“Kenapa cinta itu sulit sekali diperjuangkan?”
Dahulu, lama sekali, klan RedBlood dan GreenBlood adalah sahabat dekat. Selalu menjalin kerja sama dalam berbagai hal
Bahkan sempat mencoba untuk menjodohkan anak emas dari kedua belah pihak. Yaitu, Lalatina dan Leo
Bahkan keduanya sudah jatuh cinta. Namun kenapa, lagi-lagi, masalah besar malah timbul tanpa sengaja
Tepat saat festival penyambutan tahun baru berlangsung. Sekelompok orang dengan lambang klan GreenBlood tiba-tiba menyerang anggota kerajaan RedBlood, termasuk Lalatina sendiri
Akibatnya, terjadi pertumpahan darah, serta luka yang dialami oleh anggota kerajaan
Bukan hanya luka fisik, namun juga luka hati. Saat menyadari kalau klan yang bersahabat, malah melakukan pengkhianatan semacam ini
Untunglah saat itu Lucide datang tepat waktu, jika tidak, nyawa Lalatina mungkin tak akan selamat
🌷
🌷
🌷
Di pagi yang cerah, anak dan ayah itu memakan sarapan mereka dengan khidmat, bahkan satu patah kata pun tak keluar dari mulut mereka. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang beradu, memecah keheningan di ruang makan mereka yang besar
"Luna?"
"Ya, ayah?"
"Berjanjilah untuk tidak berhubungan lagi dengan Leo. Keluarga mereka pengkhianat, nak"
"A–aku tak bisa janji, Ayah"
BRAK...
Mata pria paruh baya itu seketika memerah, semerah darah, dengan kuat ia menggebrak meja dapur
Membuat Lalatina yang tadi masih makan terlonjak kaget
"AYAH BILANG JAUHKAN LEO!"
"AKU TIDAK MAU AYAH!"
"KENAPA? SEKALI INI SAJA LUNA, SEKALI INI, DENGARKAN PERINTAH AYAH!"
"Lalu, apa sebelum itu, ayah mau mendengar pikiran dari belah pihak ku?"
"Hahh, baiklah, katakan saja"
Si pria paruh baya menghela nafas kasar, lalu kembali duduk di kursi makannya
Lalatina terlebih dulu membersihkan sudut bibirnya yang kotor. Lalu dengan wajah agak terangkat, ia mulai bersuara
"Jadi ayah, kenapa kau begitu yakin dengan pernyataan dari Lucide?"
"Tentu saja ayah percaya, bukankah Lucide itu memang pantas dipercaya. Kau tak lupa kan Luna, kalau Lucide itu panglima kebanggaan kerajaan kita?"
"Tentu saja tidak ayah. Tapi aku sudah mengenal Lucide sejak kecil. Kami selalu bermain bersama, dan aku sudah tau pasti tabiat buruknya"
"Apapun yang ia inginkan, harus di dapat kan, walau harus mengorbankan banyak hal"
"Kau sedang membicarakan ku, Luna?" Dan dengan tiba-tiba, Lucide muncul dari balik persembunyian nya. Lengkap dengan baju besi serta pedang di pinggang kirinya
"Aa–ah itu eumhh, ya! Kenapa?!"
"Ahh, yang mulia" Lucide memberi salam dengan hormat ke pria paruh baya, yang merupakan seorang Raja itu
"Ya Lucide, ada apa kau kemari?"
Terlebih dahulu Lucide melirik kearah Lalatina. Lalu kembali menghadap ke Raja
"Maaf yang mulia, aku akan mulai berbicara, tapi tidak disini"
"Apa maksudmu Lucide?! Aku akan menjadi penerus kerajaan ini, kenapa kau tak membenarkan aku untuk mendengar apa yang kau sampaikan?!" Lalatina marah, lihatlah wajahnya, sudah merah padam
"Bukan itu maksudku, pangeran Luna. Tapi penyampaian kali ini sangat rahasia"
"Terserah, terserah apa katamu! Aku mau keluar dulu mencari udara segar!"
Kriet... Brak...
Lalatina akhirnya pergi dari sana, tentunya dengan gumam an kesal
🌷
Angin menerpa kulit putih pucat itu. Surainya terus melayang seiring arah angin. Menutup mata untuk mendengar tiap bisikan angin yang masuk ke telinganya
"Hahhhh" Menghela nafas kasar, lalu menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangan diatas lutut
"Lucy?"
"Ehh, kak Leo, ke–kenapa?"
"Tidak, hanya ingin melihat keadaan mu. Sejak kejadian malam itu, kau terlihat sangat murung"
"Hiks" Lucy menangis, namun dengan sigap sang kakak, Leo, memeluk erat tubuh gemetarnya
"Sssttt diamlah, untuk sekarang kita tak bisa melakukan apa-apa untuk menjelaskan keadaan yang terjadi. Tapi aku yakin, ayah pasti menemukan jalan keluar tanpa harus berperang" Tubuh dingin itu, semakin terasa dingin saat angin semakin kencang bertiup
"Kak, ayo kita masuk, sepertinya cuaca sedang buruk"
"Baiklah, ayo"
Leo menggandeng tangan Lucy, menuntunnya untuk kembali masuk ke dalam kerajaan. Karena tadi mereka sedang berada di taman depan kerajaan
🌷
"Leo, ayah ingin bicara denganmu"
"Ya, ayah"
Leo berjalan pelan dibelakang ayahnya. Dengan wajah yang tertunduk lesu
"Kau pasti sangat merindukan nya bukan?"
"Iya, ayah"
"Tenang saja Leo, ayah akan mencari cara agar semua kesalah pahaman ini segera diluruskan" Jeffrey tersenyum sembari melihat anak sulungnya
Mereka berdua memasuki ruangan rahasia di kerajaan GreenBlood. Ruangan itu sangat rahasia, sampai bahkan hanya Jeffrey dan Leo saja yang mengetahuinya
🌷
Ternyata, penyebab dari angin yang tiba-tiba bertiup kencang tadi, adalah pertanda musim dingin tiba. Dan sekarang Lalatina sedang duduk di kursi, dengan secangkir teh hangat didepannya. Melihat kearah luar melalui jendela
"Leo, aku merindukanmu"
"Aku juga merindukanmu, Luna"
"Hah!"
Lalatina dengan cepat berbalik, matanya membola saat melihat siapa yang berdiri di belakangnya
"LE_"
"Ssttt diamlah, nanti ketahuan" Mulut mungil Lalatina dengan cepat dibekap oleh Leo
Lalatina mengangguk paham, dengan perlahan Leo melepas bekapan itu sambil tersenyum hangat
"Kenapa kau nekat sekali datang kesini?"
"Kau tau kan ini musim dingin, Luna"
"Ya, aku tau, memangnya kenapa?"
"Aku ingin bersama matahari ku, agar tubuh serta hatiku merasa lebih hangat"
"Dasar kau ini"
Mereka sempat bersenda gurau sesaat, sampai akhirnya
BRAK...
"KAU...! TANGKAP PENYUSUP ITU!" Itu Lucide, dengan para bawahannya yang dengan sigap kapanpun akan menangkap Leo
Leo merasa terancam, giginya mulai menunjukkan taring yang tajam dan panjang. Matanya memerah pekat. Serta tatapan tajam menusuk
"Kau yang telah menyebabkan semua ini, kau yang telah sembarangan menuduh klan GreenBlood! LUCIDE SIALAN!" Leo tak menghiraukan para bawahan Lucide, karena dengan mudah ia dapat menyingkirkan mereka semua
Kini kondisi Lucide juga sama, kedua belah bola matanya ikut memerah. Taring serta kukunya menajam. Tatapan dingin turut ikut serta dalam pertarungan mereka
Duagh... Brak... Klang...
Perkelahian tak terelakkan. Saat Leo hendak memukul wajah Lucide, dengan gerakan cepat serta lihai ia menghindar
Berkali kali pukulan melesat, ada pula yang kena. Membuat wajah tampan keduanya kini dihiasi oleh luka lebam serta robek
Darah hijau mengalir di sudut bibir Leo. Sedang darah merah kehitaman mengalir di pelipis Lucide
Keduanya impas, bahkan sama-sama kelelahan pasca pertarungan singkat namun mematikan itu
Lalatina yang melihat pertarungan itu hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya. Sungguh, untuk terisak pun rasanya sudah tidak bisa, dada Lalatina sesak
"Ka–kalian, Lucideee, Leooo, hen–hentikan" Lirih Lalatina sembari mendekati keduanya
Grep...
Lucide kaget, saat sepasang tangan melingkar dengan kuat di pinggang nya
"HENTIKAN!" Pekik Lalatina
"Lu–luna?"
"Biarkan Leo pergi hiks kumohonn"
"Cih"
Lalatina menatap Leo sembari tersenyum. Leo dengan langkah agak terpincang-pincang dengan cepat melesat pergi, mencoba menjauhi castil itu
🌷
"Luna, maafkan aku" Leo terpaksa tergopoh gopoh berjalan menyisiri hutan lebat dengan penuh hawa dingin dan salju ini. Sendirian
To be continued...
Author yang buat cerita gaje ini adalah, jeng jeng jengggggggg
ErieRain kikikikik
Erie mulu yang muncul 🙏
Hehehe