Annoying But Sexy Guy With Me...

By dellafits

17.8K 683 104

"Aku memang terobsesi padamu, belum mencintaimu." Kata laki-laki itu, menatap Sonya dalam. "Kau gila!" Timpal... More

What the...
Annoying guy
Say Hi
Talkshow
Introduction of cast
Breakfast
Salvador
Sick moment
Who?
Anything
Informasi

Bad Festival

1K 56 7
By dellafits

Sudah tiga hari ini Sonya terus mengabaikan Gallen yang berusaha menggodanya. Padahal Sonya berpikir ia akan mendapat penjelasan dari laki-laki itu mengenai kejadian kemarin, tapi malah Gallen bersikap seakan tak terjadi apa-apa.

Akhirnya Sonya jatuh pada pilihannya yaitu berkencan dengan Gavin ke perayaan musik di Salvador. Dan sekarang adalah waktunya. Sebuah keuntungan juga karena Gallen sedang tidak ada di hotel. Ia ada take syuting di sudut kota, jadi Sonya tidak perlu repot-repot menyelinap keluar dan berdebat dengan Gallen.

Sonya sudah siap dengan outfit karnival yang menurutnya sangat memukau, juga riasan bold di wajahnya. Jujur saja ia sangat menyukai acara perayaan seperti ini. Membuat dirinya merasa bebas dan tidak kesepian.

Gavin sudah mengirim pesan singkat kepada Sonya, memintanya untuk segera keluar ke jalan raya karena mereka harus melakukan reservasi tempat di sana agar lebih nyaman menikmati festival musik di malam ini.

Jaket hitam tebal sengaja dipakai untuk membalut tubuhnya yang berpakaian seksi. Ia juga menggunakan logika jika sangat tidak mungkin keluar hotel berkelas dengan pakaian seperti itu. Apalagi ia orang terpandang saat ini.

"Wow, you look so amazing!" Puja Gavin ketika Sonya memasuki mobilnya.

"Terima kasih, Gavin." Jawab Sonya.

"Are you ready for festival music?"

"Yas! I'm ready!" Balas Sonya senang. Gavin langsung melajukan mobil jeepnya menuju tempat dimana carnival berlangsung.

Suasana malam yang dingin disertai lautan manusia yang asik meliukkan badannya di bawah alunan musik membuat Sonya terbawa suasana. Memang pada dasarnya Sonya adalah anak yang hiperaktif.

"Kau ingin menari?" Teriak Gavin pada Sonya karena suaranya yang teredam musik.

"Ya! Aku akan menari di sana. Apa kau mau ikut?" Balas teriak Sonya.

"Kita kesana!" Ajak Gavin menarik tangan Sonya.

Mereka menuju tengah-tengah manusia yang sibuk menari-nari dibawah alunan musik. Tampak sekali Sonya yang senang akan hal itu. Gavin terus memperhatikan raut Sonya yang berseri, ia pun tersenyum.

"Apa kau minum?" Tanya Gavin.

"Kenapa tidak?" Balas Sonya yang masih asik menari.

Gavin pergi sebentar untuk membeli sebotol wine dan gelas untuk mereka berdua. Kemudian kembali pada Sonya yang sudah menari dengan pria lain.

Gavin segera menepis tangan pria asing itu yang hampir saja menyentuh pantat Sonya. Pria asing itu pergi sembari mengumpat pada Gavin. Gavin tidak peduli, ia segera menarik Sonya untuk keluar dari kerumunan.

Sonya berkerut tak suka. "Kenapa kau membawaku kesini? Aku masih ingin menari." Racaunya.

"Apa kau minum pemberian laki-laki tadi?" Tanya Gavin yang melihat laki-laki asing tadi membawa segelas Moscato (wine putih).

"Ya, kenapa?" Jawab Sonya, Gavin menghela nafas kasar.

Semoga saja minuman itu tidak ada campuran obat perangsang. Batin Gavin. Ia cukup tau, marak sekali di festival seperti ini para pria brengsek memberi obat perangsang kepada wanita untuk sekedar mendapat kepuasan birahinya.

"Ikut aku ke tenda terlebih dahulu." Ajak Gavin.

Sonya menurut saja. Lelaki itu menuntunnya ke sebuah ruangan terbuka semacam meja club dimana terdapat teman-teman Gavin disana.

Ada dua pasangan yang saling beradu ciuman panas sembari menggerayangi tubuh satu sama lain, ada juga gay yang juga beradu lidah. Kehadiran Gavin menyudahi aktivitas mereka semua. Gavin melakukan high-five seperti biasanya dan Sonya langsung mengambil tempat duduk di samping wanita berbikini.

"Apa kalian tidak menikmati musiknya?" Tanya seorang pria berambut blonde.

"Aku mengajaknya untuk beristirahat sebentar." Timpal Gavin. "Dan ya, perkenalkan dia Sonya, temanku."

"Hai semua." Sapa Sonya, semua menyambut baik sapaannya.

"Aku Jeremy." Kata si pria berambut cokelat.

"Aku Elard."

"Hai Sonya, aku Anggie." Sapa wanita yang sedang duduk di pangkuan Jeremy.

"Jorge." Pasangan Gay si Elard.

"Me Lindsay."

"Niel." Kata Si pria berambut pirang yang sedang menidurkan tubuhnya di paha Lindsay.

"Aku Will." Kata si pria tampan dengan tampang tengil. Terlihat sekali fuckboy-nya.

"Aku Sandy, by the way kau serius hanya teman?" Goda seorang wanita rambut pirang pada Gavin.

"Ini kencan pertama kami, San." Gavin terkekeh mengatakannya. Sonya ikut tersenyum malu-malu.

"Baiklah. Kami akan bermain Truth Or Dare, apa kalian ikut?" Tanya Sandy kepada Sonya dan Gavin.

Gavin menoleh pada Sonya, gadis itu mengangguk setuju.

"Baiklah, putar botol amer itu, Jorge!" Pinta Sandy.

Botol kaca kosong itu berputar tiga kali dan tertuju pada Gavin.

"Truth." Jawab Gavin.

"Berapa kali kau meniduri jalang?" Tanya Anggie.

Gavin mengangguk seraya berpikir, "Mungkin sekali." Jawabnya ragu membuat Sonya langsung melirik Gavin. Ia kira Gavin bukanlah pria seperti itu, nyatanya... Ya sudahlah. Memang tidak ada yang sempurna.

"Oke baiklah, Dude! Kau bukanlah pria suci. Hahaha." Kata Sandy mengejek. "Putar Gavin!"

Gavin memutar botolnya kemudian mengarah kepada Sandy sendiri.

"Dare." Jawab Sandy menantang.

"Minumlah satu botol vodka ini, Sayang." Pinta Jorge.

Sandy menerima uluran botol vodka yang masih penuh isinya. Kemudian diteguk hingga tandas tak bersisa. Sonya yang melihatnya ikut meneguk saliva, apa dia bisa menghabiskan sebotol jika gilirannya tiba?

Botol kembali di putar hingga tertuju pada Anggie.

"I dare!" Seru Anggie.

"Bermainlah dengan Jeremy hingga pagi!" Tantang Niel.

"Kau sanggup, babe?" Tanya Anggie.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, sayang." Jawab Jeremy tersenyum kemudian mengecup bibir Anggie sekilas.

Botol berputar, menunjuk pada Elard.

"Truth."

"Apa hal yang paling memalukan yang pernah kau alami?" Tanya Gavin.

"Ah tidak jadi, Dare saja." Tolak Elard, malu mengatakan pengalamannya.

"Kau harus membayar sewa kamar Jeremy dan Anggie selama mereka bercinta." Pinta Gavin.

"Sialan kau Gavin! Mereka yang menikmati aku yang menderita." Pekik Elard, semua tertawa mendengar gerutuan lelaki itu.

Kring kring kring...

Suara ponsel Gavin berdering, lelaki itu merogoh saku celananya dan segera mengangkat panggilan penting dari proyeknya. Ia izin keluar ruangan pada Sonya dan teman-temannya.

Permainan terus berlanjut. Hingga botol kaca itu berhenti pada Sonya. Ia pun terkesiap.

"Truth." Kata Sonya.

"Berapa kali kau pernah bercinta?" Tanya Lindsay.

Sonya diam, ia bingung harus menjawab apa? Karena pada dasarnya ia memang tidak pernah melakukan hubungan seks dengan siapa pun.

"Kau masih perawan? hahaha!" Sahut Sandy diiringi tawa disela-sela mabuknya.

"Dare." Sonya mengganti pilihannya karena merasakan diremehkan.

Lindsay tersenyum miring, "Cium Will hingga kau bergairah."

Sonya membelalakkan matanya, mana mungkin bisa ia melakukan itu. Ia masih kaku, dan lagi pula ia tidak mengenal Will. Ia tidak mau bibirnya mencium lelaki asing.

"Will..." Panggil Anggie, laki-laki Shirtless itu mulai berdiri mendekati Sonya yang terduduk kaku di tempatnya.

Will sudah mengungkung Sonya, gadis itu menatap mata hijau Will dan bibirnya secara bergantian. Antara merasa panas karena aura hot yang Will berikan dan risih karena ia tidak mengenal Will.

"Kau.. atau... aku?" bisik Will tepat di depan bibir Sonya dengan suara seraknya.

Sonya masih menjauhkan wajahnya dengan perlahan bergerak mundur.

"Baiklah, aku yang memulai..." Kata Will akhirnya, perlahan-lahan memiringkan wajahnya  agar bisa menjangkau bibir Sonya.

Tiba-tiba saja badan Will ditarik kasar oleh seseorang hingga Will terjengkang ke belakang.

"SIALAN KAU!" Pekik Gallen.

BUGH! BUGH!

Gallen memberi pukulan telak di wajah Will. Ia menghajar Will membabi buta. Keadaan tampak ricuh. Teman-teman Gavin berusaha menahan Gallen yang terus memukuli Will tanpa ampun.

Gallen menyentakkan tangannya yang di tahan oleh Niel dan Elard. "Kalian semua, brengsek!"

Setelah mengatakan itu, Gallen memakaikan jas-nya pada Sonya dan menarik paksa gadis itu keluar ruangan. Sonya hanya menurut dan mengikuti langkah lebar Gallen.

Gallen membukakan pintu mobil untuk Sonya, "Masuk!"

Sonya menurut, ia masuk ke dalam mobil, disusul Gallen kemudian memasangkan setbealt untuk Sonya dan dirinya sendiri. Lalu menancapkan gas di atas kecepatan normal.

∆∆∆∆∆

Setelah akses masuk diterima, pintu kamar hotel terbuka. Sonya masuk terlebih dahulu dan melepas sepatu juga jas Gallen yang melekat pada tubuhnya. Menyisakan pakaian hitam yang mengekspose sebagian tubuhnya.

Gallen menatap Sonya dari atas hingga bawah, kemudian mendorong Sonya hingga gadis itu jatuh terlentang di kasur dan mengungkungnya. Terlihat sekali Gallen menahan amarah. Lagi-lagi Sonya menelan salivanya melihat mata gelap Gallen.

"Jika kau ingin kepuasan, tidak perlu mendatangi tempat itu. Kau bisa mendapatkannya disini." Kata Gallen lirih sembari mengusap lembut rambut Sonya. Seperti seorang psychopath yang berhasil mendapatkan umpannya.

Sonya menatapnya bingung, "Aku tidak bermaksud seperti yang kau katakan."

"Tapi mereka yang bermasud seperti itu kepadamu, Sayang." Sahut Gallen.

"Kita sedang bermain-"

"Persetan dengan itu! Kau tidak bisa mencium pria asing kan? Aku menyelamatkanmu. Tapi semua itu tidak gratis." Suara Gallen semakin serak. Sonya tercekat ketika tangan Gallen mengelus lengan polosnya.

Entah mengapa gairahnya memuncak. Sentuhan Gallen memberi efek berlebihan pada tubuhnya. Seperti tersengat listrik. Sonya jadi bingung, badannya mulai terasa terbakar dan panas.

Ada apa denganku?

Gallen terus mengusap ringan lengannya, membuat Sonya merinding dan ingin merasakan terus sentuhan itu. Ia mulai memejamkan mata, keringat mulai muncul di wajahnya. Detik kemudian Sonya mengalungkan tangannya pada tengkuk Gallen dan mencium bibir Gallen rakus.

"Akhh!" Rintih Gallen.

Antara sadar atau tidak, Sonya berani menggigit bibir Gallen hingga laki-laki itu memekik dan membuka mulutnya. Lidah Sonya menelusup masuk mengeksplor dalam mulut Gallen.

Gallen sedikit kualahan, tidak siap menerima perlakuan Sonya yang tiba-tiba ini. Sonya mendominasi dan agresif. Ia semakin memperdalam ciumannya. Bahkan Gallen pasrah saat Sonya membalik tubuhnya, membuat Sonya berada di atasnya.

"Mmhhhm.." lenguh mereka berdua.

Mereka menyudahi ciuman panas itu karena merasa kehabisan oksigen. Sonya bangkit dan berdiri di hadapan Gallen. Kemudian melepas tali hitam yang mengikat perutnya.

Gallen menelan ludah ketika melihat Sonya dengan gaya sensual melepas hotpantsnya dan menyisakan CD hitam pada bagian bawahnya.

"Damn!" Gallen bergumam.

Perlahan Sonya merangkak menaiki tubuh Gallen dan duduk tepat di atas libidonya. Gallen reflek berjingkat karena pantat Sonya seakan lubang yang pas untuk juniornya.

Tangan Sonya membuka satu persatu kancing kemeja Gallen dan sesekali menciumi bibirnya. Laki-laki itu tidak menolak, bahkan ia pasrah dengan apa yang dilakukan Sonya. Ia menikmatinya.

"Mhhmm.. engghh." Lenguh Sonya di sela-sela ciumannya.

Setalah semua kancing kemeja Gallen terbuka, Sonya dengan tidak sabaran membuka sabuk celana Gallen, Gallen lepas sendiri celananya. Tersisalah boxer pendek di tubuh bawahnya.

"Masuki ah.. ku segera! Mhmmhh.." Suara Sonya diiringi desahan tatkala ia berusaha membuka boxer Gallen. Ia merasakan sesuatu mengganjal diantara pantatnya, hal itu membuatnya semakin basah.

Gallen melepas ciumannya dan menahan tangan Sonya yang berusaha melepaskan boxernya. Ia memegangi kedua tangan Sonya dan meneliti wajah Sonya yang bergerak gelisah diatas tubuhnya.

"Sial! Kau dibawah pengaruh obat!" Pekik Gallen yang baru menyadari jika Sonya dalam keadaan tidak sadar. Ia segera membalikkan tubuhnya berada di atas Sonya, mengunci kedua tangan Sonya di atas kepalanya.

"Lepaskan! Kenapa kau mengunciku seperti ini?! Ahh..." Racau Sonya diiringi desahan karena merasa tersengat jika Gallen menyentuhnya.

"Siapa yang memberimu obat itu?!" Tanya Gallen marah.

"Aku menginginkan mu. Ayo kita bermain..." Racau Sonya berusaha bangun tapi Gallen menahannya.

"Jawab, Sonya!"

"Ahh panas... Cepat, sentuhh aku..." Sonya menggelinjang, ia sudah tidak tahan.

Menghembuskan nafas kasar, Gallen beralih mengangkat tubuh Sonya lebih keatas agar mendapat posisi nyaman untuk tidur. Kemudian ia mengambil blazer sutra dan memakainya pada Sonya.

"Kau gila?! Aku kepanasan! Apa yang kau berikan ini membuatku susah bernafas!" Sentak Sonya memberontak.

Gallen mengabaikan gerutuan Sonya, ia ikut berbaring di samping Sonya dan memeluk gadis itu erat. Karena setahunya efek obat itu akan hilang dalam beberapa jam tanpa sentuhan.

"Gallen, help me... Ahh panas..." Rajuk Sonya, Gallen sibuk mengusap peluhnya menggunakan sapu tangan.

Posisi mereka yang berhadapan memudahkan Sonya mencium bibir Gallen sangat agresif. Jika Gallen mau, ia akan memanfaatkan keadaan ini untuk kepuasannya, tapi ia tidak akan melakukan itu sebelum Sonya memintanya sendiri. Ia bahkan merelakan libidonya menegang demi Sonya.

Kau memang sialan, Soy! Batin Gallen.

"I love you." Racau Sonya disela-sela ciumannya. Gallen terdiam, menatap Sonya yang masih terhanyut dengan permainan bibirnya sendiri.

∆∆∆∆∆

Halo akhirnya apdet setelah sekian lama😂
Aku update sebelum Ujian, jadi selama seminggu aku nggak apdet dulu ya. Maaf🙏

Oh ya
Minal Aidzin Walfaidizn semua, mohon maaf lahir dan batin ya✨

See you next part guis👋

29 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 172K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
3.7M 292K 87
Pernikahan kontrak dengan CEO sudah biasa, tapi bagaimana kalau pernikahan kontrak di lakukan oleh Tentara dan Dokter? Hazel Pratiscia telah ditipu o...
4.1M 31K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
16.2M 561K 32
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...