Ujian Nasional

By KalaSanggurdi

8K 588 40

Ujian nasional tengah berlanjut di Indonesia pada tahun 2014. Sarah bersama teman-temannya tengah mempersiapk... More

Menteng: Rabu, 25 Desember 2013
Sawah Besar: Jumat, 24 Januari 2014
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 1
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 2
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 3
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 4
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 4 [Tambahan]
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 5
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 6
Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 6 [Tambahan]
[Tambahan] Matraman: Selasa, 15 April 2014
Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 1
Sawah Besar: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 1
Sawah Besar: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 2
Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 2
Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 3
[Tambahan] Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 3
Senen: Selasa, 15 April 2014 - Bagian 4
Menteng: Selasa, 15 April 2014
Swapsikoanalisis Sarah: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 1
Swapsikoanalisis Sarah: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 3
Swapsikoanalisis Sarah: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 4
Menteng: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 1
Menteng: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 2
Menteng: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 3
Menteng: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 4
Sawah Besar: Kamis, 14 April 2039

Swapsikoanalisis Sarah: Rabu, 16 April 2014 - Bagian 2

136 20 4
By KalaSanggurdi

"Aku cuma mau jadi anak baik. Aku cuma mau jadi anak saleha. Jadi anak pintar, cerdas, berbakti sama orangtua. Aku cuma mau bunda bangga. Aku cuma ayah juga bangga."

[Ayah yang tak pernah pulang?]

"Aku cuma mau ayah pulang."

[Ayah yang tak pernah ada?]

"Aku cuma mau ayah ada."

[Siapa ayah kita?]

"Ayah selalu kerja di luar kota."

[Siapa ayah kamu?]

"Sekalinya balik pulang, dia cuma sebentar di rumah."

[Kenapa begitu?]

"Aku nggak tau."

[Lihat ke selatan. Anak kecil itu muncul lagi.]

"Kenapa dia nangis?"

[Kenapa kamu menangis?]

"Aku nggak inget."

[Kenapa kamu menangis?]

"Aku nggak tau."

[Harusnya kamu senang. Akhirnya kamu bisa jujur kepada diri sendiri. Dengan bantuan Robi.]

"Udah... cukup. Aku nggak mau."

[Kamu tidak mau zina, maksud kamu?]

"Udah... aku nggak tahan lagi..."

[Kamu benci zina?]

"Udah..."

[Kamu benci diri kamu sendiri?]

[Kamu benci diri kamu sendiri?]

[Kamu benci diri kamu sendiri?]

"Kenapa kamu ingetin aku terus sama hal-hal yang berusaha aku lupain? Kenapa? Kenapa kamu nyiksa aku terus? Katanya kamu itu aku, kan? Kenapa kamu jahat?"

[Maksud kamu, kenapa aku tidak sebaik kamu?]

"Nggak. Makusd aku bukan itu."

[Kenapa aku tidak sebaik kamu?]

"Bukan..."

[Kenapa aku tidak sebaik kamu?]

"Bukan!"

[Kenapa aku tidak sebaik kamu?]

"BUKAN!"

[Kamu menangis lagi.]

"Ini semua gara-gara kamu!"

[Ini semua gara-gara kamu.]

"Kamu!"

[Iya, aku. Aku adalah kamu, kan?]

"Argh!"

[Kamu bertanya kenapa aku jahat, bukan? Mungkin karena aku adalah kamu. Kamu, yang melupakan aku. Kamu, yang melupakan dunia ini. Baru sebentar kamu berada di sini, dan kamu membuat semua pecahan memori berubah menjadi kabut dan debu. Tiap ingatan yang jelek dan tak sesuai dengan ajaran, akan kamu hancurkan. Tiap bagian dirimu yang jelek dan tak sesuai dengan ajaran, akan kamu leburkan.]

"Bukannya itu ajaran yang baik?"

[Baik untuk siapa? Untuk kamu, untuk aku, atau "kamu-kamu" di pikiran orang lain?]

"Kita harus membuang semua kejelekan diri kita, dan ngeganti semuanya sama kebaikan."

[Kita harus membuang semua dosa, dan mengejar pahala. Kenapa, Sarah, yang kamu ingat cuma kata-kata Mas Faisal? Apa karena kulitmu seputih dia?]

"Emang kenapa kalo kulit aku putih?"

[Tidak seperti ayah maupun bunda.]

"Mas Faisal guru ngaji aku. Mas Faisal bukan ayah aku."

[Siapa ayah kamu?]

"Lintang."

[Siapa ayah kamu?]

"Lintang."

[Siapa ayah kamu?]

"Lintang!"

[Siapa ayah kamu?]

"Harus berapa kali sih kamu tanya? Udah ah!"

[Gadis kecil itu menangis lagi. Cari dia di selatan.]

"Nggak!"

[Dia akan menangis lebih kencang nanti.]

"Bodo amat!"

[Dia menangis lebih kencang.]

"Argh! Udah! Stop!"

[Kenapa mengeluh? Kamu tadi sudah bilang tidak. Kamu tidak peduli. Kenapa mengeluhkan tangisan gadis itu? Gadis itu takkan peduli. Toh, kamu juga tidak peduli.]

"Ya udah! Ya udah!"

[Gadis itu di selatan.]

"Apa itu?"

[Di barat, maksudmu?]

"Iya."

[Itu kamu.]

"Aku? Ngerokok?"

[Iya. Awal masuk SMA.]

"Aku nggak pernah ngerokok."

[Di garis lurus antar selatan dan utara, benar. Kamu tak pernah merokok. Tapi di barat maupun timur, kamu bisa saja merokok. Kalau kamu lihat timur laut sana, kamu bisa lihat kamu dan Robi.]

"Hah?!"

[Iya. Baru tiga bulan kenal. Tidak seperti di garis lurus ini. Harus ada perang dulu, baru kamu bisa diperawani dia. Di timur laut sana? Tiga bulan.]

"Aku nggak akan pernah zina."

[Nyatanya kamu sudah melakukan zina. Tak perlu di timur atau di barat; Di garis lurus ini, di perbatasan antara selatan dan utara, kamu sudah melakukannya.]

"Jadi... aku beneren..."

[Kenapa? Kamu menyukainya. Sudah lama kamu kenal Robi, dan kamu diam-diam menyukai dia. Dia juga diam-diam suka kamu. Diva saja tahu. Di timur laut sana, kalian bisa bersatu dalam waktu tiga bulan. Di garis lurus ini, kalian sudah bersatu malam ini.]

"Aku baru ngelakuin dosa besar..."

[Apa maksudmu dosa?]

"Ini salah..."

[Apa maksudmu salah?]

"Aku salah."

[Salah karena mencintai Robi?]

"Aku salah!"

[Salah karena mencintai malam indah itu?]

"Aku salah karena udah zina!"

[Salah karena bisa jujur kepada perasaan sendiri?]

"Aku udah zina!"

[Salah karena mengikuti jejak bunda?]

"Hah?!"

[Gadis kecil itu menangis lagi. Di selatan.]

"Maksud kamu apa?!"

[Gadis kecil itu menangis lagi.]

"Mengikuti jejak bunda bagaimana?!"

[Gadis kecil itu menangis.]

"Hei!"

[Kamu kecil sedang menangis.]

"Jawab pertanyaan aku! Hei! Mana kamu?! Kenapa semuanya jadi kabut?! Hei! Kamu! Ke mana kamu?!"

[Lihat ke barat laut.]

"Itu..."

[Kamu.]

"Nggak..."

[Melayang.]

"Nggak."

[Tinggi.]

"Nggak!"

[Di langit-langit kamar bunda.]

"Nggak mungkin!"

[Tapi itu barat laut yang jauh di sana. Di masa depan. Ketika kondisi dunia kamu berbeda. Yang dapat terjadi kalau saja perang ini tidak dimulai.]

"Aku nggak mungkin ngelakuin itu."

[Karena kamu akan menjadi penghuni neraka?]

"Nggak mungkin..."

[Bersama Novi?]

"Nggak mungkin."

[Bersama Diva?]

"Kenapa aku gitu?!"

[Di waktu yang salah, di tempat yang salah.]

"Waktu seperti apa?! Tempat seperti apa?!"

[Ketika kamu tahu kenapa gadis kecil itu menangis.]

"Ada apa sih sama gadis kecil yang dari tadi kamu omongin?!"

[Ada apa dengan kamu?]

"Iya! Terserah!"

[Kamu tidak ingat?]

"Aku nggak tau! Aku nggak inget apa-apa!"

[Bagai mimpi. Samar. Tapi kamu tidak sedang mimpi. Kamu terbangunkan oleh suara mereka.]

"Aku nggak inget."

[Tadi sore bunda pamit. Dapat shift malam lagi.]

"Tapi bunda memang sering dapet shift malem."

[Bunda selalu berdandan cantik kalau dapat shift malam.]

"Tapi bunda juga dandan canti kalo shift pagi."

[Kamu dijaga tante Wahyu dari rumah sebelah.]

"Tante Wahyu?"

[Iya, Tante Wahyu.]

"Jadi ini waktu aku masih kecil?"

[Lihat ke selatan. Gadis kecil itu menangis lagi.]

"Dia di mana?"

[Dalam selimut.]

"Di kamar aku?"

[Suaranya dari kamar sebelah.]

"Aku..."

[Suara Lintang dan Sari.]

Continue Reading

You'll Also Like

27.4K 1.8K 31
[antologi puisi] duduklah, kan ku suguhkan kidung-kidung yang terasingkan. mi-casa, 2018 [] start : 2018/11/11 finish : 2019/08/25 pict from Pinterest
Edelweiss By Zee

Teen Fiction

143K 6.9K 30
"Hai. Kau suka dengan potret yang ini kah?" Tiba - tiba seorang pria berparas tampan, dan tinggi telah berada disamping Dea. "Eh. Hai, iya sangat suk...
29.9K 1K 104
[ Amazing cover by : @malleyviccent ♡] Kita umpamakan segala yang terjadi pada diri kita dengan segala hal di dunia ini Beberapa hal akan mungkin ter...
428K 37K 57
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...