My Conglomerate Husband (Comp...

By Au_thorsecret

89.3K 2.6K 132

Jangan lupa follow sebelum membaca 15+ "Cobalah membenciku..." "Aku tidak bisa...." "Kau egois..." Rank #01-L... More

-001-
-002-
-003-
-004-
-005-
-006-
-007-
-008-
-009-
-010-
-011-
-012-
-013-
info
Curhat Author
-014-
MHC 15
-016-
Cast Man
-017-
-018-
MHC 19
-020-
MHC 21
MHC 22
-023-
MHC 24
-025-
-026-
-027-
say thank you
-028-
-029-
-030-
MHC 31
-032-
-033-
-034-
-035-
-036-
-038-
-039-
-040-
Exstra Part -001-
Exstra Part -002-
promosi dan pengumuman

-037-

804 34 1
By Au_thorsecret

Ting ..., tong ...

Ameera  membuka pintu, melihat siapa yang datang ke mansionnya siang-siang seperti ini.
Ameera hendak menutup pintunya lagi jika tidak ditahan oleh Erlina. Ya, Erlina memutuskan datang ke mansion mamahnya untuk meminta sesuatu.

"Mah, kumohon, aku ingin bicara padamu sekali saja. Ini penting, Mah." Ameera terdiam. "Hufft ..., baiklah. Ayo, masuk." Ameera pun mengajak Erlina untuk duduk di sofa.

"Bagaimana kabar mamah dan ayah?" tanya Erlina. "Baik," ketus Ameera. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Charles dan Casley bagaimana?" tanya Erlina membuat Ameera geram."Tidak perlu basa-basi, Erlina! Cepatlah bicara!"

"Hmm, seperti ini, Mah. Apa mamah masih menyimpan nomor ponsel seseorang yang mengancam mamah waktu itu?" tanya Erlina hati-hati. "Masih, untuk apa?"

"U---untuk aku cari tahu, Mah." Ameera tersenyum meremehkan, "seperti detektif saja." Erlina hanya bisa tersenyum tipis. Ameera mengeluarkan ponselnya, dan mencarinya. "Ini nomornya." Ameera memberikan ponselnya. Erlina langsung mencatatnya di ponselnya.

"Terima kasih, Mah," ucap Erlina. Ia beranjak dari duduknya. "Jangan membuat ketentraman keluargaku terusik lagi dengan ulahmu itu," sindir Ameera.

Erlina mengembangkan senyuman manisnya.  "Aku akan berusaha. Ah, iya ..." Ameere mengernyitkan dahinya, "apa lagi?" tanyanya ketus. " ... bolehkah aku memelukmu?" Erlina menatap Ameera dengan tatapan memohonnya.

"Kau lupa, ketika kau memelukku di hari pernikahanmu . Kau mengatakan, jika itu pelukan terakhir untukmu. Sudahlah, sana pergi. Jangan lama-lama di sini," ucap Ameera, ia mendorong Erlina sampai keluar.

"Baiklah, aku pergi, Mah. Jaga dirimu baik-baik!" Pesan Erlina ketika Ameera sudah menutup pintu mansionnya rapat-rapat.

"Kau tampak kurus, Nak. Apakah kau bahagia dengannya? ...," lirih Ameera dari balik pintu.

Sesampainya di mansion, Erlina memikirkan bagaimana caranya ia menyelesaikan teka-teki permasalahan ini. Ia memperhatikan suasana mansion. Sepi, inilah keadaan mansion sekarang. Damietta sedang pergi arisan bersama teman-temannya. Christian, ia sedang beristirahat di kamarnya, semenjak kepergian Sang papah, Christian memutuskan pensiun dari perusahaannya. Jesicca dan Alexsha sedang kuliah. Sedangkan Amarlic, ia masih berkutat dengan berkas-berkasnya di kantor.

Erlina mencoba menghubungi nomor yang tadi ia simpan. Aktif, tetapi tidak diangkat. Apa orang ini sibuk?, pikir Erlina. Ia mencoba sekali lagi dan berhasil, ia berhasil tersambung dengan pengancam itu.

"Halo, ini siapa?" tanya seseorang dari seberang sana.

" ... " Erlina hanya diam, ia menetralkan jantungnya yang berdetak lebih kencang.

"Hei, kau bisu, ya?"

" ... " Erlina mengenal suara ini.

"Mengganggu saja!"

Panggilan pun dimatikan sepihak oleh seseorang dari sana. Erlina menelan salivanya susah payah. Ia tidak menyangka jika orang yang dahulu ia sayangi sekarang menjadi orang yang menghancurkan hidupnya. "Kau jahat sekali," ucap Erlina.


🗽🗽🗽


Amarlic sudah pulang bekerja, semuanya pun sedang berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam selesai. Erlina bersiap-siap untuk pergi ke apartemen di mana orang yang menghancurkan keluarganya berada. Ia menuruni anak tangga, seketika keluarganya pun melihat Erlina yang sudah rapi.

"Erlina, kau mau ke mana? Rapi sekali?" tanya Damietta ketika melihat Erlina mengenakan kemeja putih dan rok hitam sebetis.

"Ah, aku ..., aku ingin ke apartemen klienku, Mih. Dia meminta bantuan ku untuk mendekor kamarnya. Sebab, ia ingin memberi kejutan ulang tahun kekasihnya nanti malam," jelas Erlina beralibi.

"Namun, ini sudah malam, Nak. Bahaya jika kau membawa mobil sendiri malam-malam," tutur Christian. "Bilang saja, cari perhatian," sarkas Jesicca. Membuat Damietta dan Christian  menatap tajam anaknya itu.

Amarlic  bangkit dari duduknya, "aku akan mengantarmu," putusnya. "Tidak, ah, maksudku tidak perlu. Aku bisa sendiri." Amatlic menyipitkan kedua matanya curiga.

"Terserah," ketus Amarlic. Ia melenggang pergi ke kamarnya begitu saja. Erlina pun merasa bersalah. "Amarlic hanya cemburu padamu, Erlina. Biarkan saja dia. Kau pergilah, nanti terlambat," ucap Christian. Erlina pun menganggukkan kepalanya. Lalu, pergi menggunakan mobil pribadi nya. Apakah dia ada di apartementnya?, pikir Erlina.

Sesampainya di sana, Erlina menghubungi nomor itu lagi. Dan kali ini langsung tersambung.

"Hei, kau menghubungiku lagi, kau siapa berani-beraninya menggangguku?"

"Aku di apartementmu," balas Erlina yang pada akhirnya mengeluarkan suara.

Erlina pun memperhatikan orang itu yang sedang mengangkat panggilan darinya di balkon. Seorang perempuan itu langsung melihat mobil Erlina yang terparkir di apartementnya.

Tut ...

Panggilan dimatikan oleh orang itu, ia tampak turun untuk menghampiri Erlina. Erlina turut keluar dari mobil, seketika orang itu menegang melihat Erlina yang datang.

"Mengapa?, kau terkejut saudaraku. Mengapa kau melakukan ini padaku, hah?" tanya Erlina. "Khe ..., kau pemberani sekali datang ke apartementku. Setelah itu, berteriak di hadapanku." Karina hanya tersenyum meremehkan.

"Mengapa kau mengancam keluargaku?" tanya Erlina. "Sebab, aku tidak mau melihatmu bahagia. Dan aku ingin membalaskan dendam daddyku. Karenamu, daddyku kehilangan kakaknya, yaitu papahmu!" Teriak Karina.

"Kau bodoh, Karina. Kau hanya diperalat oleh paman untuk membalaskan dendamnya padaku," balas Erlina. "Apa maksudmu?" tanya Karina ketus.

"Kau kakak kandungku, Karina. Dan papahmu bukan dia, tetapi Andrew. Itu nama papah kita," terang Erlina. "Bullshit, aku tidak akan pernah percaya padamu. Kau ingat, ya! Aku tidak segan-segan membunuh suami bodohmu jika, kau berani mengatakan  aku yang melakukan semua kehancuran ini," ancam Karina.

"Mengapa kau melakukan ini, Karina? Dahulu, kau menyayangiku ... "

"Itu dahulu, tidak dengan sekarang! Aku akan merebut Amarlic darimu, lalu hidup bahagia bersamanya. Dan kau, akan aku hempaskan, selamat tinggal gadis pembawa sial," ejek Karina. Setelah mengucapkan itu, Karina pun melengos pergi meninggalkan Erlina yang sudah tak kuat menahan air matanya.

"Hiks ..., Karina. Jangan mencoba merebut Amarlic dariku. Aku akan mempertahankan pernikahanku bersamanya!" teriak Erlina disela-sela tangisannya.

Erlina memutuskan untuk pulang. Tak lama ounia sampai di mansion Amarlic. Sebelum turun dari mobil, Erlina menghilangkan jejak-jejak air matanya. Saat merasa sudah baikkan, ia pun memasuki mansion yang sudah sepi. Perlahan-lahan Erlina menutup pintu kamar, ia takut jika tidur Amarlic terusik karenanya.

"Huftt ... " Erlina bernafas lega. Ia menaruh tasnya di lemari, dan beralih untuk menyelimuti Amarlic.

Bukannya tidur, Erlina melangkahkan kakinya menuju balkon. Ia sangat merindukan kakaknya. Ia memutuskan untuk menghubungi kakaknya saja. Dan jika tidak diangkat, mungkin ia sudah tidur.

"Halo Erlina, ada apa?" terdengar suara dari seberang sana. Erlina mengembangkan senyumnya ketika kakaknya mengangkat panggilan darinya.

"Apakah kakak sibuk?"

"Tidak, kakak sedang menonton TV"

"Endless di mana?"

"Dia sedang di kamar."

"Siapa, Stev?" tanya Endless yang terdengar di telepon. "Erlina," jawab Steven.

"Mana, aku ingin bicara. Halo Erlina."

"Hai Endless, bagaimana kabarmu?"

"Sangat baik. Oh iya, apa kau tidak memiliki etika, menghubungi suami orang lain mmalam-malam?

"Endless, apa yang kau katakan!" Bentak Steven. "Please be quite, Stev!" Tukas Endless.

"Erlina, apa kau tidak salah menghubungi Steven pukul sebelas malam?"

"Namun, apa salahnya jika aku menghubungi kakakku sendiri."

"Salah, Erlina, dia bukan kakak kandungmu. Bisa saja kau memiliki perasaan padanya. Sudahlah, jangan pernah mengganggu rumah tanggaku lagi, dan jangan pernah menghubungi kakak tersayangmu ini, dia sudah memiliki istri."

"Endles!" Bentak Steven, ia merebut ponsel nya dari tangan Endless.

"Halo, Erlina, kau boleh menghubungi kakak kapan pun kau mau, ya."

"Endless benar, Kak. Maafkan aku."

"Tidak sayang, kau tetap adikku. Jangan dengarkan Endless, Erlina!"

" ... " Erlina pun terisak.

"Kau pasti menangis. Erlina, answer my questions!"

"Aku tidak akan menghubungimu lagi, Kak. Tolong sampaikan maafku kepada Endless. Jangan khawatirkan aku, aku di sini baik-baik saja," ucap Erlina, sebelum benar-benar mematikan panggilannya.

"Apa karena cinta, Endless berubah? ...," lirih Erlina. Lagi-lagi Erlina menangis, tstapi ia langsung menghapus air matanya. Dan memutuskan untuk membersihkan dirinya sebelum tidur.

🗽🗽🗽

Diruang keluarga lah Damietta, Christian, Amarlic, Erlina, dan Jesicca sedang berkumpul. Ini termasuk kegiatan mereka setiap hari minggu.  "Erlina, apakah kau sakit?" tanya Christian yang duduk di sebelah Damietta.

"Tidak, Pih," jawab Erlina, lalu menyeruput kopinya. "Kau terlihat pucat dan lebih kurus," imbuh Christian.

"Apa kau tidak bahagia bersama Amarlic?" tanya Damietta. Membuat Amarlic dan Erlina menegang. Erlina melirik Amarlic yang sedang menaikkan sebelah alisnya.

"A---aku sangat bahagia bisa bersama Amarlic, meskipun Amarlic masih belajar untuk mencintaiku," alibi Erlina. Amarlic merasa tersindir dengan perkataan Erlina.

"Kapan kalian memberi kami cucu?" tanya Damietta. "Secepatnya," sahut Amarlic seraya merangkul bahu Erlina. Kau benar Amarlic, beberapa bulan lagi anak kita lahir, batin Erlina. Hatinya sangat sakit, sampai kapan Amarlic harus berpura-pura menerima Erlina?


Jesicca memutar bola matanya malas, "bullshit!" Gumamnya.

Alexsha menghampiri mereka yang sedang duduk di sofa. "Permisi, Nyonya, Tuan. Ada non Karina di luar," ucapnya.  "Untuk apa dia ke sini? Suruh dia masuk!" Titah Damietta ketus. Alexsha pun melakukan apa yang disuruh Damietta.

Karina, dia ingin melakukan apalagi?, batin Jesicca.

Karina datang membawa sebuah amplop putih digenggamannya. Seketika, semuanya pun beranjak dari duduknya ketika melihat Karina datang. Sedangkan, Amarlic bingung mengapa Karina datang ke mansionnya.

Damietta menghampiri Karina. "Ada urusan apa kau kemari?" tanyanya. "Aku memiliki urusan dengan Amarlic, Tante. Aku ingin memberi ini padanya," jawab Karina, menunjukkan amplop yang dipegangnya.


"Aku?" tanya Amarlic. Karina mengangguk, Amarlic pun menghampiri Karina.

Saat Amarlic hendak mengambil amplop itu, Damietta pun mengambilnya lebih dahulu. Ia membukanya dan membaca surat yang berada di dalamnya. Raut wajah Damietta berubah menjadi pucat, ia memberikan surat tes itu kepada Amarlic dengan kasar. Amarlic membelalakan matanya ketika membaca surat yang berisi hasil tes, membuat semua penasaran.

"kau harus bertanggung jawab, Amarlic!" Teriak Karina. "Kau hamil?, denganku?" tanya Amarlic tidak percaya.


"Iya, Amarlic. Apa kau tidak mengingatnya, kita melakukannya di Villa? Jesicca, kau tahu kan jika malam itu kakak mu mabuk?" tanya Karina. Membuat semua pasang mata mengarah ke Jesicca.

"A---aku, aku tidak tahu jika kalian sampai melakukan itu," jawab Jesicca gugup. "Dengar, 'kan, Amarlic? Aku hamil anakmu. Tidak apa jika, kau tidak menikahi ku, tetapi kumohon bertanggung jawablah pada anak kita ini," terang Karina seraya menunjuk perutnya.


"Tidak, Karina, aku tidak merasa menghamilimu." Amarlic mengelak perkataan Karina. Erlina hanya bisa menahan tangisnya, ia menghampiri Amarlic.

"Kukira kau pria sejati, Amarlic. Jika, memang kau tidak dapat mencintaiku, bisakah kau hargai perasaanku sebagai istrimu? Apa kau pikir setiap kau bersama Karina, hatiku biasa-biasa saja? Tidak, Amarlic, hatiku sangat sakit jika kau ingin tahu ..." Erlina mengarahkan jari telunjuknya ke dada Amarlic. "Aku sudah membantumu untuk berpura-pura mesra dihadapan papih dan mamihmu. Sedikit ucapan terima kasih pun tidak pernah keluar dari bibirmu, Amarlic. Aku bertahan hingga sekarang karena, aku menncintaimu, apa kau tidak merasakan kasih sayangku? Apa belum cukup kau memberi luka di hatiku? Hiks ..., hah ..."  Erlina terengah-engah, emosinya tak terkendali kan.


"Aku ingin kau bertanggung jawab, Amarlic. Jangan sampai Karina merasa terbuang seperti aku ...," lirih Erlina. Lalu, pergi keluar dari mansion entah kemana.

"Kau puas, Amarlic? Kau menyakiti Erlina lagi!" Bentak Damietta. Amarlic pun terduduk di sofa, ia memijat pangkal hidungnya.

"Karina, kau pulanglah! Tenang saja, aku akan bertanggung jawab," ucap Amarlic memutuskan. Karina pun pergi dengan senyum bangganya.

Christian duduk dihadapan Amarlic, "bisa kau jelaskan pada kami apa yang sudah terjadi ketika kami pergi, Nak?" tanyanya. Damietta pun duduk di sebelah suaminya. "Aku akan menjelaskannya," jawab Amarlic.


"Pih, mih aku ke kamar, ya. Aku banyak tugas," pamit Jesicca yang dibalas anggukkan oleh Damietta dan Christian.

"Mulailah Amarlic!" Suruh Damietta tidak sabaran. Amarlic menceritakan pada mereka jika ia dan Erlina hanya berpura-pura bahagia jika dihadapan mereka. Dan kejadian malam pertama pernikahan mereka, hingga bagaimana ia bisa menghamili Karina.


" ... waktu hari minggu, aku dan Karina dan Jesicca juga, kami pergi berjalan-jalan ke Valley Village tanpa mengajak Erlina. Ketika sudah malam kami memutuskan untuk minum bersama dan setelah itu mungkin aku mabuk dan tidak sadar apa yang  terjadi," jelas Amarlic.

"Kau pergi tanpa memikirkan perasaan Erlina, hah?" tanya Damietta. Amarlic pun hanya menggelengkan kepalanya. "Yang benar saja." Damietta sangat tidak percaya dengan sikap putra sulungnya ini.


"Erlina, itu istrimu, Nak. Hargai perasaannya, sekalipun kau tidak mencintainya. Papih lelah jika harus menasihatimu terus, tetapi Karina sudah mengandung anakmu. Kau harus terima kenyataan itu," ucap Christian. " ... " Amarlic terdiam seribu bahasa. Ia bukan memikirkan kehamilan Karina, melainkan ucapan Erlina.

🗽🗽🗽

"Hiks ..., Tuhan. Beri aku kesempatan untuk merasakan cinta dan kasih sayang dari Amarlic. Beri aku waktu untuk hidup meskipun hanya sebentar. Aku ingin ketika aku pergi, mereka sudah bahagia dengan kehidupannya masing-masing, meskipun tanpa aku ...," lirih Erlina sembari menulis curhatan hatinya di buku Diary.

Erlina memperhatikan keluarga kecil yang sedang bermain kemah-kemahan di taman. Erlina tersenyum miris melihat mereka tertawa bersama. Kapan aku seperti mereka?, pikir Erlina.

Ia mengingat sahabatnya yang selalu mendengarkan curhatannya. Fransisco Tueson, bagaimana kabarnya? Erlina memutuskan untuk menghubungi Fransisco. Beberapa menit kemudian Fransisco mengangkat panggilan dari Erlina.

"Hai, Frans. Bagaimana kabarmu?"

"I am okay, what's wrong?"

"Aku hanya membutuhkan teman bicara."

"Khe ..., kau dari dahulu tidak pernah berubah."

"Apa maksudmu?"

"Kau hanya mencariku ketika kau sedang susah saja."

"Bukan seperti itu, Frans. Jika, kau ingin berbicara padaku hubungi saja aku."

"Aku bukan tipe pria yang menghubungi wanita yang sudah memiliki suami!"

"Aku tahu, Frans. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja, apa aku salah?"

"Kau tidak salah, tetapi jangan menghubungiku lagi Erlina. Aku sudah menepati janjiku, 'kan? Kau sudah bersama Amarlic dan aku sudah menemukan kebahagiaanku, yaitu Viola. Jadi, jangan mengganggu kehidupanku lagi. Lagi pula aku bukan pria bodoh yang selalu mengejar cintamu, Erlina!"

Tut ...

Sambungan telepon pun dimatikan secara sepihak oleh Fransisco.  "Viola, terima kasih sudah menggantikan posisiku untuk Fransisco. Kau menepati janjimu padaku." Erlina tersenyum. Meskipun aku harus merasakan kehilangan sahabatku, lanjut Erlina di dalam hati. Tanpa disadari, air matanya meluncur begitu saja tanpa permisi.


"Hiks ..., aku sangat lemah sekarang. Hanya kau temanku sekarang, Sayang." Erlina mengusap perut ratanya.

Sedangkan di tempat lain, Amarlic memutuskan untuk menemui Karina setelah ia selesai menjelaskan semuanya kepada Damietta dan Christian. "Karina, ini uang untuk keperluan kehamilanmu, ambilah!" Amarlic memberi segepok uang kepada Karina. Karina pun langsung mengambilnya. "Aku besok mengambil cuti selama dua hari dan tolong kau urus semua jadwalku," lanjut Amarlic.


"Untuk apa kau mengambil cuti?" tanya Karina curiga. "Aku merasa kurang sehat, dan kau jaga kandunganmu baik-baik." Karina tersenyum. "Baiklah, anak ini pasti sehat. Karena, papahnya selalu memberi apa yang dia inginkan. Hehe ...," ucap Karina terkekeh.


"Iya, aku pulang dahulu, ya." Amarlic bangkit dari duduknya. "Aku antar," ucap Karina. Ia mengantar Amarlic sampai di depan pintu apartementnya.


Cup.

Karina mengembangkan senyumnya ketika Amarlic mencium puncak kepalanya. Lalu, Amarlic mengusap kepala Karina, "aku pergi dahulu." Karina mengangguk sebagai jawaban.

"Kau menghasilkan uang, Sayang," ucap Karina seraya mengusap perutnya.


🗽🗽🗽


"Erlina, bisakah kau memasakkanku Twenty vegetables rice fried?" tanya Amarlic, ia menghampiri Erlina yang sedang di dapur bersama Alexsha.

" ... " Erlina diam saja, ia tetap menyibukkan dirinya untuk memotong sayuran. Sedangkan, Alexsha lebih baik merapikan yang lain dahulu.

"Erlina, apa kau tidak mendengarku?" tanya Amarlic ketus. Amarlic mengambil pisau yang berada di tangan Erlina dan menaruhnya kasar. Ia membalikkan tubuh Erlina dan menguncinya. Erlina pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Amarlic.


"Tatap mataku, Erlina!" Bentak Amarlic. Ia mengangkat dagu Erlina. Tetap saja, Erlina mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apakah kau benci padaku?" Erlina menggelengkan kepalanya. "Mengapa kau tidak membenciku, padahal aku sudah menghamili Karina?" tanya Amarlic penasaran. Erlina menepis tangan Amarlic dari dagunya, ia membalas tatapan Amarlic.


"Kau sudah tahu jawabannya, Amarlic." Erlina mendorong Amarlic, tetapi nihil, kekuatan Amarlic lebih besar. "Kau masih mencintaiku, Erlina?" tanya Amarlic.

Erlina pun menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf untuk semua yang telah aku lakukan padamu, Erlina." Erlina menatap Amarlic dalam, mencari kebohongan, tetapi tidak ditemukan. Ada apa dengan Amarlic? Semudah itukah dia mengucapkan maaf?


"Aku tulus meminta maaf padamu, aku akan berubah mulai hari ini," tekad Amarlic. Ia tersenyum hangat kepada Erlina. Senyum itu yang aku rindukan darimu, Amarlic, batin Erlina.


"Kau mau memaafkanku?" tanya Amarlic lagi. Erlina menganggukkan kepalanya, membuat Amarlic memeluknya erat. "Bagaimana dengan Karina dan anakmu?" tanya Erlina, membuat Amarlic melerai pelukkannya.

Erlina pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. "Aku merasa tidak yakin itu anakku. Namun, Karina sudah menceritakan apa yang terjadi pada malam itu." Amarlic berdiri di sebelah Erlina.


"A---apakah kau tidak mengenakan pakaian ketika kau bangun?" tanya Erlina malu-malu. "Tidak, pakaianku lengkap, hanya saja sedikit berantakan," jawab Amarlic. Aku curiga, batin Erlina.


"Itu pasti anakku, sekarang saja aku menginginkan Twenty vegetables fried rice, sepertinya aku yang mengidam," imbuh Amarlic.

"Jika aku yang hamil anakmu bagaimana?" tanya Erlina. "Aku tidak bekerja hari ini, tubuhku lemas dan mual." Amarlic mengalihkan pembicaraan. Membuat Erlina tersenyum miris.


"Lebih baik kau duduk saja di meja makan, aku akan mengabulkan keinginanmu," ucap Erlina. "Oke." Amarlic pun melenggang pergi. Semoga papih dan mamih tidak memandangku buruk lagi, batin Amarlic.


Erlina pun sudah selesai memasak yang dibantu oleh Alexsha. Ia duduk di hadapan Amarlic dan di sebelah Damietta.

"Masakanmu enak, Erlina. Kau pintar memasak, ya." Erlina menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, "i---iya, terima kasih." Erlina merasa salah tingkah ketika Amarlic memperhatikannya intens.


Erlina bernajak dari duduknya. "Ah, sepertinya aku sudah kenyang. Aku akan membawakan nenek sarapan, permisi," pamitnya. "Baiklah," sahut Christian.


"Erlina ...," panggil Amarlic membuat Erlina membalikkan tubuhnya lagi.

"Makanan di piringmu masih banyak dan kau berkata sudah kenyang?" sarkas Amarlic. Membuat semua orang yang berada di sana  menatap Amarlic aneh.  "Biasanya kau tidak peduli jika Erlina makan sedikit ataupun tidak makan," sindir Damietta.


"Erlina, kau pergilah! Tidak perlu dengarkan suamimu." Erlina mengangguk mengiyakan ucapan Damietta. Sedangkan, Amarlic pergi dari meja makan.

Apakah Amarlic marah?, pikir Erlina.



Jangan lupa Vommentnya ya;)

Continue Reading

You'll Also Like

186K 8.3K 21
"Dikhianati Anaknya. Ku nikahi Bapaknya." ____________________________ Ajeng di tinggal kabur Galih, tepat di hari pernikahan mereka. sedih? tentu sa...
51.9K 2.3K 66
"Aku bukan istrimu!!!" jerit Beby dalam hati, begitu frustrasi saat Sean hendak mencium bibirnya. Beby tak menyangka jiwanya bisa terjebak di dalam t...
24.9K 1.1K 12
Seorang wanita yang selalu bernyanyi lagu lawas yang membuat seorang pria jatuh cinta padanya saat pertama kali mendengarnya bernyanyi.
353K 30K 65
"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seoran...