Devil Psycho

By bloodkills

42.2K 2.2K 169

Ken Ethan Smith. Lelaki culun, pendiam, cupu dan penakut. Sering dibully oleh temannya kini berubah menjadi p... More

Prolog
Bagian 1 : Who Are You?
Bagian 2 : Rindu.
Bagian 3 : Saling Mengenal.
Bagian 4 : Bertahan.
Bagian 5 : Jadi Gimana?
Bagian 6 : Deal.
Bagian 7 : Thea Alexandra.
Bagian 8 : Aksi Ken.
Bagian 9 : Melepas Rindu.
Bagian 10 : Rencana.
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14 : Kehilangan.
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17 : Berubah.
Bagian 18 : Salah Masuk Perangkap.
Bagian 19 : Permainan Thea.
Bagian 20 : Beatiful Moment.
Bagian 21 : Dikeluarkan?
Bagian 22 : Keputusan.
Bagian 23 : Masalah Baru.
Bagian 24 : Sebenarnya Ada Apa?
Bagian 25 : Im Jealous?

Bagian 13

1.1K 56 3
By bloodkills

Update lagi nihh, semoga suka yaa

Happy Reading ^_^

***

Rutinitas Thea pada saat sedang libur yaitu mengunjungi markas psikopatnya. Tapi, entah kenapa saat ini Thea malas sekali untuk pergi kesana. Thea lebih memilih bersantai-santai ria di Apartemen nya.

Thea teringat kejadian semalam yang dimana ia membalas perbuatan Andrew dengan caranya. Jujur, sebenarnya Thea masih kurang puas mempermainkan Andrew semalam. Tapi Ken menyuruhnya jangan sampai membuat Andrew kehilangan nyawa. Lagi pula siapa yang mau menghabisi nyawa Andrew? Thea ingin mengulang perbuatannya suatu hari.

"Kenapa sih Ken lo itu terlalu baik? Bahkan, saudara lo sendiri pengen nyelakain lo, tapi lo ga pernah berpikir buat balas dendam sama dia," gumam Thea sambil menghela napas.

"Pengen banget gue cincang usus nya si biadab itu! Terus gue buang ke rawa-rawa," ucap Thea.

***

Disisi lain, Ken masih dirumah ibunya menginap semalaman. Ia tampak gelisah, apakah Ken harus mengunjungi kakaknya?

06.00 WIB

Keadaan rumah ibu Ken terasa lebih tenang dan tentram. Ken terlebih dahulu disuguhkan sarapan pagi oleh Bibinya.

"Makan dulu Ken," ucap Ibu Ken.

"Iya Bu, terima kasih."

Disela makan Ken sempat mengecek handphone nya, Siapa tahu orang tua nya mengabari Ken. Ternyata tidak, Ken terlalu berharap.

Setelah makan, Ken pamit ke ibunya untuk mengunjungi Andrew. Biar bagaimana pun Andrew tetap saudara kandungnya.

"Bu, Ken pamit ya, Ken mau ke rumah sakit tempat Ka Andrew dirawat," izin Ken.

"Iya nak, hati-hati ya. Maaf Ibu ga bisa ikut liat keadaan Andrew."

"Iya Bu gapapa, lebih baik Ibu di rumah aja ya, nanti Ken kabarin aja ke Ibu keadaan Kak Andrew." Ibunya mengangguk, lalu Ken mencium punggung tangan Ibunya.

***

Ken berjalan di koridor rumah sakit menuju ruangan tempat Andrew dirawat. Andrew dirawat di ruangan VIP. Sampailah ia di depan kamar saudaranya, dilihat dari jendela kamar inap Andrew sedang tertidur dengan kedua orang tuanya disampingnya.

Ken membuka pintu kamar inap Andrew hingga menimbulkan suara decitan pintu yang membuat kedua orang tuanya menoleh ke arahnya.

"Maaf Ma, Pa, Ken baru dateng," ucap Ken begitu tersadar kedua orang tuanya tengah memandanginya dengan sinis.

"Darimana aja kamu baru datang?! masih ingat sama kakak kamu?" ucap Kintan sinis.

"Sudahlah Ma, kita gausah ribut-ribut. Kasian Andrew lagi istirahat," ucap Bara melerai.

Tak lama, ponsel Bara berbunyi. Bara segera mengecek ponselnya melihat siapa yang menelfonnya. Ternyata itu orang suruhan Bara.

"Ada apa?" ucap Bara begitu sambungan telfon tersambung.

"Maaf Tuan, kita sudah berusaha mencari orang yang satu golongan darah dengan Den Andrew, tapi memang golongan darah AB sangat susah didapat. Jadi kita belum bisa menemukannya Tuan," ucap salah satu orang suruhan Bara ditelfon.

"APA?! JADI KALIAN BELUM MENEMUKAN ORANG UNTUK MENDONORKAN DARAH BUAT ANAK SAYA?!" ucap Bara berteriak hingga membuat Kintan dan Ken menoleh ke arahnya, terutama Ken yang masih bingung apa yang dimaksud Papanya.

"Maaf Tuan, kita sudah berusaha tetapi memang tidak semudah itu mendapatkan donor darah golongan AB," jelas orang suruhan Bara.

"Saya pikir kalian handal dalam urusan hal seperti ini. Kalian memang busuk! Saya gamau tau, pokoknya kalian harus cari sampai ketemu, atau gaji kalian saya potong!" ucap Bara.

"Baik Tuan, kita akan usahakan sebaik mungkin." Bara langsung memutus sambungan telfonnya.

"Terus gimana pa? hiks.. mama gamau tau! pokoknya harus ketemu donor darah buat anak kita pa!"

"Papa akan usaha lagi, ma. Sudah ya, kita pasti bisa menemukan jalan keluarnya," ucap bara berusaha menenangkan istrinya.

Ken yang mendengar obrolan orang tuanya di telfon sedaritadi hanya diam. Ken memang anak yang cepat tangkap, Ia mengerti keadaan Andrew yang membutuhkan donor darah.

"Ma sekarang kita pulang dulu ya, kita bersih-bersih diri dulu sekalian ambil pakaian Andrew," ucap Bara pada istrinya.

Kintan yang mendengarnya mendongak ke arah suaminya. "Terus Andrew gimana, pa?"

"Kak Andrew biar Ken aja yang jaga ma, pa," sahut Ken cepat.

Awalnya Kintan yang mendengar penuturan dari Ken menoleh sinis. Tapi, Bara menyetujuinya. Istrinya itu sejak semalam belum istirahat.

"Oke kita pulang dulu. Jaga Andrew baik-baik. Awas aja kalo sampe ada apa-apa sama Andrew, kamu yang tanggung jawab!" ucap Kintan memperingati.

"Iya Ma. Ken pasti jaga Kak Andrew dengan baik."

Mereka akhirnya pulang ke rumah untung beristirahat sejenak dan mengambil pakaian Andrew. Ken berjalan ke samping tempat tidur Andrew, duduk di samping tempat tidur Andrew, dilihatnya Kakaknya itu masih terbaring lemah.

Tak lama, dokter yang menangani Andrew datang untuk mengecek kondisi Andrew. Ken yang melihatnya langsung berdiri mempersilakan dokter beserta perawat memeriksa keadaan Andrew.

"Kamu siapanya Nak Andrew? orang tua dari Nak Andrew kemana?" tanya Dokter begitu sudah selesai mengecek kondisi tubuh Andrew.

"Saya adiknya dok. Mama sama papa sedang pulang ke rumah sebentar," ucap Ken.

"Baiklah, saya harus memberitahukan ini. Kakakmu harus segera ditolong secepatnya, dia sangat banyak sekali kekurangan darah. Jadi harus secepatnya ditolong, jika tidak mungkin akibatnya akan fatal."

Ken yang mendengarnya sama sekali tidak mengerti, mungkin ini yang dimaksud orang tuanya tentang pendonor darah yang dibicarakan Papanya ditelfon.

"Kekurangan darah gimana ya Dok?" tanya Ken.

"Nak Andrew membutuhkan banyak darah, ia kekurangan darah dari luka akibat tusukan benda tajam. Maka dari itu, kita membutuhkan pendonor darah golongan AB, namun sangat susah didapat," jelas dokter itu.

Ken mendengarkan penuturan dari dokter, rupanya golongan darahnya sama dengan Kakaknya.

"Saya yang akan jadi pendonor untuk kakak saya Dok. Golongan darah saya juga AB," ucap Ken.

"Benarkah? syukurlah kalo begitu, tapi sebelumnya saya harus mengecek keadaanmu dulu untuk memastikan, apa kamu tidak keberatan?"

"Saya tidak keberatan dok," ucap Ken.

"Baiklah, ikut saya untuk mengecek keadaan kamu dan langsung saja melakukan transfusi darah."

Ken mengekori dokter itu dan meninggalkan Andrew bersama perawat rumah sakit.

Ya, mungkin ini yang bisa Ken bantu untuk menolong saudaranya. Tak masalah bagi Ken untuk melakukannya yang terpenting saudaranya itu bisa sembuh. Tapi orang tuanya tidak boleh tahu.

***

Kintan dan Bara yang baru datang mengernyit heran saat ternyata Andrew dijaga oleh seorang perawat. Ken tidak ada di ruangan inap Andrew.

"Sus, anak laki-laki yang menjaga disini kemana?" tanya Bara mendekati perawat tersebut.

"Oh, dia sedang pergi ke ruangan trans--" belum sempat sang perawat menyelesaikan ucapannya, Dokter tiba-tiba datang.

"Permisi Pak, bu. Nak Andrew akan saya bawa ke ruangan transfusi darah," ucap sang Dokter.
Kintan dan Bara yang mendengarnya bingung, dan kurang mencerna ucapan dokter.

"Maksud dokter apa? memangnya sudah ada pendonor untuk anak saya?" ucap Kintan.

"Syukurlah, ada orang yang mau mendonorkan darahnya untuk Nak Andrew," ucap Dokter.

Mereka berdua yang mendengar pernyataan dari Dokter terlonjak kaget. "Siapa dok?" tanya Bara.

"Nanti bapak dan ibu akan tahu, sekarang kami ingin membawa Nak Andrew ke ruangan transfusi darah dulu, permisi Pak, bu."

Mereka terdiam memberikan celah jalan untuk dokter dan beberapa perawat. Mereka masih bingung siapa yang mendonorkan darahnya untuk anaknya.

"Mari Pak, bu. Ikut kita ke ruangan transfusi darah," ucap salah satu perawat.

"Ayo ma." Bara mengajak Istrinya pergi dari ruangan inap Andrew untuk pergi ke ruangan transfusi darah.

***

Kintan dan Bara sudah menunggu sedaritadi di depan ruangan transfusi darah. Mereka sangat penasaran, siapa orang yang dengan baik hati mendonorkan darah untuk anaknya.

Tak lama, dokter keluar. Dengan cepat, mereka menghampiri sang Dokter.

"Gimana keadaan anak saya dok? apakah sudah membaik?" tanya Kintan.

"Nak Andrew sudah jauh lebih baik, beruntung ada orang yang berbaik hati mendonorkan banyak darahnya untuk Nak Andrew," ucap Pak Dokter tersenyum.

"Apa kita sudah boleh masuk Dok? saya ingin melihat kondisi anak saya," ucap Bara.

"Ya, silakan. Tapi Nak Andrew harus tetap memerlukan istirahat yang cukup."

"Baik dok," ucap Bara.

"Saya tinggal dulu, permisi."

Dengan sigap mereka memasuki ruangan transfusi darah untuk mengecek kondisi anaknya. Di dalam ruangan terdapat dua tempat tidur terpisah dengan di tutupi gorden. Tepatnya, di samping tempat tidur Andrew terdapat tempat tidur yang masih ditutupi gorden. Mereka sudah menebak bahwa di samping tempat tidur Andrew ialah si pendonor.

"Pa, anak kita keliatannya sudah benar-benar membaik ya Pa," ucap Kintan pada Bara.

"Ya ma. Papa juga senang melihatnya."

Mereka terdiam sejenak, pandangan Bara tak lepas ke arah samping tempat tidur anaknya yang masih tertutup gorden.

"Ma, apa mungkin di balik gorden itu orang yang udah berbaik hati mendonorkan darahnya untuk anak kita?" tanya Bara kepada istrinya dengan pelan.

"Mama juga mengira seperti itu pa," ucap Kintan berbisik.

"Gimana kalo kita liat siapa orang yang sudah mendonorkan darahnya untuk anak kita?" tanya Bara pada Kintan, dan Kintan mengangguk setuju. Ia juga penasaran siapa si pendonor tersebut.

Bara segera berjalan mendekati seseorang di balik gorden, perlahan Bara hendak membuka gorden itu.

Kreett

Suara pintu terbuka, Bara segera menoleh kearah suara tersebut. Rupanya dokter dan seorang perawat yang hendak memastikan keadaan Andrew.

"Pak Bara? mohon maaf pak, kami batasi untuk menjenguk pasien. Mohon tunggu diluar ya pak," ucap dokter itu.

Belum sempet Bara melihat siapa pendonor darah Andrew, dan dokter sudah menyuruhnya untuk keluar dari ruangan.

"Ayo pa, kasian Andrew mau istirahat dulu," ajak Kintan.

Mereka berdua keluar dari ruangan, Kintan pun masih tersenyum lega karena anaknya bisa terselamatkan.

"Syukur ya pa, anak kita bisa selamat. Mama ga sabar siapa sebenernya yang donor darah buat Andrew. "

"Iya ma."

Kintan tiba-tiba teringat dengan Ken yang menginggalkan Andrew begitu saja. "Dan Mama akan bikin perhitungan dengan Ken! bisa-bisanya dia meninggalkan Andrew sendirian."

***

Continue Reading

You'll Also Like

630K 9.7K 48
Lost, Lose (Loose Trilogy #1) She's a girl of hope, Lisianthus Yvonne Vezina. A teen-year-old girl who focused on her goal... to strive. But everyth...
67.6K 1.4K 13
❝ feels like we had matching wounds, but mine's still black and bruised snd yours is perfectly fine. ❞ ──── the exit , conan gray in whic...
24.7K 3.7K 36
مــن نــەم زانـیـبـوو ئـەو پـیـس تـریـن و گـەورەتـریـن مـافـیـای سـەر ئـاسـتـی ئـاسـیـایـە.... "دووبارە ھەوڵی ڕاکردن لەم ماڵە بدەیت ھەڵبژاردن لەنێوان...
19.5K 220 22
⚠️رواية منحرفة خاصة للبالغين⚠️ وَقَعْتُ بِحُبِ رَجُلٍ ثَلٰاَثِينِيٖ قَاٰمَ بِتَرْبِيَتِيٖ إِنَكَ مُتَزَوِجْ يَاسَيِدْ جُيُوٰنْ قَتَلَ كُلْ مَنْ حَا...