SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

3 - PAST

48.4K 6.4K 413
By an11ra

Mataku mengerjab lebih cepat seirama dengan napasku yang entah mengapa tiba - tiba sesak, padahal aku yakin tidak punya riwayat penyakit asma. Otakku terus merangkai teori yang masuk akal guna mencerna kejadian yang kualami. Jawaban paling masuk akal adalah aku sedang bermimpi dan pastinya ini sejenis mimpi buruk.

Tetapi mengapa sakit yang kurasakan di kepala rasanya semakin perih, bukannya kita tidak akan merasakan sakit jika sedang bermimpi ? Sepertinya aku harus mencubit diriku sendiri, tapi akupun tak berani bergerak karena mata tombak runcing yang terlihat asli dan tajam itu masih berada tepat di depan wajahku.

Mungkinkah ada syuting film kolosal di Museum Gajah ? Mengarahkan pandangan pada ketiga orang yang mengacungkan tombak padaku. Sepertinya mereka artis figuran, terlihat dari pakaian yang mereka kenakan mirip pakaian prajurit zaman kerajaan. Mereka bertelanjang dada dan hanya memakai celana selutut dan dililit sejenis kain batik, selain itu mereka memakai ikat kepala dari motif kain batik yang sama.

Menghembuskan napas lega, mungkin aku memang salah jalan dan malah masuk ke area untuk syuting film. Tersenyum canggung pada mereka, namun sebaliknya mereka tetap menampilkan wajah datar mengerikan.

Rasanya ingin mengumpat, karena kebodohan mereka, bagaimana mungkin mereka berpikir aku adalah bagian dari lakon film ini. Jelas - jelas pakaian kami berbeda model. Mana ada wanita zaman dahulu yang memakai blazer dan celana panj ... monologku dalam hati terhenti dan napasku tercekat lagi manakala memindai pakaian yang kukenakan. Kemana blazerku ? Kenapa celana panjangku berubah menjadi kain batik juga ?

Putus asa, aku benar - benar butuh pertolongan, lalu aku melirik ke kanan dan kiri mencari gawaiku, namun seperti yang aku takutkan terbukti karena jangankan gawai tetapi semua barang - barang dan pakaianku beberapa saat lalu lenyap seketika, berganti dengan bentuk lain.

Apakah aku telah dikutuk oleh ibuku seperti Malin kundang ?

Atau karena namaku MALINda Rengganis Puteri, jadi nasib kamipun sama ?

Derap langkah kuda membuatku dan para prajurit mengarahkan pandangan pada sosok itu. Berjarak sekitar lima meter dari kami, sehingga aku tidak begitu jelas melihat wajah pria yang berada di atas kudanya, apalagi mataku mendadak buram penuh dengan air mata.

"Apa yang kalian lakukan ? Cepat bawa dia dan masukan ke kereta seperti yang lain. Kita tidak punya banyak waktu" Teriak pria berkuda itu.

Seketika badanku diangkat paksa dan agak diseret untuk mempercepat langkahku yang lunglai. Rasanya badanku sudah berubah bagai agar - agar, kekuatanku entah hilang kemana sedang air mataku terus membasahi pipiku. Menit demi menit berlalu membawa kesadaran bahwa ini terlalu nyata untuk dibilang mimpi.

Badanku didorong paksa masuk kereta kayu. Jangan bayangkan kereta Cinderella, mungkin ini semacam gerobak pembawa rumput yang hanya aku lihat di buku - buku sekolah. Hanya ukurannya lebih besar dan tentu tak beratap. Semoga saja tidak turun hujan karena aku hanya mengenakan kemben yang pastinya membuat rasa dingin akan terasa berkali - kali lipat.

Tetapi aku sedikit bersyukur karena aku perempuan, coba jika aku laki - laki maka aku harus berjalan kaki dengan tangan terikat seperti mereka yang berada tak jauh dari kereta. Entah berapa kilometer mereka harus berjalan, membayangkannya saja sudah membuatku merinding.

Hentakan kereta kuda yang mulai melaju membuat lamunanku buyar. Beberapa prajurit yang sepertinya memiliki pangkat lebih tinggi mengedarai kuda dan berada di samping kereta sambil mengawasi kami semua. Kadang salah satu dari mereka, mungkin pimpinannya berteriak memberi perintah agar berjalan lebih cepat.

"Aauuuw ..." Ringisku saat aku menampar pipiku sekali. Coba - coba saja siapa tahu aku bisa terbangun dari mimpi aneh dan mengerikan ini. Tersenyum canggung saat kelakuanku menjadi pusat perhatian semua wanita yang ada di kereta.

Ada sekitar tujuh orang wanita muda yang ada di kereta termasuk aku. Namun aku melihat ada kesedihan yang sama di mata mereka. Aku makin kagum pada para tokoh yang menghapuskan sistem perbudakan. Kira - kira Abraham Lincoln sudah lahir belum yaa zaman ini ? Tapi diakan ada di Amerika. Hadeeeh .....

Ringisan pelan lain berhasil mengusir pikiran anehku. Memandang wanita di sampingku yang memegang lengannya di sebelah kanan. Mataku melebar kala melihat darah segar menetes membasahi tangan dan pakaiannya. Miris sekali dan pastinya perih, aku aja yang terantuk batu rasanya kepalaku snat - snut nggak jelas, apalagi luka gadis ini yang cukup panjang dan sepertinya agak dalam.

Pasti kerjaan pengawal - pengawal sialan itu, teganya berbuat begitu pada perempuan. Memandang mereka tak suka, apalagi saat tatapanku beradu dengan prajurit berkuda itu. Akhirnya aku melihat wajahnya dengan jelas. Jenis wajah pemimpin yang kejam dan otoriter sepertinya.

Memalingkan pandanganku darinya, aku mencoba merobek kain "jarik" yang aku kenakan. Tak kupedulikan pandangan baik orang yang ada di dalam kereta ataupun yang ada di sekitar kami. Kelakuan anehku dari tadi sepertinya membuat mereka berpikir aku agak kurang waras. Apapun pemikiran mereka tentangku terserahlah, aku tak peduli.

Mungkin benar kata orang bahwa harga menjamin kualitas. Maklum pakaian rakyat jelata macam aku kini, maka tanpa usaha besar kain yang sepertinya keseringan dicuci ini rapuh dan mudah sobek.

"Maaf, aku harus membebat tanganmu untuk menghentikan pendarahannya. Apalagi wajahmu pucat begitu. Bagaimana kalau kau kehabisan darah ? Apa di daerah sini ada rumah sakit? Tapi apa budak boleh ke rumah sakit ?" Aku terus berbicara sambil membebat tangannya lalu mengikatnya, tak memperdulikan ekspresi heran orang di sekitarku. Mungkin aku berbicara terlalu cepat atau terlalu cerewet.

"Nah, sudah selesai. Bagaimana ? tidak terlalu kencangkan ikatanku. Lukanya sepertinya cukup dalam, mungkin harus dijahit. Tahan saja jika tanganmu terasa kebas, tapi lebih berbahaya jika kau kehabisan darah. " Aku tersenyum pada gadis ini dan dibalas dengan senyum lemah darinya tanpa menjawab pertanyaanku barusan.

Membenarkan posisi dudukku kembali, memandang sekelilingku yang hanya berupa jajaran pohon. Tempat tujuan kami sepertinya masih jauh, bahkan matahari yang ada di sisi timur mulai bergerak ke barat. Jujur pikiranku kacau, apa aku bunuh diri saja ? Bukannya di drama yang aku tonton, saat yang tokoh mati maka otomatis dia kembali ketempat asalnya. Tapi bagaimana jika tindakanku tidak membawaku langsung kembali ke masa depan tapi malah membawaku langsung ke akhirat.

"Gedebuuuuk" suara orang terjatuh menarik perhatian kami semua, otomatis arak - arakanpun berhenti. Memandang kebelakang pada salah satu pria yang diikat itu telah terkapar di tanah. Sang pemimpin prajurit memutar kudanya hingga ke arah pria yang sudah ditarik berdiri oleh salah satu pengawal.

Refleks aku bergerak karena melihat pria itu sudah pucat pasi saat berhadapan dengan pimpinan prajurit yang telah turun dari kudanya. Mungkin pria itu kelelahan. Bayangkan berjalan seharian tanpa makan dan minum. Kalau itu aku, bukan hanya jatuh mungkin pingsan atau masuk IGD.

Aku mencoba bangkit namun tanganku dicekal oleh gadis disebelahku tadi "Jangan ikut campur !" Katanya memperingatkan aku.

"Orang itu mungkin kelelahan dan kehausan. " Berkata pelan sambil menatap sengit pada pimpinan prajurit yang sepertinya kejam dan tak punya hati itu. "Orang itu kejam sekali, paling tidak beri sedikit air"

"Dia tidak kejam, sejak tadi memang tidak ada sungai yang kita temui sepanjang perjalanan. Apalagi sekarang sudah lama tidak turun hujan. Lagipula kami menang terbiasa menahan lapar dan haus."

Hatiku tercubit mendengar perkataanya "Ini kemarau maksudmu ? tapi masa dia tidak membawa persediaan air sama sekali. Dasar orang aneh." Telunjukku mengarah pada pria berkuda itu

"Tidak ada kaum bangsawan yang membagikan minuman pribadinya pada budak. Tapi Raden Panji juga tidak minum dari tadi dan apa itu kemarau ?"

"Kemarau tentu saja nama musim. Oh jadi namanya Panji. Kau sepertinya kenal betul yaa, dengan Panji - Panji ini ?" Mataku menatap sebal gadis yang belum aku tahu namanya itu.

Kulihat pipinya merona sebelum buru - buru menjawab "Hampir semua orang juga kenal atau paling tidak pernah mendengar namanya. Kau pasti berasal dari daerah yang jauh sekali sepertinya ? "

Menghembuskan napas kasar, aku kembali duduk tanpa melihat kebelakang. "Iya benar, aku berasal dari tempat yang jauuuuuuuh sekali. Aku juga berharap tetap ada di sana sekarang. Apa hidup rakyat miskin disini semenderita ini ? Wajar bila mereka penjajah, tapi kitakan sama - sama orang Indonesia. Tidak adakah peri kemanusiaan pada saudara sendiri ? " Tanyaku padanya dengan pandangan lurus ke depan

"Indonesia ? Penjajah ? Apa itu ? " Tanya wanita yang duduk di depanku

Otomatis aku memandangnya "Haaaaah ..." Aku terperangah, memastikan ulang keadaan di sekitarku. Aku yakin masih berada di Indonesia, atau aku ada di Thailand ... Ngarep ... mengeleng - gelengkan kepalaku, hingga satu kesadaran mendadak muncul di kepalaku.

Seperti yang biasa terjadi saat aku tidak mendapat asupan makanan yang cukup, maka kerja otakku juga ikut kacau. Aku guru sejarah lupa bahwa nama Indonesia muncul dan diperkenalkan James Richardson Logan sekitar tahun 1850 dalam Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia. Berarti aku berada sebelum tahun itu.

Aku segera memalingkan wajahku pada gadis itu lagi "Kita sekarang ada di mana ? Terus kita akan dibawa ke mana ?"

"Sekarang aku yakin, gadis ini tinggal di atas gunung. Pantas saja kelakuannya aneh dan akalnya pendek." Ucap seorang perempuan lain di kereta sambil menatapku dengan pandangan meremehkan

"iiishhh ..." Desisku, ini nih cikal bakal nettizen julid yang maha benar. Mataku menyipit menanggapi nyinyirannya.

Gadis di sebelahku berkata, membuat atensiku beralih menatapnya "Tentu saja kita akan dibawa ke Kutaraja, kita akan jadi budak di Tumapel. Entah akan bekerja di kerajaan atau bekerja di keluarga bangsawan lain. "

Tumapel ...

Tumapel ...

Berarti benar aku masih di Indonesia, berdasarkan catatan sejarah aku sepertinya kini berada di sekitar daerah Malang, JawaTimur. Aduh, aku migrain tiba - tiba. Jantungku tiba - tiba berdetak lebih cepat seiring bulu kudukku yang meremang. Apakah hidupku di sini akan malang juga ?

Percakapan antara aku dan Mama yang berjarak sekitar 152 km itu dalam sekejap berubah berjarak ratusan tahun. Ada satu yang aku syukuri yaitu saat ini bukan masa penjajahan, mungkin bangsa Eropa masih sibuk bikin kapal.

Namun berita buruknya bahwa aku akhirnya berada di tempat yang tak akan terjangkau oleh Mama. Berada di kerajaan dengan catatan sejarah paling berdarah.

Apa aku telah menghianati negara di kehidupanku sebelumnya, tapi tidak ada reinkarnasi dalam kepercayaan di agama yang kuanut. Rasanya ingin berteriak sekencang - kencangnya.

Batinku bertanya mengapa aku tidak terdampar saja di masa Kerajaan Majapahit. Jadi aku bisa melihat bagaimana rupa sosok Gajah Mada secara langsung. Jika tidak di Majapahit, mungkin bisa di Kerajaan Demak sehingga aku bisa bertemu minimal salah satu wali songo. Tetapi berada di Tumapel ... Entahlah

Aku tersenyum sambil mencoba peruntunganku, mungkin masih ada harapan "Berarti ini wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari atau Tumapel, benarkan ?"

Gadis itu mengangguk beberapa kali. Oke menuju pertanyaan selanjutnya dan paling penting untuk memprediksi bagaimana kira - kira kehidupanku saat ini. Aku bertanya hati - hati "Siapa raja yang berkuasa di Tumapel sekarang ? " Aku merapalkan doa dalam hati, semoga Raja Kertanagara ucapku dalam hati

"Rajanya tentu Sri Rajasa Sang Amurwabhumi " Jawaban itu malah diberikan oleh gadis lain lagi di kereta dan membuat leherku tercekat karena terlalu cepat menengok padanya

Air mataku menggenang lagi bahkan napasku rasanya tinggal satu - satu "Amurwa ... bhumi... Sri Rajasa Sang Amurwabhumi ... Ken Arok ..." Ucapku tercekat, aku sebenarnya tidak begitu hapal gelarnya secara lengkap. Tetapi aku hanya hapal nama gelar bagian akhirnya.

"Jangan sebut namanya, kamu bisa dihukum" Gadis tadi memperingatkanku lagi, tapi aku mendadak tuli.

"TIIDAAAAAAAAAAAAAAAAK" Tak sadar aku berdiri sambil berteriak kencang hingga perhatian semua orang bukan lagi tertuju pada pria yang terjatuh tadi tetapi padaku.

Tak kupedulikan saat si gadis menariku turun dan membekap mulutku agar tak mengeluarkan kata - kata berbahaya lain. Mungkin aku memang telah dihukum Tuhan. Ternyata tragedi berdarah di Singasari baru dimulai dan sialnya aku kini sedang berada di masa itu.

"MAMA ... LINDA MAU PULANG !!!" Jeritku dalam hati karena mulutku masih dibekap.

---------------Bersambung---------------

08 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 109 35
Bagimana jika kamu yang awal nya takut dengan pria yang hanya bisa kamu lihat tetapi semakin berjalan nya waktu kamu malah mecintainya. Pria itu t...
68.3K 8.5K 31
"Aku menawarkan pekerjaan padamu." "Pekerjaan?" Alis tebal Louisa bertaut. "Ya, pekerjaan. Pekerjaan yang sangat cocok untukmu, kau tak perlu kemana...
964K 64.3K 72
" hamba benci... pada ayah hamba yang mengirim hamba ke istana, Jeonha.. kau begitu penuh dengan kebencian, hamba... hanya melindungi apa yang hamba...
87K 10K 70
[Wattys 2018 Shortlist] "Mata masyarakat tidak akan peduli dengan rasa sakit kita semua! Yang mereka pedulikan adalah kehidupan mereka masing-masing...