namun matanya melebar melihat Jaehyun seperti berusaha mempertahankan kesadarannya.

"Ya! Jung! Kau baik-baik saja?" tanya Taeil yang berusaha meraih wajah Jaehyun namun pemuda itu menepisnya.

"Astaga Jung!" Taeil meraih tubuh Jaehyun yang hampir oleng lalu membaringkannya di tempat tidur. Ia langsung memeriksanya dan menelepon teman-temannya untuk segera datang jika mereka selesai dengan operasi.

Ia bahkan tidak bisa meninggalkan Jaehyun karena pemuda itu mencengkram pergelangan tangannya kuat.

.

.

.

Tbc

Hmmm, chapter macam apa ini?

Continue Reading

You'll Also Like

101K 9.8K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
57.4K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya
93.8K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
319K 24.2K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...