Tomodachi to ishho ni

By TripelSFitoria

16.9K 2K 885

Kecelakaan mobil menewaskan kedua orang tua Akabane Karma. Membuatnya mengalami serangkaian mimpi buruk yang... More

Chapter 1: Hei rival, we meet again!
Chapter 2: Mencoba melangkah kedepan
Chapter 4: Sendirian tak pernah sesakit ini
Chapter 5: Terlalu kekanak-kanakan
Chapter 6: Celah yang tak terlihat
Chapter 7: Sometimes there are plans that don't go well
[Tags!] Yuuhuu!
Chapter 8: Apa lebih baik pergi?
Chapter 9: Sayonara to Aishiteimasu
Chapter 10: Seseorang yang seharusnya tidak ada
Chapter 11: Keluarga dan teman
Epilogue: Gifts from everyone

Chapter 3: Shiota Nagisa

1.4K 194 51
By TripelSFitoria

Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu punya Yusei Matsui-sensei, sedangkan cerita ini punya saya :v

Happy Reading~

***

Ponsel pemuda itu bergetar, memberi tanda bahwa ada seseorang diujung sana yang ingin menghubunginya. Dengan sedikit ragu—karena tidak tertera identitas dari sang penelpon—pemuda dengan Surai biru langit itu menjawab, "Halo? Ini siapa?"

Beberapa saat terjeda, kemudian helaan nafas dari ujung telepon memberi aba-aba untuk memulai percakapan. "Shiota Nagisa. Ini... Asano Gakushuu, kalau kau masih ingat."

Bahu Nagisa tersentak, tidak menyangka akan berhadapan lagi dengan orang macam Asano. Lagipula untuk apa dia menghubungi malam-malam tanpa hal yang berarti? Dan ngomong-ngomong ini sudah waktunya makan malam, jika tidak cepat diselesaikan, entah mana yang berakhir duluan, kuota Nagisa atau makan malamnya yang dilumat habis oleh sang ayah?

"O-oh, Asano-kun. Ada keperluan apa menghubungiku? A-ada yang bisa kubantu?" Ucapnya dengan penuh kekhawatiran, bukan karena apa, tapi dia takut jika salah kata akan berakhir disembur oleh tuan muda Asano yang terhormat.

"Tidak. Maksudku ya! Ugh... Ini...bukan untukku..."

Nagisa menunggu, tidak ingin mendorong Gakushuu terlalu jauh jika ingin selamat. Apanya? Padahal seharusnya pemuda itu tau mereka sama-sama anak muda, kenapa harus takut pada sesama?

"Nagisa! Cepat turun kebawah, makan malam sudah siap!!" Intensitas lain seakan mendorong Nagisa ke tepi jurang, alarm dalam otaknya berbunyi nyaring dan memutar otak adalah hal yang paling dibutuhkan saat ini. Jika tidak, entah siapa yang akan meledak duluan.

"Eh, uhm... Asano-kun, bisakah kau lebih cepat? Sekarang sudah waktunya makan malam jadi..." Suaranya terlalu kecil untuk bisa didengar oleh Gakushuu, apalagi hiruk pikuk rumah sakit membuatnya tak dapat berkonsentrasi pada seseorang ditelpon.

"Ah... Maaf, aku tidak bisa mendengarmu. Apa lebih baik lewat email saja ya? Karena aku harus pulang cepat sekarang." Jawaban itu terdengar setelah bunyi interkom dari rumah sakit, membuat Nagisa yakin dengan kesibukan sisurai orange itu.

"Oke, akan menghubungimu lagi jika ada yang tidak kumengerti."

Panggilan ditutup. Pemuda manis itu segera bergabung dengan keluarga tercintanya untuk makan malam.

Disaat sang ibu menyiapkan semangkuk nasi untuknya, ponsel Nagisa bergetar pertanda ada pesan masuk. Dengan tangan kanan mengambang di udara, tangan kiri merogoh saku celana walau mendapat sedikit omelan dari kedua orang tua.

"Maaf, ini sangat penting ibu. Jadi—" layar biru bersinar redup, memberi kenyamana pada irisnya yang sudah letih karena aktifitas sekolah.

Namun seolah-olah pengelihatannya semakin memburuk, Nagisa melebarkan matanya. Tidak yakin, dia membaca pesan itu sekali lagi.

"Karma...?!"

***

"Nee~nee~ Asano-kun, berhentilah mengunjungiku. Ini hari Minggu lho~" Ucap Karma seraya menatap Gakushuu malas, rasanya hinaan dan memohon pun tidak bisa membuatnya berhenti menjenguk iblis tidak tau diri itu.

"Jika ini bukan perintah ayahanda, mana sudi aku kemari Akabane. Lagipula tidak ada yang mau mengunjungimu selain aku." Jawab si surai orange ketus, tidak terima diusir secara halus oleh Karma. Ya, memang selain Gakushuu (yang sebenarnya juga terpaksa), murid-murid lain enggan menjenguk karena kejahilan Karma yang sudah menembus hati, jadi tidak ingin sakit lagi.

'Walau banyak dari mereka bersyukur dia tidak ada di sekolah... Tapi lebih baik tidak kukatakan...'

Karma terus mengoceh tentang keberadaan Gakushuu yang tidak membawa buah tangan, karena itu sang rivalpun memilih mencari topik lain.

"Jika aku memanggil orang lain, kau harus berhenti mengoceh, Akabane."
"Hehehe, Asano-kun tanggap juga. Nah, siapa yang bisa kujahili kali ini? Apa temanmu Sakakibara? Atau teman sekelasku?"
"...Dia akan sampai sebentar lagi."
"Oke~"

...

Tunggu.

'Sudah berapa lama aku disini?'

Karma melihat tubuhnya, menyadari luka-lukanya telah sembuh total. Tidak ada selang infus yang menancap di lengannya lagi, tapi fakta bahwa dia masih terperangkap di ruangan ini...

Nyut

Perasaan mencekam itu datang kembali, merasakan isi perutnya ingin menyeruak keluar. "Ukh... Asano-kun, hilangkan rasa sakitnya!" Teriak Karma kemudian, "Kenapa?! Kenapa aku disini!!? JAWAB AKU!!" Surai merahnya digenggam erat, menarik beberapa helai kusut tanpa memperdulikan rasa sakitnya.

Karma tidak peduli. Karena sebelumnya dia tidak berharap untuk sembuh, pasien itu hanya ingin rasa sakit di hatinya lenyap. Dan jika jawabannya adalah mati, dia akan memilihnya.

"Akabane, tenangkan dirimu!! Sial, hei–" Syukurlah kekuatan Gakushuu lebih besar daripada pasien itu, jadi setelah menjauhkan tangan-tangan dari menyakiti diri sendiri, dia mencoba menenangkan rival yang sedang mengamuk.

"TIDAK! LEPASKAN AKU ASANO-KUN!!" Karma mulai menarik-narik surai milik Gakushuu, membuatnya hanya bisa menggerang kesakitan karena tidak ada yang bisa dimintai tolong saat ini. "LEPASKAN AKU LIPAN BUSUK!!"

Pemuda itu meronta-ronta, mengeluarkan sumpah serapah dan bingung disaat yang sama, surai orange yang menahannya kerepotan untuk menenangkan rivalnya itu.

'SIAL, POKOKNYA AKU NANTI MINTA ROYALTY DARI AYAHANDA!!' Diam-diam Gakushuu dendam pada ayahnya.

(Ya ampun, serius :v)

"Karma!?"

Seakan-akan pintu yang terbuka mengirimkan cahaya terang benderang, membawakan sesosok malaikat pada Gakushuu yang sedang kesusahan, mereka semua berhenti dari kegiatan masing-masing untuk sesaat.

"Nagisa...??"  Celetuk Karma terlebih dulu, kemudian dengan perlahan melemaskan otot-ototnya yang tegang. "Uh..."

"Lihat, ini semua salahmu." Gakushuu menunjuk surainya yang berantakan, kemudian dengan hati-hati membaringkan pasien kembali ke ranjang. Selimut sudah jatuh entah kemana. "Terimakasih sudah membantuku Shiota-kun."

Nagisa tidak menjawab, hanya menatap lurus pada teman lamanya itu.

'Dia terlihat sangat kacau, pasti kecelakaan itu sangat berat baginya...'

"Untuk jaga-jaga, aku akan memanggil dokter. Kau bisa menjaganya Shiota-kun?"

"Uhm, ya. Terimakasih Asano-kun."

***

Setelah dokter pergi, ketiga pemuda itu mengalami serangan bisu lagi. Sebenarnya ini waktu istirahat Karma, tapi iblis merah itu menolak tidur lagi. Jadilah kedua temannya itu menawari untuk mengobrol sampai Karma tertidur.

"Aku benci obat tidur..." Keluh si surai merah merasakan kelopaknya mulai berat. Nagisa hanya tertawa kecil melihatnya.

"Ini untuk kesehatanmu Karma, mengalahlah."
"Kau tidak mengerti Nagisa~ Mimpi itu akan kembali, dan aku akan tertabrak untuk kesekian kalinya~ Asal kau tau itu cukup melelahkan..."

Kembali diam. Tadinya Gakushuu ingin memberi peringatan, tapi apalah daya jika sudah terjadi. Nagisa yang sedang memotong apel bentuk kelinci pun berhenti sejenak. "Maaf..."

Karma tak menjawab, karena rupanya dia sudah kalah dengan kantuknya dan tertidur dengan lelap. Gakushuu melipat kedua tangannya ke dada, menghela nafas seraya berkata, "Aku sungguh-sungguh berterimakasih padamu. Dia tidak bisa tidur nyenyak selama ini, aku sangat kesal saat dia memarahiku tanpa sebab karena stress."

Iris biru langit milik Nagisa berkelip, memandang wajah Gakushuu kagum. "Tidak, justru aku berterima kasih padamu Asano-kun. Karena saat aku tak ada, kau yang selalu menemani Karma." Kemudian Nagisa menyodorkan apel yang tidak jadi dimakan Karma untuk Gakushuu, dia menerimanya dengan sopan.

Si surai senja mulai mengamati sekitarnya. Baru menyadari jika kamar baru milik Karma (yang disponsori oleh tuan Asano, mari bertepuk tangan atas kemurah hatian beliau) berwarna pastel dengan beberapa coklat dimasing-masing sudut. Sofa dengan warna seiras berada di sisi lain kamar dan dua nakas kembar masing-masing disamping ranjang pasien, milik Karma dan lainnya milik gakushuu. Begitu pula dengan jendela menghadap taman yang tampak cantik, serta kehangatan ruangan yang memadai. Semua ini baik untuk pasien itu, dan Gakushuu juga senang melihatnya.

'Dasar, aku tidak menganggap Akabane sebagai temanku asal kau tau pak tua.'

Setelah puas memandangi sekitar, iris violet Gakushuu menutup, rasa damai setelah beberapa hari penuh kegelisahan usai sudah. Kini dia bisa sedikit tenang. "Baru kali ini..." Gakushuu berkata, sedang Nagisa mendengarkan. "Aku benar-benar melihat betapa hebatnya kekuatan persahabatan itu..."

"Apa maksudmu Asano-kun?"

Surai senja menatap pasien yang tertidur, sadar bahwa kerutan-kerutan yang menjadi tanda mimpi buruk bagi si iblis merah memudar sedikit demi sedikit, pertanda bahwa kali ini pemuda itu sedang bermimpi indah.
"Maksudku..."

"Uhhh... Kalian semua bodoh..."

Kedua orang itu mengerjap, melihat suara tadi ternyata berasal dari iblis merah yang sedang tertidur. Mereka terkikik pelan, "Fufu, sepertinya Karma mendapat mimpi indah, setidaknya dia tidur nyenyak saat ini."

'Karma, segeralah sembuh...'

Entah siapa yang berpikir demikian.

Bersambung...

***

Hola! (/'∆')/

Maaf untuk pembaruan yang terlambat, saya ada urusan dengan real life sehingga tidak melihat tanggal dengan baik :v (alasan)

Sudah, itu saja! Jika ingin kritik dan saran silahkan dikolom komentar agar saya dapat menyadari kesalahan dan dapat menjadi lebih baik lagi, saya akan sangat senang jika minna-san tachi meninggalkan jejak. Kalau bintang juga boleh ¯\_( ͡° ͜ʖ ͡°)_/¯

Makasih sudah mampir!! ♡(˃͈ દ ˂͈ ༶ )

See you!

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 133K 69
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
62K 3.2K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
206K 18.8K 32
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
2.8K 194 7
||S L O W _ U P D A T E|| "Itu hanya makhluk mitos, gua gak percaya." "Kalupun makhluk mitos itu beneran ada,gua harap gak ketemu sama tuh makhluk" ...