Setelah hari itu, kami berempat jadi jarang berkomunikasi. Hanya Putri saja yang masih setia bertukar pesan denganku, menceritakan keluh kesah selama kuliah. Aku pun sama.
Aku berharap kami bisa ketemuan dan saling menceritakan kisah masing-masing. Tapi, melihat pertemuan pertama kami setelah hampir tiga bulan terpisah, sepertinya harapanku akan sulit teruwujud. Aku ragu jika aku bisa merasakan kenyamanan lagi setelah melihat sikap Nafa yang kemarin.
Bukannya aku menyalahkan dia. Memang benar manusia itu harus berubah. Apalagi, kami juga sudah besar, sudah dewasa. Kami bebas untuk menentukan pilihan kami. Dan mungkin, ini pilihan Nafa. Bukan melupakan kami, hanya saja dia telah menemukan soulmate-nya. Sedangkan aku, mungkin hanya satu dari sekian teman dekatnya yang menemaninya saat dia masih labil.
Entah ini memang benar adanya, atau hanya aku saja yang terlalu baper. Menganggap bahwa Nafa sudah melupakanku. Bukan, bukan melupakan, hanya saja sikapnya yang berubah.
Ah, sudahlah. Mengapa pula aku harus memikirkan ini? Membuatku jadi sedih saja. Padahal, mungkin Nafa merasa biasa-biasa saja.
Bisa dibilang, inilah akhir kisah dari LAPUNASHA. karena, sampai detik ini, kami belum juga punya kesempatan untuk bertemu. Padahal sudah hampir satu tahun berlalu.
LAPUNASHA akan tetap ada di hati. Tapi, karena keadaan, kami tidak pernah bisa meluapkan rindu. Ah, lagi-lagi keadaan yang disalahkan. Atau mungkin, mereka yang terlalu sibuk dengan yang baru sehingga tidak bisa mencari waktu luang.
***
Akhirnya, cerita ini selesai. Makasih buat kalian yang udah mampir dan membaca cerita ini, apalagi disimpan di library.
Cerita ini berdasarkan kisahku sendiri, tapi ada beberapa yang aku modifikasi.
Aku membuat cerita ini untuk meluapkan rasa rinduku pada mereka bertiga. Sebenarnya, cerita ini saat aku masih SMP. Jadi, bila sampai sekarang, sudah sekitar empat tahun kami tidak bertemu. Kecuali dengan Putri, karena aku satu sekolah saat SMK.
Sepertinya, itu aja dari aku. Intinya, makasih buat kalian yang udah baca cerita ini.