My Conglomerate Husband (Comp...

Oleh Au_thorsecret

89.3K 2.6K 132

Jangan lupa follow sebelum membaca 15+ "Cobalah membenciku..." "Aku tidak bisa...." "Kau egois..." Rank #01-L... Lebih Banyak

-001-
-002-
-003-
-004-
-005-
-006-
-007-
-008-
-009-
-010-
-011-
-012-
-013-
info
Curhat Author
-014-
MHC 15
-016-
Cast Man
-017-
-018-
MHC 19
-020-
MHC 21
MHC 22
-023-
MHC 24
-025-
-026-
-027-
say thank you
-028-
-029-
-030-
MHC 31
-032-
-034-
-035-
-036-
-037-
-038-
-039-
-040-
Exstra Part -001-
Exstra Part -002-
promosi dan pengumuman

-033-

825 35 0
Oleh Au_thorsecret

Dengan gagahnya Amarlic berdiri dihadapan semua orang dengan tuxedo hitamnya. Dia menunggu Erlina yang tak kunjung datang. Seketika semua tamu pun menoleh ke belakang, melihat siapa yang baru saja tiba. Perempuan cantik nan anggun dengan gaun putihnya yang indah sedang berjalan di atas karpet merah menghampiri Amarlic di dalam gandengan sang ayah.

Setelah sampai di hadapan Amarlic, Jordan melepaskan Erlina. Amarlic pun mengulurkan tangannya dan Erlina menyambutnya dengan senang hati. Inilah yang Erlina mimpikan, menikah dengan pria yang ia cintai, meskipun Amarlic tidak memiliki perasaan yang sama.

Amarlic dan Erlina berdiri dihadapan sang pendeta. Satu-persatu mereka mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Selalu bersama di dalam suka dan duka. Menjalankan kewajiban dan mendapatkan haknya sebagai sepasang suami istri. Setia dalam keadaan apapun. Apa mereka akan mengingkarinya?, atau hanya salah satu di antara mereka yang berkhianat?, itu semua hanya Tuhan yang tahu.

Selesai mengucapkan janji setia. Mereka melakukan acara pertukaran cincin. Pendeta pun menyuruh Amarlic mencium Erlina. Seketika Erlina pun merasakan wajahnya memerah. Amarlic menahan pinggang Erlina agar mendekat. Amarlic pun mendekatkan wajahnya pada Erlina. Lalu, ia mengecup puncak kepala Erlina singkat.

Tepukan tangan pun mendadak meriah ketika melihat sepasang suami-istri yang akan menempuh hidup baru bersama-sama. "Aku tidak kuat melihat ini. Erlina, semoga kau bahagia hidup bersamanya ...," lirih Fransisco.

"Aku akan mencari kebahagiaanku sendiri, Erlina, ketika kau sudah bahagia dengan laki-laki yang dapat membuatmu menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia ini ... "

"Terima kasih, Frans, terima kasih banyak. Kumohon jangan tinggalkan aku, tetaplah di sampingku. Menjadi sahabat yang terbaik untukku ... "

"Aku akan pergi," ucap Fransisco, tetapi Viola menahannya. "Tidak seperti itu caranya, Frans. Kau harus merelakan Erlina. Kita harus mengucapkan selamat pada mereka," desak Viola.

"Namun, hatiku sakit, Viola. Aku tidak rela melepaskannya," ucap Fransisco seraya menautkan jari-jemarinya. "I know, Frans, lihatlah Erlina tampak bahagia sekali menikah dengan Amarlic. Apakah kau tidak bahagia melihatnya?" tanya Viola.

"Aku bahagia ketika Erlina bahagia," jawab Fransisco. Ia memperhatikan Erlina dan Amarlic yang sedang menyalami tamu-tamu.

"Ayo, kita ke sana." Viola menarik tangan besar Fransisco, tetapi Fransisco tak ada niat untuk bergerak dari posisinya sedikit pun. "Tunggu sampai Amarlic tidak berada di samping Erlina," ucap Fransisco menjawab kebingungan Viola.

Viola mengangguk mengiyakan, "hmm ..., baiklah." Amarlic pun tampak menjauh dari Erlina, sepertinya ia sedang mengangkat panggilan dari seseorang. "Ayo, ke sana," ajak Fransisco, dibalas anggukkan oleh Viola.

Mereka berdua menghampiri Erlina yang sedang meminum segelas jus jeruk yang ada ditangannya. Sedangkan Amarlic, ia tidak tahu keberadaannya sekarang ada di mana.

"Erlina, selamat untukmu. Kau sangat cantik hari ini, tetapi kau sudah menjadi istri orang lain," ucap Fransisco seraya menjabat tangan Erlina. "Terima kasih, Frans, tetaplah menjadi sahabatku. Kau sudah berjanji padaku, kau akan selalu berada di sampingku, jika aku membutuhkanmu," sahut Erlina, membuat Fransisco tersenyum mencoba menutupi luka di hatinya.

"Please, hug me, Erlina! Untuk terakhir kalinya. Mana mungkin aku dapat memelukmu setiap hari, jika kau nya saja sudah memiliki suami," rengek Fransisco. Erlina hanya bisa tersenyum tipis.

Erlina memeluk sahabatnya itu sekaligus mantan pacarnya. Andai, semua orang yang berada di sini tahu, aku tidak sebahagia apa yang mereka lihat. Aku menikahi pria yang tidak mencintaiku, batin Erlina, ia pun menitikkan air matanya.

Kukira kau memintaku bersamamu terus, itu berarti aku memiliki waktu untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Ternyata, aku salah menilainya, batin Fransisco.

Fransisco melerai pelukannya, lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Erlina. Fransisco pun menangkup  kedua pipi Erlina. "Maukah kau berjanji padaku?" tanya Fransisco. Erlina pun mengangguk dengan ragu. "Jangan menangis lagi demiku, aku tidak ingin kau membuang air matamu dengan cuma-cuma. Aku ingin kau bahagia, Erlina. Sekarang atau pun nanti!" Tutur Fransisco.

"Aku tidak yakin jika aku bisa menepati janjiku, tetapi aku akan berusaha untuk itu," balas Erlina. Fransisco pun tersenyum, ia menurunkan tangannya dari pipi Erlina. "Baiklah, aku tidak bisa berlama-lama di sini, pekerjaanku menumpuk. Ayo, Viola," ajak Fransisco.

"Aku ingin bicara dahulu dengan Erlina, Frans." Fransisco pun mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah, aku menunggumu di mobil." Fransisco melenggang pergi menuju ke parkiran.

"Viola, how are you?" tanya Erlina ketika Fransisco sudah pergi. "I am okay, selamat untukmu Mrs," ucap Viola. "Don't call me Mrs, aku temanmu, Viola. Hehe ... " Erlina terkekeh yang diikuti oleh Viola. Kedua tangan Erlina beralih untuk memeluk Viola.  "Viola, aku menitip Frans padamu, aku mohon jagalah dia. Buatlah ia jatuh cinta denganmu sampai ia melupakanku," bisik Erlina tepat di telinga Viola.

Viola pun terkejut mendengar permintaan dari Erlina. Ia melerai pelukannya, "aku tidak mungkin dapat melakukan itu, Erlina. Ia hanya mencintaimu, lagi pula ia hanya menganggapku temannya," sanggah Viola.

"Kau mampu, Viola, aku yakin padamu!" Erlina menyentuh bahu Viola untuk seperkian detik, lalu melenggang pergi begitu saja.

"Hufft ... " Viola hanya mampu menghembuskan nafasnya berat. Apakah aku mampu?, pikirnya.

🗽🗽🗽

"Karina, apa kau tidak cemburu melihatku menikah dengan Erlina?" tanya Amarlic. "Semua wanita merasakan itu jika pria yang ia cintai bersama wanita lain, Amarlic," jawab Karina.

Di taman belakanglah, Amarlic dan Karina memutuskan untuk bertemu. Bagaimana bisa bertemu? Ya, tadi Karina lah yang menghubungi Amarlic.

"Lalu, mengapa kau tidak menggagalkan pernikahanku dengannya, dan kita yang akan menikah, Karina?" tanya Amarlic penasaran. "Aku tidak sejahat Erlina yang menghancurkan hubungan kita," tukas Karina.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak memiliki perasaan padanya." Karina menyentuh pipi Amarlic, "kau mencintaiku, 'kan?" Amarlic mengangguk sebagai jawaban.

"Jika kau benar-benar mencintaiku, lakukanlah apa yang harus kau lakukan kepada Erlina, perlakukan ia sebagai istrimu. Dan bahagialah, aku selalu menunggu dirimu," ucap Karina. Aku selalu menunggumu hancur, Amarlic, lanjut Karina di dalam hati.

"Namun aku tid ... "

"Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?" sela Karina. Tanpa jawaban, Amarlic pun langsung membawa Karina ke dalam dekapannya. Ia memeluknya dengan erat, seraya mengecupi puncak kepala Karina berkali-kali. Berharap perempuan yang ia cintai tak akan pergi. Namun, ia tahu, semua itu tak akan pernah terjadi.

"Amarlic ..., hiks ...," lirih Erlina ketika tak sengaja melihat sang suami dengan mantan kekasihnya.

Rasakan ini, Erlina, batin Karina. Ia melihat Erlina pergi dengan tangisannya.

🗽🗽🗽

"Erlina kau mau pergi kemana?" tanya Steven ketika melihat Erlina hendak pergi entah kemana. "A---aku hanya ingin menghampiri mamah dan ayah," jawab Erlina beralibi.

"Bukannya mamah tidak ingin menemuimu lagi?" tanya Steven penasaran. Membuat Erlina terserang gugup seketika. "Duduklah, ayo!" Titah Steven. Mereka berdua pun duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Kakak sudah mengetahuinya?" tanya Erlina. "Iya, kakak sudah tahu pesan-pesan ancaman itu sejak kau baru pulang dari rumah sakit. Waktu itu ayah dan kakak hanya menganggapnya sebagai keusilan orang lain. Dan kakak tidak tahu jika saat ini, ancaman itu menjadi sangat serius," terang Steven.

"Apa mamah menyakitimu, Erlina?" tanya Steven. "Tidak," jawab Erlina mantap. Steven tersenyum tipis.

"Jagalah dirimu dengan baik, Erlina. Untuk sekarang, kakak sudah memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Berbahagialah dengan Amarlic, jangan membuat semua orang ikut memikirkan kehidupanmu. Kakak tahu dari ayah jika mamah sudah membentakmu, tetapi menurut kakak kau adalah hidup kakak. Bukan orang asing yang singgah begitu saja. Jangan dengarkan perkataan orang yang membuatmu sedih. Kakak akan kembali lagi ke Los Angeles," tutur Steven, membuat Erlina menahan tangisnya.

"Kak, terima kasih telah membuat diriku menjadi wanita yang kuat," ucap Erlina. Steven pun membawa Erlina ke dalam dekapannya, "sama-sama adikku sayang." Tangan Steven pun beralih untuk mengusap-usap rambut Erlina.

"Kakak sangat berat meninggalkanmu, Erlina ...," lirih Steven. "Steven, ayo kita pergi sekarang, Erlina jaga dirimu baik-baik," ucap Endless yang baru saja datang bersama Ameera. Endless menggandeng lengan Steven lalu menariknya untuk pergi begitu saja. Membuat Erlina menatap kepergian Steven dengan penuh iba.

"Erlina, mamah ingin bicara padamu. Ikut mamah!" Titah Ameera, Erlina pun menurut saja.

Mereka berdua memasuki salah satu kamar di hotel di mana tempat acara pernikahan dilaksanakan. "Erlina, aku dan suamiku sudah menuruti permintaan terakhirmu. Sekarang, kau yang harus menuruti kami. Karena, kau sudah tidak ada urusan lagi dengan keluargaku, kau tidak perlu mengunjungi kami. Kau tidak perlu menghubungi kami lagi. Bersikaplah seperti orang yang tidak saling mengenal jika bertemu. Karena mulai sekarang kau bukan anakku, kau bukan siapa-siapa lagi di keluargaku!" Seru Ameera.

"Namun, mah ..., aku menyayangi kalian semua ...," lirih Erlina, menatap Ameera dengan tatapan memohon. "Maka dari itu, jika kau menyayangi kami, jauhi kami!! Ini untuk keselamatan keluargamu yang kau sayang, apa kau tidak mau?!" Sarkas Ameera.

"Aku ..., aku hiks ..., baiklah, Mah. Aku akan pergi dari hidupmu," ucap Erlina tercekat, menahan tangis. "Bagus, aku akan pergi," ucap Ameera hendak membuka pintu jika Erlina tidak menyentuh tangan Ameera, "mah ... " Ameera membalikkan tubuhnya dan menaiki sebelah alisnya.

"Bolehkah aku memeluk mamah untuk terakhir kalinya, mungkin aku akan merindukan itu darimu," ucap Erlina. Ameera mengangguk singkat. Erlina pun memeluk Ameera erat. Sedangkan Ameera, ia ingin membalas, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Erlina menangis tanpa suara di belakang Ameera. Maafkan mamah, Erlina, mamah pun sedih harus kehilanganmu. Namun, ini untuk kebaikan keluargamu juga, batin Ameera.

"Sudah, kau harus ke bawah. Jangan sampai air matamu keluar lagi di sana. Nanti orang-orang akan curiga," pesan Ameera.  "Mah ..., aku tahu kau masih sangat menyayangiku, benar, 'kan?" tanya Erlina menentang keputusan Ameera.

"Khe ..., percaya diri sekali. Ingat, ya! Kau harus tahu, aku membencimu! Kau anak yang merepotkan, tidak ada bosan-bosannya keluar masuk rumah sakit. Pantas saja kebahagiaan tidak pernah berpihak padamu! Kau memang tidak pantas merasakan itu!!" Bentak Ameera.

Erlina pun tidak percaya jika dirinya semerepotkan itu. Ia pun terdiam, ia tidak mampu mengatakan apapun lagi. "Kau membuang waktu ku, Erlina." Setelah mengatakan itu, Ameera pun keluar dan menutup pintu dengan keras.

Erlina  menangis sejadi-jadinya di balik pintu. Tubuhnya merosot, ia lemah sekarang. Ia tidak memiliki orang tua lagi. Erlina menekan dadanya yang sesak. Tanpa disadari, darah segar keluar dari hidungnya. Ia cepat-cepat mengusapnya dengan kasar. Lalu, ia menangis lagi. "Apa aku seburuk itu ...," lirih Erlina ketika mengingat perkataan Ameera.

Tok ... tok ...

"Permisi, Nyonya Erlina. Apakah kau berada di dalam?" tanya seseorang dari luar. Erlina pun bangkit tertatih-tatih, ia menghapus air matanya kasar. Tangan dinginnya pun membuka knop pintu.  "Ya, ada apa?" sahut Erlina.

"Suamimu menyuruhku untuk memanggilmu, Nyonya," jawab pelayan laki-laki itu. "Baiklah," ucap Erlina.

"Apa kau baik-baik saja, Nyonya?" tanya Pelayan itu lagi. "Iya aku baik, ada apa memangnya?"  "Hidung Anda mengeluarkan darah," jawab pelayan itu khawatir.

"Ah, ini ... "

"Ini, pakai saja sapu tanganku, Nyonya." ucap pelayan itu, mengambil sapu tangannya disaku celananya.

"Terima kasih ya, aku permisi"ucap Erlina, melenggang pergi setelah mengelap darahnya hingga bersih.

Pelayan itu pun memandangi punggung Erlina yang semakin menghilang dari penglihatannya. Sepertinya, nona manis itu banyak masalah, pikir pelayan itu.

Erlina menghampiri Amarlic yang sudah berada di parkiran. Dengan posisi menyandar di mobil dan memasukkan tangannya ke saku celana.

"Darimana saja kau?" tanya Amarlic ketus. "Maaf, tadi aku menemui mamah," jawab Erlina. "Masuklah!" Suruh Amarlic sebelum ia memasuki mobil. Erlina pun melakukan hal yang sama.

Amarlic membawa mobilnya menuju ke mansionnya. Tidak ada yang membuka pembicaraan di antara mereka. Hanya keheningan yang ada. Sesampainya di mansion, Amarlic langsung melenggang pergi masuk ke dalam mansion begitu saja, meninggalkan Erlina sendirian di dalam mobil.

Hati Erlina meringis melihat itu. "Aku kira dia akan membukakan pintu, lalu membantuku turun dan menggendongku sampai kamar. Khe ... , itu hanya mimpi kau Erlina," gumam Erlina.

Ia pun turun dan mengambil koper yang berisi barang-barangnya di bagasi mobil. Bodoh kau, Erlina. Sudah tahu kakakku tidak mencintaimu. Rasakan akibatnya sendiri, batin Jesicca seraya memerhatikan Erlina dari balkon kamarnya.

Kedua tangan lembut pun meraih koper yang hendak Erlina bawa. Hal itu membuat Erlina melihat seseorang yang sedang tersenyum padanya. "Terima kasih, Alexsha."

"Sama-sama, Nyonya."

"Apa-apaan si Alexsha, sok perhatian sekali dia. Lihat saja, aku akan menyingkirkan orang yang membela atau pun membantu si Erlina itu!"

🗽🗽🗽

Las Vegas 9.48 PM

"Amarlic, kau mabuk. Erlina mencarimu sedari tadi," ucap Damietta ketika Amarlic datang dengan keadaan tidak sadar.

Amarlic memutuskan pergi keluar sebentar pukul tujuh malam. Namun, tak sengaja ia bertemu Karina ketika ia hendak membeli sesuatu di mini market. Karina pun mengajak Amarlic untuk ke klub sebentar dan minum. Karina menyuruh Amarlic meminumnya lagi, dan lagi sampai ia mabuk.

"Oh tuhan, Amarlic, apa kau baik-baik saja?" tanya Erlina yang baru saja turun dari kamarnya. "Erlina, bawalah Amarlic k ekamarnya, ya. Dan kau juga istirahat, ini sudah malam," pesan Damietta.

"Baiklah, Mih." Erlina merangkul Amarlic yang sudah meracau tidak jelas. Erlina membantu Amarlic menaiki tangga. Sesampainya di kamar, Erlina membaringkan Amarlic di ranjang. Membuka sepatu, jaket serta ikat pinggang Amarlic, agar ia lebih nyaman untuk tidur. Lalu, tidak lupa ia menyelimuti suaminya juga.

Seusai melakukan itu, Erlina memilih untuk ke balkon kamar Amarlic. Memandangi langit yang selalu dirindukan untuk ditatap, Mengapa semua orang menjauhiku, Tuhan? Kupikir hidupku begitu rumit, pikir Erlina.

Semilir angin berhembus membuat rambut Erlina melambai-lambai. Tangan besar pun memeluknya dari belakang. Tubuh Erlina menegang seketika.

"Diamlah," bisik Amarlic di telinga Erlina. Amarlic menghirup ceruk leher Erlina dalam. Membuat Erlina merinding. "A---Amarlic kau sudah sadar?" tanya Erlina gugup. Amarlic pun diam saja.

"Amarlic, maaf aku tidak dapat melakukannya sekarang. Kau ..., kau sedang mabuk. Aku tidak mau," tangkas Erlina ketika ia tahu apa yang akan dilakukan Amarlic.

"Tidak, Sayang. Ini malam pertama kita. Kita harus melakukan ini sekarang," ucap Amarlic. Erlina membalikkan tubuhnya untuk menghadap Amarlic. "Aku mencintaimu ..., Karina." Ingin rasanya Erlina menangis ketika nama Karina lah yang selalu disebut.

Erlina menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. "No, Amarlic! Aku Erlina, bukan Karina." Amarlic tetap melanjutkan aksinya tanpa menghiraukan Erlina yang sudah meneteskan air matanya, ia merasa dilecehkan.

"Apa aku menyakitimu, Karina?" Erlina menggelengkan kepalanya lemah.  "Aku bukan Karina, Amarlic. Aku Erlina!" Teriak Erlina, mencoba menyadarkan Amarlic.

Amarlic menarik Erlina, dan menjatuhkannya ke ranjang. Erlina beringsut mundur ketika Amarlic mulai mendekatinya. Kedua tangan besar Amarlic menarik kedua kaki Erlina sampai ia berada di bawah kungkungannya. Erlina pun menangis tidak berdaya. Jika, ini sudah takdirnya, ia akan merelakannya.

🗽🗽🗽

Terik sinar matahari mengganggu tidur Erlina. Ia pun mengerjapkan matanya. Apakah semalam aku sudah melakukan itu? Ah, benar aku melakukannya. Aku mengingatnya ketika ia meneriaki nama ..., batin Erlina. Air mata pun mengalir begitu saja ketika mengingat Amarlic bukan menyebut namanya, melainkan Karina.

Erlina berpura-pura tidur, ketika merasakan pergerakan dari seseorang di sebelahnya. "Erlina, maafkan aku,  aku tidak sengaja semalam. Aku bersumpah tidak pernah memiliki niat untuk menyentuhmu," ucap Amarlic dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Erlina sama sekali tidak ingin bicara, ia masih sibuk menetralkan pikirannya yang kacau. "Aku tahu kalau kau sudah bangun, menghadaplah ke arahku, Erlina!" Mau tak mau, Erlina pun membalikkan tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun.

"Apa aku menyakitimu semalam?" tanya Amarlic seraya menghapus air mata Erlina. "Sedikit," gumam Erlina membuat Amarlic tersenyum tipis.

"Tutup matamu, Erlina! Aku ingin memakai baju," suruh Amarlic. "Baiklah." Erlina menutup kedua matanya menggunakan bantal.

"Sudah belum?" tanya Erlina. "Belum, sedikit lagi," jawab Amarlic.

"Sudah?"

"Belum."

"Sudah, kah?"

"Belum, mengapa kau menjadi tidak sabaran?" geram Amarlic.

"Sudah, 'kan?" tanya Erlina lagi.

"Bukalah matamu lebar-lebar!" Ketus Amarlic membuat Erlina terkekeh.

Erlina pun membuka matanya ketika Amarlic sudah menggunakan pakaian lengkap. Erlina mendudukkan posisinya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Mandi lah duluan, aku akan ke bawah sebentar." Erlina mengangguk patuh dengan senyum kakunya. "Dan satu lagi, lupakan yang semalam!" Ucap Amarlic sebelum ia benar-benar menghilang dari balik pintu.

Lagi-lagi Erlina hanya bisa tersenyum miris. Ya, inilah aku. Wanita bodoh yang selalu dibodohi!

🗽🗽🗽

"Alexsha, kau sedang memasak apa?" tanya Erlina yang baru saja datang.  "Sa---saya pun bingung, Nyonya. Saya kehabisan ide," jawab Alexsha.

"Aku kagum padamu, di usiamu yang baru delapan belas tahun. Kau bisa memasak dengan handal," ucap Erlina membuat Alexsha tersenyum.

"Bagaimana jika kau membantuku memasak twenty vegetables fried rice?" tanya Erlina seraya menaikkan kedua alisnya. "Baik, Nyonya. Saya selalu bersedia membantu Nyonya Erlina," sahut Alexsha.

Alexsha mengambil bermacam-macam sayuran. Lalu, mencuci dan memotongnya. Sedangkan, Erlina memanaskan wajan. "Bagaimana kuliahmu, apa kau suka dengan kampusnya?" tanya Erlina sembari menuangkan nasi ke dalam wajan.

"Saya suka, Nyonya. Terima kasih, Karena Nyonya Erlina, Tuan Amarlic membiayai kuliah saya," ucap Alexsha.

"Sama-sama, Alexsha. Sepertinya kau bisa menganggapku kakakmu, dan jangan memanggilku Nyonya. Hehe ..., aku pun tidak memiliki apa-apa di sini." Alexsha memperhatikan wajah Erlina yang menatap kosong ke arah depan.

"Namun, Nyonya sudah menjadi anggota keluarga Chatillon," ucap Alexsha bingung. "Hidupku tidak seindah yang kau bayangkan, Alexsha."

Alexsha menatap Erlina dengan sorotan yang penuh pertanyaan. Erlina tersenyum menutupi kesedihannya. Inilah kebiasaan Erlina, selalu membuat orang lain bahagia, tetapi tidak ada yang dapat membahagiakannya.

"Tidak perlu dipikirkan, Alexsha. Now, aku minta tolong ambilkan piringnya, ya." Alexsha mengangguk patuh.

Erlina memplating twenty vegetables fried rice buatannya. Lalu, membawanya ke meja makan. Sedangkan, Alexsha beralih menyiapkan susu hangat.


"Terima kasih, Kak. Kau sudah mau membantuku," ucap Alexsha. "You're welcome, panggilan baruku darimu sangat bagus, Alexsha. Jika, kau sedang membutuhkan sesuatu katakan saja padaku, anggap saja aku kakakmu sendiri," sahut Erlina, menyentuh bahu Alexsha. "Yasudah, aku ingin memanggil Amarlic untuk sarapan." Alexsha pun menganggukan kepalanya.

Kau sangat baik hati, Kak, batin Alexsha.

Erlina pun membuka pintu kamarnya, dan tampaklah Amarlic yang sedang mencoba menghubungi seseorang. "Amarlic, sarapannya sudah siap di bawah," ucap Erlina.

"Baiklah, aku sedang menghubungi teman kantorku dahulu." Amarlic melangkahkan kedua kakinya menuju balkon.

Erlina hendak keluar kamar jika, ia tidak mendengar Amarlic sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Erlina memutuskan untuk mendengarkannya dari balik tembok.

"Amarlic, bagaimana malam pertamamu dengan Erlina?" tanya seseorang dari seberang sana.

"Aku melakukannya seperti apa yang kau suruh padaku, Karina. Sudahkah kau percaya padaku jika aku mencintaimu. Kau menyuruhku harus melakukannya dengan Erlina, aku sudah melakukannya. Meskipun itu juga hanya sebuah kecelakaan."

"Selamat ya, Amarlic. Aku bahagia mendengarnya. Kau sudah menjadi milik Erlina seutuhnya sekarang."

"Apa kau tidak cemburu melihatku bersama, Erlina? Apa kau tidak percaya jika aku hanya mencintaimu, Karina? Aku kecewa padamu Karina, jangan mencoba menghubungiku lagi. Aku akan mencoba menerima Erlina menjadi istriku, dan berusaha untuk mencintainya. Itu kan yang kau inginkan, kau senangkan melihatku tersiksa bersama wanita yang tidak aku cintai. Baiklah, jika seperti itu, aku akan melupakanmu."

"Bukan seperti itu maksudku, Am ... "

Tut ...

Amarlic mematikan panggilannya secara sepihak. "Arrrgh ... " Amarlic tampak sangat frustasi. Erlina yang melihat itu pun semakin merasa bersalah kepada Amarlic. "Aku sangat jahat memisahkan mereka yang saling mencintai ... " Erlina pun meneteskan air matanya lagi.

Namun, tangannya langsung menyekanya dengan kasar, ia harus cepat pergi dari sini. Sebelum Amarlic mengetahuinya jika ia mendengar pembicaraan Amarlic.

Bruk

Tanpa disadari Erlina, ia menutup pintu dengan sedikit kencang. Sehingga mengeluarkan suara. Amarlic pun langsung masuk ke dalam kamar, memastikan jika ada seseorang yang baru saja pergi.

"Erlina ...," gumam Amarlic.

🗽🗽🗽

Amarlic turun dengan wajah seperti biasanya, datar. Ia pun langsung ke meja makan yang disana sudah ada Damietta, Christian, Jesicca dan Erlina.

"Kau kemana saja, Amarlic? Kami menunggumu sangat lama?" tanya Christian ketika melihat Amarlic datang.

"Sorry, aku baru selesai mandi." Amarlic duduk di hadapan Erlina. Erlina pun menjadi salah tingkah karena Amarlic yang tidak pernah berhenti menatapnya. Kau berbohong, Amarlic! Bukan kah, kau habis menghubungi Karina?, sarkas Erlina di dalam hati.


"Khe ..., pasti kau lelah, ya. Erlina, bagaimana Amarlic semalam, apa ia cukup profesional?" tanya Christian membuat Erlina menahan senyumnya. "Pasti Amarlic memiliki bakat yang menurun darimu, Tuan Christian." Damietta dan Christian pun terkekeh mendengarnya.


"Aku tidak berbakat melakukannya, tetapi Erlina lah yang agresif padaku." Erlina membelalakan kedua matanya mendengar jawaban Amarlic, "Amarlic ...," geram Erlina.


"Haha ..., mamih masih tidak percaya jika kau seperti itu," sahut Damietta di sela-sela tawanya.
"Biasanya memang seperti itu, Mih. Wanita lebih agresif jika kita para pria sudah memulai," timpal Christian.

"Amarlic yang memaksaku." Semua pasang mata yang berada di ruang makan pun terkejut tidak percaya mendengarnya. Ya, Amarlic sangat jahat.  Dia menganggapku Karina, bukan aku, lanjut Erlina di dalam hati.

Amarlic menatap tajam Erlina. Yang diperlakukan seperti itu pun hanya menaikkan sebelah alisnya, berpura-pura tidak mengerti.

"Hei di sini ada aku, apa aku harus mendengarkan pembicaraan dewasa kalian. Sungguh tidak adil," sarkas Jesicca yang sedari tadi diam saja.

"Pembicaraan dewasa?, apa maksudmu, Nak?  Kami membicarakan game yang kami mainkan tadi malam. Kau nya saja yang tidur terus," balas Christian membuat mereka menahan tawa.

"Benarkah, kalian jahat sekali tidak mengajakku," gumam Jesicca, melanjutkan makannya.

"Terus saja kau membohongi putrimu," bisik Damietta di telinga suaminya. Christian pun cekikikan sendiri.

Maaf agak sedikit vulgar. Hehehe😁


Jangan lupa vommentnya, ya ;)

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

353K 30K 65
"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seoran...
4.7K 447 14
Xabiru tidak tahu apa itu definisi seorang papa. Siapa yang harus dia panggil papa? Atau dimana papanya berada. Itulah pertanyaan yang selalu bersara...
1.9K 173 171
27 Desember 2022 Raw No Edit Google Translate MTL Novel 1: http://www.jjwxc.net/onebook.php?novelid=4204284 穿成炮灰后我掰弯了反派总裁 (Setelah bertransmigrasi me...
121K 15.3K 32
[Republish] Tentang Son Wendy yang memilih Min Yoongi sebagai cinta pertamanya. Lalu bagaimana dengan Min Yoongi? . . . [Cerita ringan, ngga bikin bo...