Daddy! ✔

By Potepoteee

116K 9.7K 343

[Completed] Yoon Sohee. Seorang wanita yang harus menjalankan peran sebagai 'ibu' sekaligus 'ayah' bagi kedua... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Special Part [Daeshim]
Special Part [Sua]
Special Part [Suji]
Special Part [Jeon's Family]

Part 45

3.1K 165 6
By Potepoteee

"Daddy! Daddy! Aaaaa!"

Suji melarikan diri dari kejaran Sua dan bersembunyi di balik Wonwoo.

"Hey hey hati-hati, jangan sampai terjatuh.", ucap Wonwoo dengan kedua tangannya yang ditarik kesana kemari oleh Suji.

"Suji awas kau ya!", sahut Sua sembari mengejar saudara kembarnya.

Sohee yang tengah duduk menemani Daeshim seketika tertawa melihat Wonwoo yang berusaha melerai Sua dan Suji.

Cuaca kali ini telah mendukung keputusan Wonwoo dan Sohee untuk mengajak anak mereka menikmati udara segar di taman kota. Bagi Wonwoo, memanfaatkan waktu libur dengan bermain di taman luas dan hijau adalah pilihan tepat untuk menyegarkan kembali pikiran yang sudah dipaksa bekerja selama waktu yang tak terkira.

"Mamamama.."

"Eoh? Wonwoo kemarilah..", panggil Sohee pada suaminya.

"Ada apa?"

"Aku mendengar Daeshim bicara!", seru Sohee.

"Hm? Daeshim, ayo bicara lagi?", ucap Wonwoo sembari menarik perhatian Daeshim dengan memainkan kedua tangan mungilnya.

"....."

"Daeshim sayang, ayo katakan lagi..", tambah Sohee namun tak dihiraukan oleh Daeshim.

"Apa kau benar-benar mendengarnya?", tanya Wonwoo ragu.

"Iya aku mendengarnya.. Aku tidak salah dengar. Percayalah padaku..", rengek Sohee.

Wonwoo terkekeh, "Aku percaya. Mungkin dia memang belum ingin memperlihatkannya padaku.", katanya.

"Kau mau menjahili mommy ya..", canda Sohee lalu mencium pipi gembul Daeshim.

Wonwoo memejamkan mata sembari menghela nafasnya pelan. Ia menjadikan pundak Sohee sebagai sandaran. Sohee tersenyum, ia menatap wajah Wonwoo yang masih terlihat damai ketika memejamkan mata. Tangan halusnya membelai rambut Wonwoo yang sesekali beterbangan tertiup angin.

"Kurasa kita sudah berhasil melalui perjalanan yang sangat panjang untuk sampai disini.", celetuk Wonwoo sembari membuka kedua matanya, memandang Sua dan Suji yang masih saling mengejar satu sama lain.

"Benar, perjalanan kita dimulai saat aku bertemu denganmu di makam Seungcheol oppa. Dan saat Suji memuji ketampananmu, itu benar-benar membuatku malu.."

Wonwoo tersenyum, "Hm, aku bisa melihat wajahmu yang memerah saat itu.", sahutnya.

"Ah.. juga saat pertama kali melihatmu, kupikir kau adalah orang yang sangat dingin dan menakutkan karena tatapanmu bisa membuatku merinding.."

"Hahaha ternyata anggapanmu sama dengan karyawanku. Tapi sebenarnya kau setuju kan kalau aku tampan? Kau bahkan langsung mengikuti SNS ku.", balas Wonwoo.

"Ah.. ahaha aku ingin menjelaskan soal itu. Saat aku melihat profil SNS mu, tiba-tiba ponselku terjatuh mengenai hidungku. Aku tidak sadar jika hidungku lah yang menekan 'follow' pada akunmu dan ya.. begitulah. Itu semua tidak sengaja", sanggah Sohee dengan menepuk-nepuk hidung Wonwoo.

"Aku kecewa."

"B-bukan seperti itu maksudku tapi-"

Chu

"Aku mengerti.", ucap Wonwoo setelah bibirnya berhasil mendarat sekilas di bibir Sohee.

"Hish, kau ini selalu memotong pembicaraan dengan menciumku!", sahut Sohee lalu memukul dada Wonwoo kesal.

"Maaf.", Wonwoo menyengir.

"Setelah itu kita bertemu di cafe. Jujur saja saat itu aku masih malu untuk melihatmu. Dan tiba-tiba wanita ular itu datang. Kupikir dia kekasihmu.. ternyata kalian dijodohkan"

"Maksudmu Sana?"

"Eoh, memangnya siapa lagi?"

"Bukankah saat itu kau datang dengan Mingyu? Kupikir dia juga kekasihmu."

Sohee terkekeh, "Sepertinya kesalahpahaman lah yang membuat kita bersama", candanya.

"Saat itu aku benar-benar tidak memiliki pilihan selain melibatkanmu untuk membatalkan rencana ibuku.", jelas Wonwoo.

"Dan karenamu, aku sempat mendapatkan tamparan dari ibumu. Itu sangat menyakitkan..", sahut Sohee.

"Maaf.. Aku juga tidak menyangka kalau ibuku tega melakukan itu."

"Tapi aku sangat senang karena tidak memerlukan waktu lama untuk membuat ibumu berubah pikiran. Dan itu semua berkat Sua dan Suji", balas Sohee sembari mengelus pipi Wonwoo dengan jemarinya.

"Benar..", sahut Wonwoo tersenyum.

"Kau tahu, aku menolak perasaan Mingyu karenamu.", celetuk Sohee. "Dia mengatakan jika dia mencintaiku. Tapi.. aku menolaknya karena aku mencintaimu hehehe", lanjutnya.

"Benarkah? Pantas saja dia seperti ingin mengajakku berperang setiap kali bertemu."

"Sejak kecil kita selalu bersama, untuk itu dia tidak rela kalau aku dekat dengan pria selain dirinya. Bukannya kau juga sama seperti Mingyu saat masih kecil? Tidak ingin melihat Mina berteman dengan pria lain"

Wonwoo menyunggingkan senyumnya, "Iya, benar. Sohee, apa kau masih membenci Mina?", lirihnya.

"Dia sudah pergi. Tidak ada alasan bagiku untuk membencinya lagi..", jawab Sohee tersenyum.

Wonwoo menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sohee. Kedua tangannya memeluk tubuh Sohee erat, "Hatimu benar-benar seperti malaikat."

"Aku tahu, sebenarnya Mina adalah wanita yang baik. Dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Daeshim, memperhatikan segala kebutuhan Daeshim saat masih di dalam kandungan, jujur saja itu sudah cukup membuatku tersentuh meskipun dia sempat membuatku kesal.

Terkadang aku merasa bersalah karena kau adalah satu-satunya pria yang dia harapkan. Tapi justru aku yang mendapatkanmu, bukan dia. Sebagai gantinya aku ingin mewujudkan seluruh keinginannya untuk Daeshim yang tertulis di buku hariannya, denganmu..", ucap Sohee sembari mengusap punggung Wonwoo.

"Terima kasih, istriku.", balas Wonwoo lalu mencium puncak kepala Sohee.

"Mommy! Sua juga ingin dipeluk!"

"Suji juga!"

Keduanya berlari menghampiri Wonwoo dan Sohee. Sua berlari memeluk Sohee sedangkan Suji menuju ke arah Wonwoo.

"Papapa.."

"Eoh?"

Seketika suara Daeshim membuat Wonwoo, Sohee dan Sua Suji menatap ke arah yang sama. Tangan mungil Daeshim menarik-narik pakaian yang Wonwoo kenakan.

"Lihat! Benar kan? Dia bicara!", seru Sohee dengan matanya yang membulat.

"Woah daebak!", sahut Sua.

"Daeshim.. coba katakan Suji noona sangat cantik", celetuk Suji yang membuat Sua seketika menoleh padanya.

"Kau mau ku kejar lagi, Suji?"

"Ehehe tidak, aku bercanda Sua..", cengir Suji yang berusaha merangkul Sua namun mendapatkan penolakan darinya.

Wonwoo tersenyum lebar lalu menggendong Daeshim di pangkuannya, "Syukurlah, dia sudah mulai bicara.."

"Aku sudah tidak sabar melihatnya lancar berbicara.. Seperti apa ya Daeshim saat dewasa nanti?"

"Sepertinya wajah Daeshim akan mirip dengan daddy..", sahut Sua.

"Oh ya?", jawab Wonwoo bangga.

"Aku akan memamerkan Daeshim pada teman-teman karena dia sangat tampan", canda Suji yang masih bergelayutan di punggung Wonwoo, seketika membuat Wonwoo dan Sohee tertawa.

"Ah.. aku sangat bahagia memiliki kalian. Kukira semua ini adalah mimpi.", gumam Wonwoo.

"Jika ini mimpi, aku tidak ingin bangun dari tidurku", sahut Sohee sembari menyuapkan irisan buah pada Sua, Suji dan Wonwoo.

"Mommy, apa kita jadi pergi melihat adik bayi Paman Mingyu?", tanya Suji yang sibuk mengunyah buahnya.

"Oh mommy hampir lupa. Ayo kita kesana. Terima kasih sayang, sudah mengingatkan mommy", ucap Sohee lalu mencium pipi Suji.

-----

"Ara... Annyeong..."

"Anakku sangat cantik kan? Ayahnya saja tampan", celetuk Mingyu yang tiba-tiba berdiri di samping Jeonghan.

Tatapan sinis Jeonghan tunjukkan pada pria yang kini tersenyum bangga menatap putrinya, "Ara cantik karena Tzuyu, bukan karenamu. Kau harus berterima kasih padanya", sahutnya. Seketika membuat Mingyu membalas tatapannya dengan kesal.

"Tzuyu, bagaimana perasaanmu setelah menjadi ibu?", tanya Sowon sembari membantu Tzuyu melipat pakaian Ara.

"Selama ini aku mendengar keluhan para ibu yang berkonsultasi denganku. Kebanyakan dari mereka mengatakan jika merawat bayi itu cukup melelahkan, dan sekarang aku mengalaminya.. Tapi aku dan Mingyu sangat menikmati prosesnya, karena ini akan menjadi kenangan yang bisa kita ceritakan saat tua nanti..", jawab Tzuyu antusias.

"Apa hyung dan noona sudah berencana memiliki anak?", tanya Mingyu.

Kini Jeonghan dan Sowon telah resmi menikah. Hanya saja keduanya belum menyiapkan rencana untuk langsung memiliki anak setelah menikah seperti Mingyu dan Tzuyu.

"Sepertinya belum. Sowon masih takut untuk memiliki anak", perkataan Jeonghan membuat Tzuyu mengangkat kedua alisnya dengan penuh tanya.

"Sejak kecil sampai sekarang aku tidak terbiasa berinteraksi dengan anak-anak. Mungkin karena aku adalah anak satu-satunya di keluargaku. Aku sangat takut jika tidak bisa mengurus bayiku dengan baik. Maka dari itu aku ingin belajar darimu sampai benar-benar siap untuk memiliki seorang anak", jawab Sowon.

"Eonni, kau tidak perlu takut. Setiap orang tua pasti memiliki kekhawatiran yang sama denganmu, begitupun denganku. Kita sama-sama belum memiliki pengalaman mengurus bayi. Tapi kita bisa belajar langsung dengan bayi kita sendiri..", balas Tzuyu.

"Benar..", Sowon mengangguk pelan. Terlihat adanya kesedihan di raut wajahnya.

"Tapi aku tidak mau memaksamu. Pilihan tetap ada di tanganmu. Jika kau benar-benar takut, kau bisa datang ke rumah kapanpun untuk melihatku mengurus Ara agar kita bisa sama-sama belajar.."

"Mungkin dengan sering melihatmu merawat Ara akan membuat rasa takutku semakin berkurang. Terima kasih..", lirih Sowon lalu memeluk Tzuyu.

"Aku akan membantumu menghilangkan rasa takut itu, tenang saja", sahut Jeonghan sembari mengusap puncak kepala Sowon yang masih berpelukan dengan Tzuyu.

Ting tonggg

Saat mendengar bunyi bel rumahnya, Mingyu segera turun menuju lantai dasar untuk membukakan pintu.

"Halo Paman Mingyu!"

"Aigoo uri Sua Suji.. kupikir kalian tidak jadi datang kesini.. Masuklah", ucap Mingyu mencubit pipi Sua dan Suji secara bersamaan. Kedua tangannya menggandeng Sua dan Suji untuk masuk ke dalam. Sedangkan Wonwoo dan Sohee berjalan mengikutinya dari belakang.

"Yeokshi.. Si kaya Kim Mingyu memang tidak pernah mengecewakan..", canda Sohee saat mengamati dekorasi dan furniture rumah Mingyu yang terkesan mewah.

"Sebenarnya aku kurang menyukai warna putih, tapi karena Tzuyu yang memintanya jadi aku menurutinya", balas Mingyu.

"Uncle, Bibi Tzuyu, Yeppeo aunty!", Sua dan Suji berhamburan memeluk Jeonghan, Tzuyu, dan Sowon.

"Annyeong...", Tzuyu memeluk Sua dan Suji bergantian.

"Halo sayang.. Kalian dari mana?", sahut Sowon.

"Kita bermain di taman bibi..", jawab Sua.

"Bibi bibi, Daeshim sudah bisa bicara..", tambah Suji girang.

"Benarkah? Woah.. Apa kata pertamanya?", balas Tzuyu.

"Dia mulai mengatakan 'mamama' dan 'papapa', kupikir itu adalah permulaan yang bagus", Sohee tersenyum bangga.

"Wah pasti sangat menggemaskan!", seru Tzuyu.

"Sohee, tidurkan Daeshim di sini", ucap Mingyu yang melihat Daeshim sudah tertidur pulas di pelukan Sohee.

"Bagaimana bisa hyung ada disini? Ini sangat kebetulan.", tanya Wonwoo menghampiri Jeonghan yang masih berdiri di dekat keranjang bayi.

"Tadi aku berencana ke rumahmu dengan Sowon, tapi karena Sohee bilang kalian sedang di luar jadi aku mampir kesini saja.."

"Oppa minggirlah aku ingin melihat Ara", Sohee menarik paksa tangan Jeonghan.

"Hish", Jeonghan menepuk jidat Sohee.

"Hai Ara... Sayang, lihatlah dia sangat cantik..", ucap Sohee dengan menyentuh pipi Ara gemas.

"Sepertinya dia sangat cocok dengan Daeshim kita yang tampan.", celetuk Wonwoo yang jari telunjuknya digenggam erat oleh Ara.

"Mwo? Apa katamu?", sahut Mingyu tak setuju.

"Aku bahkan berniat menyekolahkan Ara di tempat yang sama dengan Daeshim agar dia selalu merasa aman karena dilindungi..", balas Tzuyu.

"Itu ide bagus.", Wonwoo menyetujui pendapat Tzuyu.

"Wah aku jadi tidak sabar melihat mereka tumbuh besar.. Mereka pasti sangat lucu", tambah Sowon.

"Yha yha mereka masih bayi. Kalian tidak perlu memikirkannya sejauh itu", jawab Mingyu yang masih tak terima jika Ara harus dekat dengan Daeshim.

"Justru kau harus memikirkannya dari sekarang. Jika kau mengikuti berita, akhir-akhir ini sering terjadi kasus perundungan di sekolah. Jadi tidak ada salahnya jika mereka berada di sekolah yang sama. Daeshim akan melindungi Ara di sekolahnya", jelas Jeonghan yang langsung mendapat anggukan setuju dari Tzuyu, Sowon dan Wonwoo.

"Oppa benar.. Aku sangat setuju", sahut Sohee.

"Arraseo, aku setuju jika mereka didaftarkan di sekolah yang sama", jawab Mingyu pasrah.

"Tapi aku tidak mau jika Daeshim menyukai Ara nantinya", lanjutnya.

"Yha belum tentu Daeshim mau dengan Ara!", sahut Sohee.

"Yha jelas saja Daeshim akan menyukai Ara. Dia cantik!", balas Mingyu tak terima.

"Yha Mingyu kau ini berlebihan sekali ya!", tambah Sohee.

"Hey sudah. Aku akan menyekolahkan Daeshim di Jepang.", celetuk Wonwoo yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari semua orang.

"Jangan!", sahut Sohee, Tzuyu, Sowon dan Jeonghan.

Mingyu menatap Wonwoo dengan wajah datarnya, sedangkan Wonwoo hanya membalas dengan cengirannya.

Hari semakin larut malam, Jeonghan dan Sowon telah berpamitan untuk pulang ke rumah, begitupun dengan Wonwoo dan Sohee. Mereka sangat menikmati waktu dengan berbincang cukup lama karena hal itu sangat jarang dilakukan karena kesibukan akan pekerjaan masing-masing.

Meskipun begitu, Sohee sangat bersyukur karena terlahir di lingkungan yang dikelilingi oleh orang-orang baik.

Wonwoo, Sohee dan Sua Suji telah masuk ke dalam mobilnya. Begitu pula dengan Jeonghan dan Sowon yang sudah menjalankan mobilnya untuk keluar dari halaman rumah Mingyu.

Di tengah perjalanan, Sohee memandangi jalanan yang mulai terlihat sepi. Dengan mendekap Daeshim di pelukannya, sebuah senyum terulas di wajahnya.

-----

Sohee's POV

Aku sangat bahagia.

Sampai aku tidak bisa menggambarkan dengan jelas tentang bagaimana perasaanku yang saat ini benar-benar sedang bahagia.

Bagaimana tidak? Aku memiliki saudara, sahabat, anak, dan suami yang begitu menyayangiku.

Seperti Jeonghan. Dia adalah satu-satunya saudara laki-laki yang selalu memahami perasaanku. Dia tetap bersikap tegas saat aku melakukan kesalahan. Dia bahkan mampu menyayangi Sua dan Suji melebihi dirinya sendiri.

Salah satu hal yang kurindukan dari Jeonghan oppa adalah tingkah jahilnya. Ia tahu bahwa pernikahan menuntutnya untuk menjadi pria yang lebih dewasa dari sebelumnya. Untuk itu aku mengerti kenapa saat ini oppa sangat jarang menjahiliku seperti dulu. Haha, dia benar-benar sudah berubah. Dan aku cukup senang akan hal itu.

Lalu Mingyu. Dia adalah sahabat terbaik yang selalu melindungiku sejak kecil sampai sekarang. Aku mengingat satu hal di mana Mingyu bisa memukul Wonwoo berkali-kali karena telah menyakiti perasaanku. Meskipun aku sempat merasa bersalah karena telah menolak perasaannya, kini dia telah hidup bahagia bersama Tzuyu.

Mingyu benar-benar membuktikan jika dia bisa bahagia tanpaku. Dan itu membuatku sangat bangga padanya. Mingyu, terima kasih. Terima kasih karena kau telah lahir ke dunia ini. Terima kasih karena kau telah menyayangiku dengan tulus. Aku harap, kau bisa hidup dengan bahagia selamanya.

Kemudian Tzuyu. Aku mengenalnya saat Seungcheol oppa memintaku untuk melakukan konsultasi kehamilan dengannya. Saat pertama kali bertemu, aku sudah bisa melihat jika dia adalah wanita yang sangat lembut dan penyayang. Dan benar saja, sejak saat itu aku mulai nyaman berbicara dengannya. Pertemanan kita berlanjut hingga aku memintanya untuk kenal lebih dekat dengan Mingyu.

Usahaku dan Seungcheol oppa untuk mendekatkan mereka tidak sia-sia. Kini mereka telah menikah dan memiliki anak yang sangat cantik bernama Kim Ara. Tzuyu, terima kasih telah menyayangi sahabatku Mingyu. Aku harap, dengan lahirnya Ara ke dunia ini bisa membuat hidup kalian lebih berwarna. Terima kasih banyak. Kalian selalu ada untuk memelukku dalam kondisi apapun.

Sowon eonni. Sekarang dia adalah kakak iparku. Sebenarnya dulu aku tak banyak bicara dengannya karena dia sangat pemalu. Meski begitu, kesetiaan dan ketekunannya pada suatu pekerjaan tidak lagi diragukan. Mungkin hal itu yang membuat Jeonghan oppa jatuh cinta padanya. Dengan pekerjaan saja dia setia, apalagi dengan urusan percintaan? Hehehe begitulah kata oppa saat bercerita padaku.

Eonni, ku harap kau bisa segera mengatasi ketakutanmu untuk memiliki seorang anak. Meskipun awalnya memang terlihat sulit karena belum terbiasa, aku yakin kau pasti bisa. Jeonghan oppa akan selalu ada untuk membantumu.

Lalu ada anakku, Sua dan Suji. Saat ini mereka sudah tertidur pulas di kursi belakang hehe. Aku benar-benar tidak kuat melihat mereka yang lahir bersamaan dengan kepergian ayahnya. Aku sangat takut, jika aku tidak bisa merawat mereka dengan baik tanpa adanya Seungcheol oppa di sampingku. Namun dugaanku salah. Aku lupa jika memiliki eomma, appa, Jeonghan oppa dan Mingyu yang selalu ada untukku. Seiring berjalannya waktu, aku menjadi terbiasa mengurus Sua dan Suji sendiri. Dan aku sangat beruntung memiliki mereka yang begitu sayang dan menurut padaku.

Kini mereka telah mengerti bagaimana rasanya memiliki seorang ayah. Kasih sayang yang Wonwoo berikan pada mereka bahkan sudah lebih dari cukup. Mereka telah tumbuh menjadi anak yang cerdas dan aktif. Sua, masih dengan sifat cueknya dan tidak terlalu menyukai hal-hal yang berwarna cerah. Sebaliknya dengan Suji, sifat ramah dan cerianya terlihat dari kesukaannya pada hal-hal yang berwarna cerah dan menarik.

Putriku, mommy sangat berterima kasih pada kalian. Hidup mommy sangat berwarna berkat adanya kalian. Mommy tidak sabar melihat kalian tumbuh menjadi wanita dewasa dan menikah dengan pria yang kalian cintai. Mommy harap, kalian selalu sehat dan jangan pernah berhenti untuk belajar hal baru. Sua, lanjutkan ambisimu untuk selalu meraih peringkat pertama di sekolah. Suji, kembangkan bakat menari ballet-mu. Buat mommy dan daddy bangga pada kalian.

Jeon Daeshim. Tanpa menebak pun setiap orang pasti akan tahu jika Daeshim adalah anak laki-laki dari Wonwoo. Saat tertidur pun wajahnya terlihat begitu mirip dengan pria yang sedang fokus menyetir di sebelahku ini. Aku jadi penasaran, apakah Daeshim juga akan memiliki sifat seperti Wonwoo? Semoga tidak..

Nak, aku berjanji akan merawatmu seperti anakku sendiri. Kau bisa memanggilku dengan sebutan 'mommy' seperti kakak-kakakmu. Aku harap kau bisa tumbuh dengan baik dan menjadi kebanggaan kami. Khususnya ibu kandungmu yang sudah tiada.

Yang perlu kau tahu, kasih sayangku padamu tidak akan pernah berubah. Kau, adalah anakku. Aku yakin, kau dan ayahmu bisa menjadi pahlawan untuk dua kakak perempuanmu. Dan tentu saja.. mommy.

Dan yang terakhir adalah Jeon Wonwoo. Aku tidak mengerti kata-kata apa yang bisa mendekripsikan seorang Jeon Wonwoo yang sekarang telah resmi kembali menjadi suamiku. Tapi yang jelas, dia adalah satu-satunya pria yang bisa membuatku jatuh cinta sekaligus membencinya.

Tidak pernah menyangka jika aku bisa menikah dengan pria berwajah dingin dan menakutkan itu. Namun sebenarnya, hati dan sikapnya sangat hangat. Memang benar jika hanya orang-orang terdekatnya saja yang bisa memahami sifat asli seorang Jeon Wonwoo.

Aku tidak ingin lagi mengingat kesalahan di masa lalunya karena itu hanya akan membuat hatiku kembali sakit.

Untuk bisa bersamanya, aku harus melalui banyak sekali rintangan. Namun hasil yang ku dapatkan pun sangat berharga. Dia adalah pria pertama yang bisa mengambil hati kedua putriku. Bahkan dengan bangganya Sua dan Suji memanggil Wonwoo dengan sebutan 'daddy' saat kita tidak memiliki hubungan apapun.

Sejak saat itu, aku mulai merasa nyaman mendengar panggilan mereka terhadap Wonwoo. Begitupun dengannya yang bahkan mewujudkan panggilan itu menjadi kenyataan. Kita menikah dan Sua Suji memiliki kebebasan untuk memanggil Wonwoo dengan sebutan 'daddy' karena dia sudah resmi menjadi bagian dari keluargaku. Dan tentunya ayah untuk kedua putri kembarku.

Jeon Wonwoo suamiku, tetaplah seperti ini. Saat aku memiliki beban berat di pundakku, tetaplah memelukku dengan tubuh hangatmu. Tetaplah menciumku hanya untuk sekedar mengucapkan selamat pagi dan malam padaku. Tetaplah menepuk-nepuk puncak kepalaku saat kau merasa bangga padaku. Tetaplah protes saat aku bertingkah kekanak-kanakan di depanmu.

Untuk yang terakhir.. Tetaplah menyayangiku dan ketiga anakmu, Sua Suji dan Daeshim.

Sungguh.

Aku mencintaimu, Jeon Wonwoo.

Author POV

"Kita sudah sampai. Bawalah Daeshim ke kamarnya. Aku yang akan menggendong Sua dan Suji.", ucap Wonwoo melepaskan seatbelt-nya dan juga Sohee.

"Kau tidak memerlukan bantuanku?", tanya Sohee yang membenarkan posisi Daeshim di pelukannya.

"Tidak, kau sudah kelelahan. Segeralah istirahat. Aku akan menyusul.", Wonwoo mencium kening Sohee sekilas dan keluar dari dalam mobilnya.

Sohee segera masuk ke dalam rumah, begitupun dengan Wonwoo yang menggendong Sua terlebih dulu.

Setelah Wonwoo berhasil menidurkan Sua dan Suji di tempat tidur mereka, ia tak lupa memberikan kecupan di puncak kepala Sua dan Suji secara bergantian. Sohee yang baru saja menidurkan Daeshim langsung menuju kamar Sua dan Suji untuk menyusul Wonwoo. Ia mengikuti suaminya yang mencium puncak kepala Sua dan Suji bergantian.

"Sekarang tempat tidur Sua dan Suji sudah terpisah. Artinya sebentar lagi mereka akan memasuki masa remaja", ucap Sohee.

"Benar. Aku tidak menyangka mereka akan tumbuh secepat ini.", balas Wonwoo tersenyum.

"Ayo kita ke kamar..", ajak Sohee sembari mengusap punggung Wonwoo.

"Daddy.. Mommy.."

Wonwoo dan Sohee menoleh saat mendengar Sua bersuara.

"Sua mau peluk..", rengek Sua yang berusaha membuka matanya.

"Suji juga..", sahut Suji mengikuti rengekan saudara kembarnya.

"Baiklah. Tidurlah dengan nyenyak. Daddy ada disini.", ucap Wonwoo mendekap kedua putrinya bergantian.

"Suji senang.. Karena bisa kembali ke rumah ini bersama daddy lagi.. Suji sayang daddy dan mommy.."

"Sua juga senang.. Memiliki adik baru yang sangat lucu.. Sua berjanji akan menjadi kakak yang baik untuk Daeshim.. Sua sayang daddy, mommy, Suji dan Daeshim.."

Sohee tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Bibirnya tak sanggup mengeluarkan kata-kata yang bisa menggambarkan kebahagiaannya saat ini.

"Terima kasih sayang. Apapun yang terjadi, ingatlah jika daddy dan mommy selalu ada untuk kalian. Daddy sangat mencintai kalian.", Wonwoo mengeratkan pelukannya.

"I love you, dad.."

"Daddy, saranghae.."

Keduanya kembali tidur dengan lelap. Perlahan Wonwoo dan Sohee melepaskan pelukannya agar tak mengganggu tidur Sua dan Suji.

Wonwoo merangkul Sohee yang masih sesenggukan dengan berjalan menuju kamarnya. "Sudah jangan menangis..", bisiknya sembari mendekap Sohee cukup erat. Jemarinya membelai rambut istrinya.

Sohee melingkarkan tangannya pada pinggang Wonwoo. Wajahnya masih bersembunyi di dada bidang Wonwoo.

"Aku benar-benar bahagia..", ucap Sohee yang masih terisak.

"Sayang, terima kasih telah mempercayaiku kembali. Terima kasih karena masih mencintaiku dengan tulus meskipun aku telah berkali-kali menyakiti perasaanmu.

Sekarang kau sudah resmi kembali padaku. Aku harap, selamanya kita bisa hidup dengan bahagia dan mampu melihat anak-anak kita tumbuh remaja, dewasa hingga menikah.

Aku sangat berterima kasih padamu, istriku."

Wonwoo mencium bibir Sohee cukup dalam. Kali ini ia benar-benar tak ingin kehilangan istrinya. Sohee mengeratkan pelukannya. Ia merasa sangat nyaman dengan kehangatan tubuh Wonwoo saat mendekapnya.




















"Aku mencintaimu, Jeon Wonwoo."

















"Aku mencintaimu, Yoon Sohee."





-----
End
-----

Continue Reading

You'll Also Like

179K 19.1K 55
Alasan mengapa Sehun dan Joy tidak pernah terlibat dalam skandal pacaran terjawablah sudah. Mereka yang terlalu fokus dengan pekerjaannya dan mengang...
70K 8.1K 41
"Jadi ibu rumah tangga ternyata nggak segampang nyalin tugas temen," keluh Yerim pada sang suami. "Nggak apa-apa. Belajar pelan-pelan saja. Practice...
1.6M 77.5K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
77.3K 10K 84
Bukan oneshoot, satu judul bisa terdiri dari beberapa chapter, genre suka-suka » Baku » Semi baku Baca aja, barangkali suka :))