MARITARE

By Roses_Series

4.6M 96.8K 2.9K

Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar... More

01 ● BEGINNING
02 ● FIND OUT
03 ● REASON
04 ● ENCOUNTER
05 ● ADDRESSING WILL
06 ● DINNER
07 ● REFUSAL
08 ● HARDSHIP
09 ● ENGAGE
10 ● VISIT
11 ● STAY
12 ● FIRST KISS
13 ● BROKE UP
14 ● WEDDING
15 ● AFTER PARTY
16 ● NEWLYWED LIFE
17 ● LITTLE SCRATCH
18 ● DISAPPOINTMENT
19 ● HEATED NIGHT
20 ● INVITATION
21 ● AMELIORATE
22 ● IRONY OF FATE
23 ● COCKTAILS AND TEARS
24 ● BAD INTENTION
26 ● REMEDY
27 🖤 NIGHT IN THE WOODS

25 ● FALLS APART

97.1K 3.3K 85
By Roses_Series

"Guys, gue sama Rosa ada urusan mendadak, kita balik duluan. Thanks for tonight" Alex masih menyempatkan memberikan penghargaan pada usaha teman-temannya yang telah menggelar pesta untuknya dan sang istri. Ia berkata singkat di hadapan tamu undangan yang sedang berkumpul di dalam bar.

Teman-teman Alex jelas keheranan begitu melihat Alex datang sembari menggandeng Rosa yang menyembunyikan linangan airmata.

Alex cepat-cepat mengambil tas istrinya dan mengucapkan salam perpisahan dengan terburu sebelum kegaduhan terjadi.

Para tamu undangan pesta tampak saling pandang satu sama lain berusaha mencari jawaban tentang apa yang mungkin terjadi. Melihat Alex yang berwajah tegang dan Rosa yang menangis pilu membuat mereka kompak merasa syok.

"Eh ada apa sih?", "Tadi Rosa nangis ya?", "Kenapa ya sampai nangis kayak gitu?"
"Lo liat muka Alex gak? Serem anjir..."

Ketika Alex dan Rosa sudah meninggalkan bar, barulah teman-teman mereka bertanya satu sama lain hingga membuat ruangan itu berdengung seperti sedang ada kerumunan lebah.

"Gue tau" ceplos Dreisa yang juga berada disana.

"Apa Dre?", "Kenapa Dre?", "Cerita dong..." Pinta teman-teman Dreisa.

Dreisa menghela nafas sesaat. "Yah.. Rosa nangis soalnya tadi dia lihat Alex lagi make-out sama Shely" jawab Dreisa enteng. Ia berkata seolah mengesankan Alex juga berinisiatif untuk bermesraan vulgar dengan sang mantan kekasih.

"What?" , "Apa?" , "Yang bener lo?!" Kegaduhan pun kembali terjadi di dalam bar.

"Bener itu Shel?" Tanya Daniel memandang tajam pada Shely.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata Shely mengiyakan pertanyaan Daniel dengan anggukan pelan. Dan semua orang di dalam bar pun langsung terkejut tak percaya.

**

Dengan langkah gontai Harvey berjalan kembali ke bar sambil menenteng jas hitamnya. Pria itu bahkan belum membersihkan diri dan wajahnya masih bersimbah darah, kemejanya yang putih menjadi basah dan merah terkena darahnya sendiri.

Kegaduhan di dalam bar berubah hening sesaat ketika semua orang melihat Harvey datang dengan wajah babak belur.

"Harvey!" pekik Dreisa sangat terkejut ketika melihat pria yang ia cintai terluka.

Keterkejutan Dreisa juga diikuti oleh Daniel cs, yang langsung menghambur menuju sisi sahabat mereka.

"What the fuck! Lo kenapa Bro?" Tanya Daniel penuh khawatir.

"Lo habis di bogem?!" Adam tak kalah was-was melihat kondisi Harvey yang menyedihkan.

Harvey tak mengindah kan serbuan perhatian dari teman-temannya. Ia hanya berjalan gontai menuju meja terdekat. Harvey kemudian terduduk di sofa dan meraih tisu untuk mengelap darahnya sedikit demi sedikit.

"Bang lo kenapa? Siapa yang pukul lo? Mana orangnya? Biar gue bales!" Jason yang turut prihatin tampak ingin membalaskan dendam dengan berapi-api.

Harvey tetap tak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun walaupun didesak oleh banyak orang yang mengelilinginya. Daniel akhirnya maju dan meminta Adam untuk membubarkan kerumunan yang menonton. Ia duduk disamping sang sahabat dan berusaha bertanya baik-baik.

"Vey, barusan Alex buru-buru pamit. Apa ada hubungannya sama ini?"

Harvey melirik Daniel sekilas. Daniel sempat tercenung sebelum dapat memahami arti kerlingan Harvey. Tanpa dijawab oleh sang sahabat pun akhirnya ia tau siapa yang membuat pria itu babak belur.

.
.
.
.

***
.
.
.
.

"Rosana! tunggu! dengerin dulu!" Pekik Alex pada sang istri begitu mereka memasuki penthouse. Ia mempercepat langkahnya untuk menyusul Rosa yang menghambur masuk dengan setengah berlari.

"Rosa gak mau dengar... udah cukup!!" Rosa masih bersikukuh menolak mendengar pembelaan suaminya. Tangannya menutup kedua telinga sambil terus berlalu tanpa menoleh ke belakang.

"Berhenti Rosana!" Perintah Alex pada Rosa yang berjalan menjauhinya dalam keremangan ruangan. Ia kemudian meraih tubuh gadis itu dan membalikkan badannya dengan paksa. Rosa hampir tersungkur karena heels yang dipakainya membuatnya mudah kehilangan keseimbangan.

"Dengerin dulu! Kamu salah paham! Itu enggak seperti yang kamu lihat!" Alex berusaha keras menjelaskan duduk perkara yang terjadi. Kedua tangannya memegang kedua sisi lengan Rosa agar tak ambruk ke lantai.

"Mas pikir Rosa buta? Jelas-jelas Rosa lihat pakai mata kepala Rosa sendiri, apa yang mas sama kak shely lakuin di lorong Rosa lihat jelas... bahkan baju kak Shely... bajunya..." Rosa tak kuasa melanjutkan. Ia jadi teringat penampakan adegan vulgar yang mengiris hatinya.

"Dia yang mulai duluan! Dia juga yang lepas dress-nya... aku gak tau. Aku gak nyentuh Shely sama sekali" Alex menyeru. Ia frustrasi Rosa tak mau mendengarkan penjelasannya dengan kepala dingin.

"Dia ada di depan mas kenapa mas gak tau?" sinis Rosa mendengar sanggahan suaminya.

"Itu karna tadi aku fokus lihat handphone... tolong percaya sama aku-" Ah sial!' Alex merutuki dirinya sendiri. Ia menyesal dengan mudahnya terjebak bujukan sang mantan kekasih. "... Shely yang ajak aku ngobrol disana. Aku gak tau kalau dia mau ngelakuin hal itu. Aku juga kaget, aku butuh waktu untuk mencerna apa yang dia lakuin..."

"Bohong!" Rosa masih tak percaya.

"Sini dulu!" Alex bersikukuh menahan Rosa pada tempatnya saat gadis itu meronta ingin berpaling.

"Apalagi? Gak cukup mas menyakiti hati Rosa? Selama ini mas anggap Rosa anak kecil yang seenaknya mau Mas permainkan?-"

"Apa maksud kamu?"

"Setelah semua yang mas lakuin dan bilang ke Rosa ternyata itu gak tulus... Mas masih cinta kan sama kak Shely?" Airmata Rosa kembali mengalir turun.

"Aku udah gak cinta sama dia! Aku udah gak peduli sama dia!" Sahut Alex menjawab keraguan hati Rosa.

"....Kenapa gak dari awal aja Mas bilang kalau cuma mau pura-pura nikahin Rosa. Kenapa mas segitu jahatnya sampai mau cerai-in Rosa kalau kakek Marwan udah meninggal..."

" Apa?!" Alex tercenung mendengar tuduhan yang meluncur dari bibir istrinya.

"Iya. Rosa udah tau. Mas bakal cerai-in Rosa kalau kakek Marwan udah gak ada kan?"

"Siapa yang bilang itu ke kamu..." Bukannya langsung menyangkal Alex justru melirih ragu. Dan hal itu semakin menguatkan kepercayaan Rosa bahwa Dreisa tak mengada-ada.

"Jadi benar? Benar itu niat Mas? Jadi itu yang Mas janjiin sama kak Shely?" lirih pilu Rosa menahan sakit hatinya yang begitu dalam.

Alex menghela nafas kasar. Ia tak punya pilihan lain selain berkata jujur. Tapi yang Rosa dengar pasti hanya setengah cerita. Dan ia berniat untuk meluruskan hal tersebut. "Aku memang pernah bilang seperti itu ke Shely. Tapi itu dulu... dulu sebelum aku bertemu kamu. Lalu semua berubah... aku-"

"Jadi Mas memang punya pikiran sejahat itu? Menikahi seseorang terus Mas ceraiin gitu aja?"

"Waktu itu aku masih bingung harus gimana. Kakek benar-benar punya ide gila yang gak masuk akal. I didn't know what to do! That just a silly thought-"

Rosa terdiam sesaat. Ia menatap Alex nyalang dalam keremangan lampu ruang tengah penthouse yang tak seluruhnya menyala.

"Jadi alasan Mas menikahi Rosa memang semata karena mas takut sama kakek Marwan...?"

"Kamu ngelanturin apa lagi sih, Sa? Siapa yang takut sama kakek?" Alex kini tak mengerti apa yang dibicarakan istrinya itu.

Dreisa memang mengatakan kebenaran tentang niat Alex yang akan menceraikan wanita yang dijodohkan dengannya begitu sang kakek tiada. Tapi itu dulu sebelum Alex bertemu Rosa dan ternyata gadis itu justru berhasil mengambil hatinya. Alex sama sekali sudah tak berpikiran seperti itu.

Dan selebihnya perkataan Dreisa hanyalah kebohongan. Termasuk perihal Alex yang takut pada sang kakek. Itu tidak benar. Apa yang sudah Alex raih saat ini tak ada hubungannya dengan kakek Marwan. Justru ia lah yang berjasa mengembangkan perusahaan milik keluarganya.

"Kalau mas gak takut... terus kenapa Mas mau nikahin Rosa? Kenapa juga harus menunggu kakek Marwan gak ada baru mas mau cerai-in Rosa?"

"Aku udah bilang itu dulu, dulu sekali sebelum aku ketemu kamu... itu hanya opsi bodoh kalau aku harus terpaksa menikahi orang yang gak aku kehendaki.." terang Alex dengan gemasnya.

"Terus sekarang Mas berubah pikiran? Yang benar aja..."

"Rosana!"

"Rosa cuma minta satu hal dari Mas. Terserah mas mau cerai-in Rosa kapan... Rosa gak peduli. tapi yang jelas, mulai sekarang Mas gak perlu pura-pura baik sama Rosa lagi dan tolong jangan campurin urusan Rosa..." Rosa melebarkan matanya memandang lekat Alex agar laki-laki itu tau ia bersungguh-sungguh. Nampaknya ia tak mau menggubris penjelasan Alex.

Alex melapaskan jemari dari pundak sang istri sembari mengulas smirk sinis yang menunjukkan kepahitan hatinya. " jadi itu yang kamu mau?" ia berkata lirih memandang Rosa yang masih berderai airmata.

"...ini pasti karena Harvey kan? Sekarang udah ada dia makanya kamu berani melawan aku kayak gini?!" Alex justru menduga kemunculan Harvey juga turut andil membuat Rosa seolah berpaling darinya. Rasa cemburunya pada pria itu memang belum usai.

"Kenapa Mas jadi salahin kak Harvey? Gak cukup tadi mas pukul dia? Kak Harvey gak salah apa-apa kenapa Mas pukul?" Tanya Rosa heran karena memang tak mendengar persis yang sebenarnya terjadi.

"Oh jadi kamu belain dia-" Alex mendesis dengan tangannya yang mengepal menahan emosi.

"Iya Rosa belain dia... Mas keterlaluan! Mas kasar! Mas pukul orang yang gak bersalah! Cuma karena kak Harvey mau tenangin Rosa terus Mas marah?"

"Kenapa kamu belain dia? Apa bagusnya itu orang ha?!"

"Karena Kak Harvey bukan orang jahat seperti Mas!" Rosa memekik seolah begitu yakin.

Dada Alex tiba-tiba merasakan sakit yang menyengat begitu mendengar istrinya lebih memihak pria yang baru saja ia anggap sebagai pengkhianat.

"Baru ketemu sebentar udah bucin... " lirih Alex dengan nadanya yang menyindir. Ia menyembunyikan sesak di dadanya dengan berlagak sinis.

Rosa menggelengkan kepala mendengar tuduhan suaminya.

"Rosa benci sama mas! Jangan pernah bicara apalagi sentuh Rosa lagi!!"

Entah mendapat kekuatan darimana Rosa berani berteriak kencang pada Alex. Kekecewaannya sudah di ubun-ubun dan tak bisa lagi di bendung. Ia takut selama ini Alex hanya mempermainkannya, mengambil kesempatan dari dirinya yang tak tau apa-apa.

Airmata pun terus luruh membasahi pipi Rosa. Rosa cepat-cepat berbalik dan melangkah untuk pergi dari hadapan Alex. Ia sudah tak ingin bertengkar dan berpikir untuk menenangkan diri di dalam kamar.

"Kamu lebih percaya orang lain daripada aku?" Alex kembali mencekal lengan Rosa dan bertanya dengan suara gemetar menahan amarah pada istrinya yang sangat keras kepala itu.

"Iya, Rosa lebih percaya orang lain. Dan Rosa enggak dan gak akan pernah percaya lagi sama Mas!" Lirih gadis itu dengan penekanan di ujung kalimatnya. Alex seketika tertegun mendengar jawaban sang istri.

Setelahnya Rosa mengibaskan tangan Alex untuk cepat-cepat menghambur ke kamar. Ia baru saja hendak meraih handle pintu, namun tiba-tiba tangannya sudah dicengkeram terlebih dahulu oleh Alex. Pria itu kemudian mendorong tubuh mungil Rosa hingga membentur tembok. Ia lalu mengunci kedua pergelangan tangan gadis itu dengan jemarinya.

"Lepas !!"

Rosa berusaha berontak akan tetapi usahanya berakhir sia-sia. Bahkan kemudian ia mendapati Alex membungkam bibirnya menggunakan cumbuan kasar.

**

Dengan garangnya Alex melumat bibir Rosa tanpa ampun. Ia sudah muak dengan kata demi kata menyakitkan yang meluncur dari bibir istrinya itu. Alex tak memedulikan Rosa yang menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak ingin menerima ciuman yang ia berikan. Sedangkan Rosa sesungguhnya merasa jijik membayangkan bibir suaminya yang tadi telah mencium wanita lain berganti menyentuh bibirnya.

"Lepaaasss..!!"

Rosa meronta dengan dadanya yang menyesak dan rasa sakit pada pergelangan tangannya akibat cengkeraman Alex yang begitu kuat.

Namun Alex tak bergeming. Ia terus mencumbu Rosa dengan brutal sembari menekan tubuhnya sekuat tenaga hingga menghimpit gadis itu diantara dinginnya dinding dan dirinya. Setelah cukup lama bergelut Alex kemudian meraih pinggang ramping Rosa, membuka pintu kamar dan dengan paksa mendorong gadis itu hingga ke tepi tempat tidur.

Di dalam kamar Rosa yang temaram, Alex menjatuhkan tubuh istrinya itu hingga terpelanting di atas ranjang. Tanpa membuang waktu sedetikpun, ia melepas jasnya asal kemudian menindih sambil terus menciumi bibir Rosa tanpa henti. Jemarinya menelusup diantara surai hitam Rosa dan mencengkeram sisi kepalanya begitu erat.

Rosa tak bisa berbuat banyak selain memohon untuk dilepaskan oleh suaminya yang menggila. "Stoppp.. berhentiii..." Rosa terisak sambil menolak semua cumbuan kasar yang Alex hamburkan pada tubuhnya. Ia benar-benar berpikir bahwa pria itu hanya mempermainkan dirinya dan membuat Rosa sangat membencinya.

"Sssshh. diem!!" Gertak Alex sembari meraih kembali pergelangan tangan Rosa dan mencengkeram hingga membuat kulitnya memerah.

Rosa sudah sangat ketakutan. Ia bukan lawan kekuatan Alex yang maha dahsyat. Tubuhnya kian melemah.

Sesaat kemudian Alex merobek dress Rosa dengan kasar, membuat manik-manik kecil yang menghiasi gaun gadis itu berceceran di atas tempat tidur.

"Hikss" Rosa terhenyak. Ia menangis tersedu. Ia merasakan jemari panjang Alex mulai menggerayangi tubuhnya dan bibir pria itu terus menebarkan cumbuan kasar nan sensual di wajah, payudara, dan seluruh kulitnya yang terbuka.

"Mmass... jangan... " isakan Rosa semakin menjadi. Saat itu Alex benar-benar terlihat mengerikan dimatanya. "Jangannnn..." Rosa merintih sembari terus menggerakan tubuhnya untuk menghalau bibir basah Alex yang tak berhenti menyecap kulitnya. Wajahnya penuh dengan airmata bercampur saliva Alex yang melumatnya erotis.

Dikala Rosa mulai pasrah dan berpikir dirinya akan habis di tangan pria yang berstatus suaminya itu, tak disangka, Alex justru menghentikan aksinya.

Alex berangsur mengendurkan belenggunya pada tubuh Rosa. Ia bahkan perlahan menarik tubuhnya ke atas dan tak lagi menimpa Rosa yang berada di bawahnya. Dengan nafas terengah, Alex memandang wajah gadis itu yang samar terlihat dalam keremangan cahaya.

Melalui suara seraknya Alex pun berujar lirih. Matanya menatap manik mata Rosa yang juga membalas memberikan pandangan antara sedih, takut dan terkejut.

"Kalau kamu pikir aku cuma mau mempermainkan kamu, sudah dari dulu kamu hancur di tanganku..." Alex merasa sangat kecewa melihat Rosa yang tak memihak dirinya sedikitpun. Bahkan gadis itu menelan mentah-mentah apa yang didengar dan dilihat tanpa mempertimbangkan perhatiannya selama ini.

"Kamu pikir kenapa aku belum melakukan itu, hm?" Alex mendesis.

Ia menjeda sesaat sebelum akhirnya melanjutkan.
"... kenapa? Kamu tau? Itu karena aku peduli sama perasaan kamu! Aku ingin membuatnya berarti buat kamu. Ingin kita melakukannya karena kamu yakin dan percaya sama aku, bukan kemauanku secara sepihak"

"Tapi sekarang... kalau kamu memang gak mau percaya sama aku, itu urusan kamu... tapi satu hal yang harus kamu tau, Demi Tuhan, aku bersumpah, aku gak seperti yang kamu tuduhkan Rosana..." Hanya sekali Alex berniat meyakinkan Rosa yang berubah melawannya. Selanjutnya ia tak akan lagi berusaha menjelaskan pada Rosa yang keras kepala.

Alex melepaskan cekalannya pada gadis itu lalu mulai berangsur menarik tubuhnya semakin menjauh. Ia tampak mundur dan sesaat kemudian sudah berdiri dan tak lagi menindih tubuh sang istri. Di tepi ranjang Alex memandang Rosa yang masih terkulai.

"Kamu mau mendengarkan orang lain yang baru kamu kenal, kamu lebih percaya atau bela mereka daripada suami kamu sendiri... Silahkan! Mulai sekarang aku gak akan mencampuri urusan kamu begitu juga sebaliknya. Itu kan yang kamu mau?"

Ucap Alex yang kemudian disambut suara lirih tangis. Dengan hati kecewa pria itu pun segera berbalik menuju pintu dan pergi meninggalkan Rosa yang terbaring tak berdaya di atas ranjang.

**

Alex membanting pintu dengan sangat keras ketika ia kembali ke kamarnya. Ia berusaha menguasai diri seraya mengambil nafas dalam-dalam. Namun sekuat apapun ia mencoba, emosi-emosi kalut masih dominan menyelimuti dirinya.

"Aaarrghhh!!" Alex mengerang meluapkan rasa frustasinya sambil menarik sprei ranjang dengan kuat hingga tergolek ke lantai. Perasaannya kala itu begitu campur aduk. Ia meruahkan kecewa yang mendalam pada Harvey, Shely, Rosa dan dirinya sendiri sekaligus.

Alex kemudian mendudukan dirinya di lantai sambil bersandar di tepi ranjang. Ia mengelus dada bidangnya perlahan untuk mengurangi rasa nyeri yang tiba-tiba muncul.

"Screw you, Alex.. " gumamnya lalu mengulas sebuah senyum kecut, ia diam-diam menghakimi diri sendiri atas kekacauan yang telah terjadi.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

237K 3.1K 13
(CERITA LENGKAP BISA KALIAN BACA DI APLIKASI DREAME) . Berawal dari seorang gadis SMA yang baru saja lulus dan ditinggal oleh orangtua nya karena per...
145K 18.6K 22
Nicholas Richard Panggabean terkenal sebagai playboy sejati sejak masa remajanya. Kalau dihitung deretan mantannya, mungkin daftarnya bisa dijadikan...
423 94 21
Jaka baru saja meninggal, namun dia bereinkarnasi ke dunia lain yang dimana terdapat manusia yang mampu menggunakan berbagai senjata dan sihir. Di du...
92.2K 3.6K 21
"Mah, sekarang ini jamannya Siti Nurbaya.." "Hah? Ngawur ngomong, udah tahun berapa Rara, 2020 kamu bilang jaman si Siti," "Mah, come on la, jodohin...