A Calm Water

By harubear01214

20.6K 3.4K 853

Ketika danau yang tenang terusik dengan satu lemparan batu. (Hospital Playlist Remake but with my plot) Harub... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21

Chapter 8

787 162 37
By harubear01214

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

Mark, Jeno,  Jaehyun dan Johnny ada di ruang kerja bedah umum. Hari ini hari pertama Jeno bekerja di rumah sakit milik keluarganya dan tentu saja Jaehyun menyambutnya meski malas. Lagipula ia tidak punya pekerjaan pagi ini,  operasi yang dilakukan masih beberapa jam lagi.

"Jadi hanya kami berdua?" tanya Jeno.

Jaehyun mengangguk, "Kau tahu sendiri residen bedah umun jumlahnya sangat sedikit. Itu karena selalu sibuk dan tidak bisa berkencan."

Johnny mendengus, "Entahlah, seperti kutukan. Tidak banyak yang bertahan menjadi residen umum."

"Tapi Hyung bertahan," kata Jeno.

"Kebetulan saja,  bahkan kebetulan juga ia bisa mengencani seorang artis saat itu. Namun tetap saja kandas," kata Jaehyun.

Mata Mark melebar yang menandakan bahwa ia terkejut. "Jinjja? "

Johnny menegak kopinya, "Itu cerita lama."

"Dia sudah tidak berkencan selama meraih gelar Dokter spesialisnya. Sejak 7 tahun lalu?" tanya Jaehyun tak yakin.

"Aku sudah tidak berkencan saat akan ujian spesialis, mungkin lebih lama dari itu," balas Johnny

"Mark Hyung, apa kau berkencan?" tanya Jeno penasaran.

"Apa itu berkencan? Aku bahkan tidak melakukannya," kata Mark.

Jeno mendengus, "Benar-benar kutukan. Satu dokter spesialis bedah umum tidak berkencan sejak tujuh tahun lalu. Satu dokter spesialis bedah anak tidak tertarik untuk berkencan. Satu-satunya residen di sini tidak melakukannya. Setelah ini aku pasti terkena hawa kesendirian juga dan tidak berkencan. Ya Tuhan."

"Itu hanya mitos, kau masih bisa menikah," kata Jaehyun.

"Kenapa tidak kau saja yang menikah?  Dan berikan cucu kepada Eomma!" Jeno setengah berteriak memperingatkan kakaknya.

"Kau tahu, aku masih harus belajar dan mengobati pasien, belum lagi mengajar, menghadiri simposium,  olahraga di akhir pekan. Aku sibuk!" Jaehyun mengatakannya dengan cepat.

Mark dan Johnny menganga.

"Ya!"

"Diam Jung Jeno!"

Johnny dan Mark mengerjap.

"Ya Tuhan, kalian benar-benar kakak-beradik." Johnny masih memperhatikan Jaehyun dan Jeno yang terus saling menatap tajam.

"Ngomong-ngomong, siapa yang akan di Pediatric bulan ini?" tanya Mark mengalihkan pembicaraan.

"Kau saja yang ke pedriatic, Jeno yang akan di GS bulan ini. Tolong ajari dia dengan baik Mark Lee. Dia memang menyebalkan tapi cepat belajar," kata Jaehyun.

"Bukankah kau yang menyebalkan?" kata Jeno membalas ucapan Jaehyun.

"Aniya, itu kau adikku tersayang!" kata Jaehyun sambil tersenyum manis dan menunjukkan dimplenya. "Nah Mark Lee, tolong siapkan operasi Lee Mina. Aku akan bersiap-siap," lanjut Jaehyun dan keluar dari ruangan itu.

Mark Lee mengangguk melaksanakan instruksi yang diberikan Jaehyun barusan lalu keluar ruangan juga menyisakan Jeno dan Johnny. Jeno melihat Johnny yang memainkan ponsel. "Hyung ada jadwal apa?" tanya Jeno.

"Menengok pasien di bangsal VIP. Kau mau ikut? Aku yakin meski ini rumah sakit keluargamu kau belum pernah ke sana. Dan tolong panggil aku Professor untuk urusan formal Jung Jeno," kata Johnny.

Jeno mendengus, "Arrasseo!"

"Oh ya, bukannya ada dua temanmu yang jadi residen juga?" tanya Johnny.

Jeno mengangguk, "Satu ada di bedah saraf dan satunya lagi di bedah jantung."

.

.

.

Taeil membuka ruangan para residen, ia baru sampai rumah sakit karena baru selesai mengajar.  Ia membuka ruangan yang tidak terlalu ramai, hanya ada tiga orang dengan satu wajah baru. Ia tahu bahwa akan ada residen baru di departemennya karena Jaehyun. Ia tidak menyangka pemuda itu benar-benar menuruti permintaannya. Setidaknya ia harus mentraktir sahabatnya itu nanti.

"Wah,  sudah aku duga kalian di sini," kata Taeil sambil meletakkan dua bungkus makanan.

"Annyeong haseyo, Na Jaemin-imnida!"

Taeil tersenyum, "Moon Taeil. Kau teman Jung Jeno?"

Jaemin mengangguk sambil tersenyum canggung sedangkan Hendery dan Xiaojun menganga lebar. "Aku tidak tahu kau teman Jung  Jeno," kata Hendery yang diangguki oleh Xiaojun.

"Itu hanya kebetulan kami berteman," kata Jaemin canggung.

"Kau santai saja Na Jaemin, mereka berdua tidak menggigit. Ngomong-ngomong ini cemilan untuk kalian,  bisa dimakan setelah kita menengok pasien," kata Taeil.

Ketiga pemuda itu mengangguk.

"Aku ganti baju dulu!"

.

.

.

Doyoung melihat bergantian dua pemuda di depannya yang saling menatap tajam. Ia tidak tahu kenapa, karena ia baru sampai di ruangan itu dan berniat mengambil satu bungkus mie instan. Namun niat itu ia urungkan ketika melihat satu pemuda yang baru ia lihat di rumah sakit ini. Jika ditarik kesimpulan,  kemungkinan dia adalah residen baru di bedah jantung.

"Professor Kim, kau lebih menyayangiku kan?" tanya Donghyuck

Doyoung mengerjap, "Apa maksudmu?"

Donghyuck menatap tajam Doyoung namun yang lebih tua lebih memilih mengabaikannya. Doyoung tidak jadi lapar dan sebaiknya ia bersiap untuk melakukan rawat jalan karena pasien hari ini lumayan banyak. "Hwang Renjun kalau kau mau kau bisa ikut melihat proses rawat jalanku," kata Doyoung beranjak.

"Professor!" erang Donghyuck tidak terima.

"Apa?" tanya Doyoung tajam.

Donghyuck menghela nafas,  entah kenapa ia tidak bisa melawan atasannya ini.

"Aku beli roti dan kopi dulu. Ya Tuhan aku tidak jadi lapar padahal belum sarapan pagi ini," gerutu Doyoung keluar dari ruang kerja bedah jantung.

.

.

.

Taeil baru sampai di tempat parkir setelah hari yang panjang untuk bekerja di runah sakit. Malam ini ia akan makan malam bersama teman-temannya. Ia memilih lagu untuk ia dengarkan daripada bosan menunggu manusia-manusia kurang waras itu.

Mata Taeil melebar ketika ada yang merangkulnya tiba-tiba. Ia menoleh karena ia mendapati sebuah senyum dengan jarak sedekat ini. Itu senyum yang bertahun-tahun lalu membuatnya jatuh cinta. Berusaha untuk melupakan namun gagal karena jarak yang terlampau dekat.

"Kenapa kau tidak menggunakan yang tanpa kabel itu lebih enak digunakan. Nanti aku belikan," kata Johnny.

Taeil menggeleng, berusaha menahan debaran jantungnya yang menggila. Johnny selalu bisa melakukan hal ini padanya dengan mudah, hal-hal kecil saja bisa membuatnya seperti ini. "Aku lebih suka ini, lebih nyaman untukku. Lagipula aku senang tidak perlu menyambungkannya dengan Bluetooth."

"Begitu, terserah kalau begitu."

Sedetik kemudian Johnny mengaduh dan melepaskan rangkulannya dari Taeil. Ia melihat Taeyong yang tertawa keras karena omelan Johnny karena saat memukul. Bahu Johnny kekuatannya tidak main-main. Taeil hanya mampu tersenyum melihat kelakuan dua temannya itu, ia tidak heran jika mereka sering bertengkar karena hal-hal kecil seperti ini. Terlalu sering terjadi meski Taeil kadang bosan melihatnya.

"Kita naik mobil Jaehyun?" tanya Taeyong setelah menghentikan pertengkaran kecil tidak penting dari teman-temannya.

Taeil mengangguk, "Iya."

"Omo, itu mobil Jaehyun. Dia beli mobil baru? Sebenarnya seberapa banyak keuntungan bangsal VIP itu?" tanya Johnny.

Beberapa detik kemudian sebuah mobil berhenti di depan ketiga pemuda itu. Doyoung tersenyum karena sudah menempati kursi depan sedangkan Jaehyun berwajah menyebalkan dengan ekspresi pamer.

"Masuklah!" kata Jaehyun terkesan pamer.

"Ya Tuhan Jung, kau mau pamer?" tanya Johnny sambil membuka pintu.

"Biarkan saja Johnny Seo, dia menikmati uangnya sendiri." Itu Taeyong yang membiarkan Taeil masuk lebih dulu agar duduk di antaranya dan Johnny.

"Bukankah di usia seperti ini kita bisa memamerkan kekayaan?" tanya Taeil.

Doyoung menyetujui, "Dia tidak pamer di masa lalu."

"Tenang saja aku mentraktir kalian kalsukgu hari ini, bukankah kita sejak tadi siang menginginkan itu?" tanya Jaehyun.

"Ini untuk mobil baru?" tanya Johnny.

"Anggap saja begitu," kata Jaehyun berkonsentrasi pada kemudi.

"Oh menyebalkan sekali," balas Taeyong.

Mereka hanya membicarakan hal-hal ringan sambil mendengarkan musik selama perjalanan itu.  Begitu sampai dan memesan di kedai semua sudah ricuh untung saja saat itu pelanggan di sana hanya mereka. Jaehyun membantu Doyoung memakai koyo di bahu pemuda itu. Taeyong menelepon ibunya sedangkan Johnny dan Taeil mulai berdebat.

"Kenapa begitu?" tanya Johnny.

"Memang harus begitu Johnny Seo, Appa mungkin akan mengembalikannya jika tahu harga aslinya. Aku harus mengada-ada dengan banyak diskon. Ya Tuhan," keluh Taeil.

"Soal apa?" tanya Jaehyun sambil membagikan piring kepada teman-temannya.

"Alat bantu dengar pasti," kata Doyoung.

"Apa ia tidak senang?" tanya Jaehyun.

Taeil menghela nafas, "Bukannya tidak senang tapi ia tahu harga aslinya dan aku membual banyak hal agar tidak mengembalikannya. Untuk apa aku bekerja keras jika bukan untuknya juga. Apa mereka tidak tahu kalau aku juga punya banyak uang?"

"Orang tua mana yang rela menghabiskan banyak uang anaknya untuk hal yang tidak begitu penting. Kau punya orang tua yang luar biasa," puji Taeyong.

"Aku tau namun aku juga ingin mereka menggunakan uangku. Lagipula bagaimana lagi aku bisa menghabiskan uangku selain aku berikan kepada mereka," kata Taeil.

Jaehyun tersenyum, "Menikah saja."

Taeyong dan Johnny tersedak mendengar Jaehyun, Doyoung terkekeh dan Taeil melotot menatap Jaehyun. "Ya!" kata Taeyong, Johnny dan Taeil bersamaan.

"Apa? Itu cara yang mudah," kata Jaehyun.

Doyoung tersenyum dan mengerling kepada Jaehyun, "Kau benar Yeobo, bagaimana kalau kita menikah?"

"Kita sibuk," jawab Jaehyun santai.

"Ya Tuhan, tolong jangan lanjutkan drama kalian tim perang," kata Taeil.

"Kalian membuatku mual," gerutu Johnny.

"Aku pusing mendengarnya, jangan coba-coba melakukan drama murahan itu di depanku!" Taeyong berkata dengan tegas.

"Ngomong-ngomong kenapa kita selalu beralasan sibuk?" tanya Doyoung.

"Kita memang sibuk, aku bahkan bisa melakukan operasi transplantasi lebih dari delapan kali sebulan," gerutu Johnny.

"Mungkin kita saja yang tidak meluangkan waktu untuk berkencan," kata Taeyong melirik Taeil.

"Pertanyaannya apa kita tertarik melakukannya? Aku bahkan jadi lebih sibuk karena harus belajar manajemen rumah sakit," gerutu Jaehyun.

"Kau harus bertahan Jung," kata Doyoung menepuk bahu Jaehyun,  sedangkan pemuda itu balas tersenyum.

Makanan yang mereka pesan akhirnya terhidang di depan mereka. Seperti biasa Doyoung dan Jaehyun makan paling banyak dan cepat seperti di medan perang. Meski sudah bersama selama bertahun-tahun Taeyong, Johnny dan Taeil masih saja takjub dengan kemampuan makan mereka.

"Kalian seperti dirasuki hantu kelaparan," komentar Johnny tidak percaya.

"Karena aku juga punya Hyung jadi terbiasa," kata Doyoung.

"Aku punya adik dan memang dirasuki," kata Jaehyun.

Tiga lainnya mengerjap mendengar jawaban Jaehyun.

"Ngomong-ngomong Jaehyun, kenapa kau tidak tinggal bersama Jeno?" tanya Taeyong.

Jaehyun tersenyum sambil melirik Doyoung yang berkonsentrasi kepada makanannya. "Dia menyewa sebuah rumah bersama teman-temannya, kami terbiasa tinggal terpisah."

.

.

.

Taeil tidak tahu harus bereaksi seperti apa, namun ia tidak banyak protes saat ini. Taeyong sudah ada di depan gedung apartemennya untuk menjemputnya. Ia mungkin tahu sedikit banyak tentang perasaan Taeyong kepadanya, masalahnya ia sendiri hanya bisa membiarkannya mengalir seperti sungai. Ia juga bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Apa tidak apa-apa dia menerima Taeyong dan melupakan cinta pertamanya?

"Kau memang rajin," puji Taeyong sambil membuka pintu mobil untuk Taeil.

"Kau mau saja aku repotkan!" gerutu Taeil setelah memasang sabuk pengaman.

Taeyong terkekeh, "Sudah aku bilang, aku tidak akan masalah. Lagipula mobilmu ada di rumah sakit sekarang dan tempat tinggal kita searah."

"Searah apanya Lee Taeyong?"

Taeyong terkekeh sambil mengemudi mobilnya. Taeil tahu harus sedikit memutar jika ke rumah Taeyong namun pemuda itu rela menjemputnya. Rasanya aneh sekali, dulu mereka tidak sering melakukan hal seperti ini.

"Kau tidak ingin mengunjungi rumahku?" tanya Taeyong.

"Ah, studio baru."

Taeyong mengangguk, "Ada gitar baru di sana. Apa kau tidak ingin mencobanya?"

Taeil terkekeh, "Kau sepertinya punya banyak uang Lee."

"Ya, mau aku gunakan apalagi selain untuk bersenang-senang dan membuatku bahagia. Jaehyun bilang kita harus melakukan sesuatu yang kita sukai agar bahagia dan tetap sehat."

"Aku heran kenapa Jaehyun tidak berkencan padahal dia baik," kata Taeil.

"Karena baginya lebih baik terjebak daripada berusaha untuk terus bergerak."

Taeil menoleh ke arah Taeyong, "Kau tahu?"

"Hanya menebak, namun aku tidak benar-benar tahu. Dia jarang bercerita padaku."

Taeil mengangguk, mungkin memang perasaan Jaehyun terlalu terlihat.

"Lagipula, aku juga melakukannya."

Taeil tidak sanggup membalasnya.

.

.

.

Jaehyun baru keluar dari mobilnya, ia memeriksa ponselnya sebentar namun saat akan melangkah ia terhenti karena klakson yang berbunyi. Ia berhenti, setelahnya mobil itu terpakir dengan baik beberapa detik kemudian. Ia melihat Johnny keluar dari mobilnya dan tersenyun padanya.

"Mana Doyoung?" tanya Johnny.

"Tadi malam aku mengantarnya karena ada pasien IGD yang harus segera di operasi," kata Jaehyun saat mereka melangkah bersama.

"Mobilnya ada di sini?" tanya Johnny.

Jaehyun hanya mengangguk.

"Jung!"

"Hm?" Jaehyun masih memainkan ponselnya.

"Soal Kim Seokwoo--"

"Aku baik-baik saja jangan mengkhawatirkan itu."

Johnny menghela nafas, ia cukup tahu kalau Jaehyun juga resah karena hal itu namun disembunyikan. Akhirnya ia mengangkat satu tangannya untuk mengusak surai Jaehyun sehingga pemuda itu mengalihkan atensi sepenuhnya kepada Johnny. Untung saja di lift ini hanya ada mereka berdua.

"Aku janji akan melindungimu Jung!"

Jaehyun mengerjap sadar saat suara lift berbunyi dan Johnny keluar dari lift. "Jangan bengong Jung, bekerjalah yang rajin!"

Jaehyun memiringkan kepalanya, "Kenapa dia itu? Aneh sekali, apa dia ingin mengerjaiku tapi gagal?"

.

.

.

Tbc

Oho, update setelah moodku balik gara-gara lagu Make Your Day. ^^

Lanjut ato engga?

Continue Reading

You'll Also Like

511K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
85.6K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
318K 24.1K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
66.9K 13K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...