Cassiopeia Malfoy And The Cur...

By dnvers

34.6K 3.9K 1.6K

Memasuki tahun kelima, hal-hal menjadi semakin rumit bagi Cassiopeia Malfoy. Dia telah berusia limabelas tahu... More

0. Introduction
1. Malfoy Manor
2. Aloha, Hawaii!
3. Exchange Programme
4. Quidditch Tryout
5. Losing Control
6. What Hurts The Most
7. For The Best
8. Now Or Never
9. The One
10. Dirty Little Secret
11. A Not So Merry Christmas
12. Lucky
13. The Search
14. To Catch A Culprit
15. Bigger Trap
17. Power Of Three
18. To Do The Right Thing
19. Best Outcome
20. The Anniversary Ball

16. Friend Or Foe?

793 147 85
By dnvers

Melainkan Belle Weasley.

"Kejutan!" Belle berseru riang sambil  mengeluarkan kalung dengan cincin berlian safir biru berbentuk oval di tengahnya, yang selama ini selalu dia sembunyikan di balik baju yang dia kenakan. Setiap langkah yang dia ambil terpantul menjadi gema keras oleh dinding-dinding yang suram.

Sementara Elora mengernyitkan dahi dan tampak sepenuhnya tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, Cassie membeku dengan mulut membuka dan pandangan yang tak bisa lepas dari cincin yang tersampir pada leher Belle.

"Apa kalian tahu kalau setelah perang berakhir Kementrian berniat untuk menghancurkan kamar ini... namun tidak berhasil karena Salazar yang agung telah melingkupi tempat ini dengan sihir yang sangat kuat? Kemudian sebagai gantinya, mereka memutuskan untuk menelantarkan kamar ini, membiarkannya tenggelam selama bertahun-tahun supaya tidak ada orang yang bisa menggunakannya untuk melakukan sesuatu yang buruk seperti sebelumnya."

Belle mungkin menjelaskan hal itu dengan santai, namun entah kenapa itu justru membuat tubuh Cassie menegang.

"Untungnya aku berhasil menemukan tempat ini," Belle meneruskan dan terdengar sangat bangga pada dirinya sendiri. "Dan seperti yang kalian lihat, aku telah berhasil memerbaikinya. Aku bahkan telah memerbarui akses masuknya, mengingat sudah tak ada lagi Parselmouth di Hogwarts."

"Kau yang memerbaikinya?" ulang Elora lalu tertawa menghina. "Jangan terlalu banyak bermimpi, Weasley. Pecundang sepertimu tak mungkin bisa memerbaiki apapun."

Dengan wajah penuh kebencian, Belle mengangkat tongkat yang sedari tadi sudah berada dalam genggamannya dan tali-tali melayang keluar dari ujung benda itu seperti ular dan membelitkan diri pada pergelangan tangan dan kaki Elora. Segera saja Elora kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai, tak mampu bergerak. Namun meskipun sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan, Elora dengan berani meneriakkan kemarahannya yang disertai dengan ancaman dan sumpah serapah.

Terpancing oleh kata-kata Elora, Belle mengeluarkan tali lain dari tongkat miliknya yang langsung membelitkan diri ke leher Elora. Tidak butuh waktu lama untuk Elora mulai merasa kesulitan bernapas, apalagi lilitan tali di lehernya memang cukup kencang. Matanya melototi wajah ngeri Cassie, mencoba meminta pertolongan dari musuhnya itu.

"Belle, berhenti! Dia bisa mati!" Cassie berteriak dengan panik. Pada titik ini, dia tidak tahu apalagi yang bisa dia lakukan untuk membantu. Dia tidak mungkin berhasil melucuti tongkat Belle dengan adanya cincin terkutuk itu.

Secara mengejutkan, Belle menuruti perkataannya. Gadis itu menurunkan tongkat, lalu beralih menatapnya. Ada kilatan marah yang menyeramkan di mata biru perempuan itu yang sukses membuat Cassie merinding.

"Lucu sekali melihatmu membelanya ketika aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kau membelaku," ujar Belle tanpa emosi.

"Aku tidak bermaksud seperti itu," kata Cassie, suaranya mulai bergetar.

"Kau tahu kenapa dia bisa ada di sini?" tanya Belle yang sepenuhnya mengabaikan pembelaan Cassie. "Itu karena aku memberitahunya kalau rahasia tergelapmu akan terkuak di kamar mandi Mrtyle Merana malam ini. Satu-satunya alasan kenapa dia sangat ingin mengetahui rahasiamu adalah karena dia tahu itu akan berguna untuk menghancurkanmu." Matanya melirik dingin pada Elora yang masih tidak bisa bergerak dengan tangan dan kaki yang terikat karena dia sengaja hanya melepaskan tali pada lehernya tadi. "Dan lihatlah apa yang baru saja kau lakukan... kau memilih membelanya daripada aku."

Cassie sama sekali tidak terkejut dengan niat buruk Elora padanya karena mereka telah bermusuhan sejak dulu. Tapi Belle? Dia masih tidak tahu apa yang gadis itu inginkan darinya. Namun apapun itu, dia punya firasat kalau itu bukan sesuatu yang baik.

"Dengar, aku sadar aku bukanlah sahabat yang baik, tapi tidakkah ini berlebihan? Dengan segala teror yang kau berikan... dan Albus..." suaranya kembali bergetar ketika menyebut nama lelaki itu, "aku tidak tahu kau bisa setega itu padanya. Demi Merlin, dia sepupumu sendiri!"

"Oh, jangan hipokrit begitu." Belle mendengus dan memutar matanya, sedikitpun tidak terlihat menyesal. "Bukankah kau juga pernah melukai kedua saudaramu? Lebih parah lagi, kau bahkan pernah meng-Imperius ibumu sendiri. Apa kau yakin kau masih berhak menghakimiku karena telah menyerang Albus?"

Cassie bahkan tidak perlu bertanya darimana Belle bisa tahu semua itu. Pesan pertama yang gadis itu kirim sudah cukup menjawab semuanya. Cincin itu pasti yang membeberkan semua rahasianya yang dia ketahui.

"Sejujurnya, Albus tidak pernah menjadi bagian dari rencanaku. Dia hanya secara tidak sengaja melihat cincin ini di leherku dan langsung memintaku untuk melepasnya. Aku tentunya menolak dan mencoba menjelaskan padanya alasanku melakukan semua ini... tetapi dia tetap tidak mau mengerti, jadi aku tidak punya pilihan lain."

Seketika Cassie teringat pada malam ketika Scorpius dan Orion menyadari keberadaan cincin terkutuk itu di jarinya. Entah kebetulan atau tidak, hal yang terjadi pada Albus persis seperti yang terjadi pada Scorpius dan Orion pada itu. Hanya bedanya, tidak butuh waktu lama untuk dia menyesali perbuatannya waktu itu. Sedangkan Belle bahkan tak terlihat menyesal sedikitpun saat ini.

"Meskipun begitu, aku sebenarnya tidak benar-benar melukai Albus. Yang kulakukan hanya membuatnya berada dalam tidur panjang... dengan harapan ketika dia bangun nanti, dia bisa menggunakan otaknya dengan baik untuk menyadari kalau kau tidak sesuci yang selama ini dia pikirkan."

Cassie hanya diam dan menatap kosong pada lantai, tak tahu harus bagaimana menanggapi perkataan Belle tersebut.

"Hei!" Elora tiba-tiba berseru untuk mendapatkan perhatian keduanya. "Kalau masalah ini memang antara kalian berdua, kenapa kalian tidak membiarkan aku pergi saja?"

Sedetik kemudian, tubuh Elora terangkat dan terbanting ke dinding di sebelah pintu masuk di belakang mereka, lalu merosot ke lantai dengan darah menetes dari bawah kepalanya. Seketika dia tak sadarkan diri.

"Sudah lama aku ingin melakukan itu," kata Belle riang. Dia kemudian mengeluarkan tawa melengking yang dingin, tawa yang sangat tidak cocok untuknya. Tawanya sukses membuat Cassie bergidik takut. "Setelah semua yang pernah dia lakukan padaku... dia benar-benar berpikir aku akan melepaskannya begitu saja?"

Cassie beringsut mundur dengan langkah pelan, matanya waspada menatap Belle yang masih terfokus pada Elora. Tangannya perlahan bergerak menuju saku jubahnya, tempat terakhir kali dia menyimpan tongkat sihir. Setelah memindahkan benda itu ke dalam genggamannya, dia buru-buru menyembunyikan tangannya di balik punggung.

"Aku benar-benar tidak paham apa tujuan Elora Montague diciptakan ke dunia ini. Semua yang pernah dia lakukan hanyalah menebar kebencian dan membuat orang lain merasa buruk akan diri mereka sendiri. Dia pikir dia lebih baik dari semua orang, ketika pada kenyataannya dia justru adalah manusia paling buruk yang pernah ada. Selama bertahun-tahun, dia membuatku merasa kalau aku tak lebih dari sekadar pecundang. Tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membalas semua perbuatannya padaku... karena aku sangat membencinya."

Wajah Belle menampilkan kebencian dan rasa sakit hati yang mendalam ketika berkata demikian. Meskipun itu sebenarnya bukan sesuatu yang aneh kalau Belle sangat membenci Elora mengingat dia telah menjadi korban penindasan yang dilakukan oleh gadis Montague itu sejak lama, namun memancarkan kebencian membuatnya tidak seperti Belle yang biasa. Belle yang Cassie kenal adalah Belle yang berhati lembut. Semua kebencian yang saat ini Cassie lihat dalam diri gadis itu membuatnya bertanya-tanya sudah berapa lama cincin terkutuk itu berada di leher Belle.

"Tapi ada seseorang yang lebih kubenci lagi..." kata Belle yang kemudian beralih menatap Cassie,  "...yaitu kau."

Cassie berhenti dari usahanya untuk menjauh dan tiba-tiba merasa sulit untuk bernapas. Dia tahu dia akan bernasib lebih buruk daripada Elora kalau tidak berhati-hati. Dia juga tahu dia tidak bisa mengharapkan bantuan dari siapapun saat ini karena itu pasti akan sulit untuk Scorpius dan Orion menemukan cara untuk menyusulnya ke sana.

"Belle, apa kau tahu kalau semua hal buruk yang kulakukan akhir-akhir ini disebabkan oleh cincin itu?" celetuk Cassie, mencoba untuk mengalihkan perhatian. "Aku tahu kekuatan yang ditawarkan cincin itu memang sangat menggiurkan... tapi kau hanya akan berakhir menyesali semua yang kau lakukan setelahnya. Kau mungkin berpikir kalau dia sama saja dengan membantumu, tapi sebenarnya tidak.
Dia justru mencoba menyesatkanmu ke sisi yang jahat dan memancingmu melakukan hal-hal mengerikan."

Belle menaikkan sebelah alisnya, namun tidak mengatakan apapun. Tangannya dia lipat di depan dada. Ekspresinya seakan menunjukkan kalau dia mendengarkan.

"Aku mengenalmu, Belle. Kau bukan orang jahat. Sebaliknya, kau adalah salah satu orang dengan hati paling lembut yang pernah kutemui. Aku selalu iri dengan kebaikanmu dan bagaimana kau tidak pernah takut untuk menunjukkan rasa sayangmu pada orang lain. You're everything I always wanted to be. Dan kau juga sahabatku... dan aku tidak mau kau merasakan apa yang kurasakan saat iniㅡsemua rasa bersalah yang menyesakkan ini. Jadi kumohon padamu... tolong lepas cincin itu."

Dia mungkin mengatakan itu untuk mengalihkan perhatian Belle, namun bukan berarti apa yang dikatakannya jadi tidak benar. Semua itu tulus dari dalam hatinya. Belle tetap sahabatnya dan dia tetap peduli pada gadis itu.

"Kau tahu?" kata Belle dan tersenyum miring, "aku sebenarnya akan percaya dengan kata-katamu itu... kalau saja aku tidak tahu kau sudah bersiap-siap dengan tongkatmu saat ini. Mencoba mencari peruntungan, eh? Siapa tahu aku akan lengah, jadi kau memiliki kesempatan menyerang duluan. Rencana yang cukup cerdas, harus kuakui."

Mendadak Cassie merasa seperti maling yang tertangkap basah sekalipun tuduhan Belle tidak sepenuhnya benar. Dia kemudian mengeluarkan tangannya dari balik punggung, menyadari kalau tidak ada gunanya lagi menyembunyikan itu.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Cassie pelan.

"Oh ya?" sahut Belle menantang. "Maksudmu ini seperti ketika aku menganggapmu sahabatku.. tetapi pada kenyataannya kau bukan?"

Seketika Cassie merasa kehilangan kata-kata. "Itu tidak benar," elaknya dengan suara bergetar. "Aku memang sahabatmu."

Tetapi Belle malah mengacuhkannya. "Selama bertahun-tahun, aku selalu berusaha untuk menjadi sahabat yang baik untukmu... selalu ada ketika kau membutuhkan. Aku sangat ingin kita menjadi sahabat... tapi aku tidak ingat kapan kau pernah memerlakukanku sebagai sahabat. Aku selalu hanya sebatas kacung yang kau gunakan untuk membuat dirimu terlihat berkuasa, kan?"

Yang Cassie takutkan akhirnya terjadi. Belle mulai termakan kata-kata Elora yang sering menyinggung hubungan persahabatan mereka tak lebih dari sekadar hubungan antara majikan dan kacung.

"Belle, itu tidak benㅡ"

"Cukup dengan omong kosongmu!" bentak Belle dengan pandangan menusuk. "Aku tidak menyadari hal itu karena si busuk Montague sering
mengatakannya... melainkan karena sikapmu sendiri. Kau selalu memerlakukanku dengan buruk, seenaknya menyuruhku mengerjakan tugasmu karena kau terlalu malas melakukannya sendiri... dan aku tak ingat pernah mendengar kata 'terima kasih' darimu setelahnya. Kau tidak pernah peduli padaku... kau bahkan membiarkan Montague menindasku di depan matamu tanpa sedikitpun mencoba membelaku. Kau tak pernah ada ketika aku membutuhkanmuㅡ setelah aku dihina Montague, kau tak pernah mencoba menenangkanku... atau setidaknya mencoba memeriksa keadaanku. Dan kau masih berani mengaku sebagai sahabatku?"

Cassie menunduk, tiba-tiba merasa sangat malu akan dirinya sendiri. Belle benar. Bagaimana mungkin dia masih bisa menyebut dirinya sendiri sebagai sahabat ketika dia bahkan tidak pernah bersikap selayaknya seorang sahabat?

"Aku benar-benar minta maaf." Itu adalah satu-satunya yang bisa Cassie ucapkan. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya karena malu dan merasa bersalah.

"Aku dulunya begitu naif... berpikir kalau itu memang sifat dasarmu dan sebagai sahabat yang baik aku perlu menerimamu apa adanya," kata Belle dan tertawa hambar diakhir kalimat. Dia kemudian menyentuh cincin di lehernya, menatap benda itu dengan pandangan memuja. "Berkat cincin ini, aku mulai menyadari seberapa salahnya hal itu. Yang kau lakukan padaku termasuk penindasan... dan itu bahkan lebih buruk dari yang dilakukan Montague karena kau seharusnya menjadi sahabatku! Dari situlah aku mulai membencimu. Dan kebencianku padamu bahkan terus bertambah seiring dengan sikapmu yang tak kunjung berubah."

Sekelebat bayangan ketika dia dengan sengaja merusak kalung pemberian Belle tiba-tiba terlintas di otaknya. Masih jelas diingatannya kekecewaan di wajah perempuan itu ketika dia memberitahu tentang hal itu serta alasan kenapa dia melakukannya. Seketika rasa bersalahnya semakin memburuk. Mungkin Belle memang benar, dia lebih jahat daripada Elora.

"Meskipun begitu... aku tetap akan berterima kasih padamu akan satu hal," kata Belle lagi, terdengar lebih ceria daripada sebelumnya. Senyum lebarnya entah kenapa justru terlihat agak menyeramkan. "Terima kasih banyak sudah terlihat begitu mencurigakaan pagi itu... sehingga membuatku memutuskan untuk mengikutimu dan ternyata malah membawaku pada cincin ini. Pada awalnya aku tidak mengerti kenapa kau membuang cincin sebagus ini, jadi aku mencoba mencari tahu, tapi siapa sangka aku malah menemukan semua rahasia gelapmu?"

Dari semua ocehan panjang Belle, dia bisa menyimpulkan kalau perempuan itu sangat sangat membencinya saat ini. Sekalipun dia sendiri memaklumi kebencian yang dirasakan gadis itu padanya dengan alasan yang telah disebutkan tadi, Cassie tetap berharap kalau itu semua tak lebih dari sekadar pengaruh cincin terkutuk itu. Hal terakhir yang dia inginkan saat ini adalah menambah daftar orang yang membencinya serta kehilangan salah seorang sahabatnya secara permanen.

"Aku tahu kau mungkin muak mendengar ini... tapi aku benar-benar minta maaf," kata Cassie, mendongak untuk menatap Belle. Matanya mulai berkaca-kaca sementara suara yang dia keluarkan masih bergetar. "Aku sadar apa yang kulakukan salah dan kau pantas membencikuㅡaku bahkan juga membenci diriku sendiri karena telah berlaku begitu padamu."

Belle hanya memandangnya dengan wajah datar, seakan permintaan maaf itu tidak ada artinya sama sekali.

"Tapi bukankah kau sudah cukup membalasku sebelumnya? Kau telah mengirimiku teror sebanyak tiga kali. Yang pertama, kau mengacaukan kamar kita sendiri. Yang kedua, kau mengacaukan potongan rambutku. Dan yang ketiga... kau bahkan sampai melibatkan Albus. Apa kau mengerti seberapa parah itu menakutiku? Lalu orang-orang menatapku seakan aku adalah pembawa sial... membuatku merasa semakin frustasi dan tertekan. Aku tidak mengerti... setelah semua siksaan itu, apalagi yang kau inginkan dariku?"

"Apalagi yang kuinginkan?" ulang Belle dan kembali mengeluarkan tawanya yang melengking.

Jantung Cassie berdegup sangat keras ketika Belle kembali melangkah, kali ini memutar mengelilinginya. Setiap langkahnya memantulkan gema keras yang menegangkan. Tatapan penuh kebencian dari perempuan itu tak sedikitpun meninggalkannya dan itu membuatnya mengeratkan pegangan pada tongkat sihirnya, bersiap-siap dengan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Sesungguhnya dia tidak mau percaya kalau Belle akan mampu melukainya, tapi dia juga tahu apa yang mampu dilakukan oleh cincin terkutuk itu.

"Aku ingin kau merasakan rasa sakit yang selama ini kurasakan," kata Belle tenang, suaranya nyaris menyerupai bisikan. "Aku ingin melukaimu separah mungkin... sampai kau tidak bisa mengingat apapun selain rasa sakit."

Ketika Belle akhirnya berhenti melangkah, Cassie mulai melangkah mundur. Ketakutan telah menjalar pada sekujur tubuhnya dan dia tahu bahkan tongkatnya sekalipun tidak akan banyak membantu saat ini.

Belle kembali mengangkat tongkat di tangannya dan mengarahkannya ke wajah Cassie. Dan Cassie hanya bisa menatap dengan horor ketika mulut gadis Weasley itu kembali membuka, bukan untuk kembali mengutarakan kebencian yang dirasakan, melainkan untuk mengucapkan mantra.


TBC


Original Title: Letting Go

Gimana menurut kalian buat twist-nya? Aku ga begitu ahli bikin plot twist, tapi aku nyoba sebaik mungkin di sini. Harusnya cuman Elora yang jadi kambing hitam, tapi banyak dari kalian yang lebih curiga sama Ezra, jadi aku jadiin si ganteng itu kambing hitam juga wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

200K 21.7K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
93.1K 10.5K 51
Start : 18 Mei 2020 Finish : 9 Juni 2020 Jumlah kata : 1000+ kata Story by : SitiaraPelmansyah Cover by : SitiaraPelmansyah Genre : action, penyihir...
6.1K 511 14
kisah kehidupan sehari-hari junseong dan seongho yang dipertemukan di sebuah proyek yang akan membuat mereka lebih dekat. dan bagaimana nantinya seon...
5.6K 452 16
- NOVEL TERJEMAHAN - Original title : 暴君的小良藥 Author: Yi Mu Type: Rebirth Status: Finished Last update: August 12, 2021 The latest chapter: Chapter 72...