Bad Boy Cafe: Milly 「END」

By andhyrama

628K 46.5K 72.4K

[15+] Apa jadinya jika bad boy bisa dipesan lewat aplikasi? Aku Erza Miller Pambudi yang luar biasa menawan d... More

ERZA || MILLY
CHARACTERS
PROLOG
01 || SUPERMAN
02 || I'M SEXY
03|| BIG BOSS
04 || BAD PUZZLE
05 || STRANGE MAN
06 || ALTER EGO
07 || CUSTOMER 01 (a)
08 || COSTUMER 01 (b)
09 || FIRST REVIEW
10 || LECTURER
GAZA |01| GEMI
11 || DYLAN WANG
12 || DUA MILIAR
13 || PELAKOR
15 || PELUKAN
16 || PENGIN MATI
17 || PERJANJIAN
18 || PACARAN
19 || PAGI NAMI
20 || PERTAHANAN
GAZA |02| GEMI
21 || KENANGAN
22 || KESALAHAN
23 || KESEPAKATAN
24 || KEHANGATAN
25 || KONSPIRASI
26 || KEMAMPUAN
27 || KEBOHONGAN
28 || KEMENANGAN
29 || KECELAKAAN
30 || KEHILANGAN
EPILOG

14 || PUTUSKAN

14.5K 1.1K 2.3K
By andhyrama

BAD BOY CAFE: MILLY
13 || PUTUSKAN
a novel by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama// Shopee: Andhyrama [an Online Bookshop]

Instagram Erza: @erza_milly

Bukannya, itu malah lebih menyakitkan kalau bertahan hanya karena modal kasihan?

(◍_◍)

Pre-Question

Absen dulu! Vote ke berapa kalian di part ini?

Siap buat pilih tim? Tentukan dari sekarang!

#NaMilly

#MilLynda

Just random questions before you read the story!

1. Menurut kalian, apa cewek yang beneran cewek harus lemah lembut?

2. Kalian suka nonton video prank nggak sih?

Menurut kalian itu lucu, nggak sih? Atau justru ngeselin?

3. Lebih sering buka Twitter apa Facebook?

4. Ada yang main TikTok di sini?

Menurut kalian itu alay nggak sih? Atau fun-fun aja?

5. Kalian kalau habis baca buku, nonton film atau drama yang sad ending, bakal kepikiran terus nggak sih?

Apa lebih kepikiran kalau ending-nya gantung?

6. Dari 1-100, seberapa Fakboi Erza sebenarnya?

Ada yang nonton When We Were Young 2018?

Aku sedih sama endingnya, kalau kepikiran masih ngerasa sesak. Tapi kalau dipikir-pikir itu endingnya udah bagus banget. Membekas dan nggak bisa dilupain.

Awalnya nonton itu karena pengin lihat aksi Hou Minghao (cast Naga) tapi malah jadi jatuh cinta sama karakter dan jalan ceritanya. Pokoknya reccomended. Aku mau buat reviewnya di Instagram ntar.

Akhirnya, aku lanjut nonton My Girlfriend is An Alien. Aku udah terlanjur suka sama Wan peng (cast Gadis) soalnya dia itu manis banget kalau senyum dan aktingnya dapet banget. Pantes sekarang laris dapat peran utama.

Di sini ada yang nonton My Girlfriend is An Alien juga?

Aku juga lagi nyoba nonton Meteor Garden 2018, yang main kan Dylan Wang (cast Erza) sama Shen Yue (cast Nami). Ada yang udah nonton?

There are too many dramas I want to watch, stories I want to write, books I want to read, tasks that I have to do, but most of the time I spend on lying down.

Happy reading, don't forget to vote, comment, and share!

(◍_◍)

Banyak cewek yang udah gue sakitin.

Gue rasa, lebih baik nyakitin hati sekali langsung lunas daripada nyicil tapi terus-terusan.

(◍_◍)

"Lynda, Lynda, Lynda ...," gumamku yang baru saja bangun.

Aku mengingat setiap detik selama satu jam itu. Bahkan, saat bertemu 

pelangganku setelahnya, aku sampai membayangkan dia yang bicara denganku. Lynda hanya melukisku, sesekali dia menatapku, memperhatikanku, dan menyuruhku untuk duduk lebih tegap, atau fokus pada arah pandangan yang dia mau.

"Bisa sedikit angkat dagumu," suruhnya saat itu.

"Apa aku boleh melihat lukisannya setelah jadi?"

Dia menggeleng.

"Kenapa?"

Dia tersenyum. "Karena kau hanya perlu bercermin untuk melihat dirimu, kan?"

Auranya benar-benar tidak biasa. Siapa dia sebenarnya? Pertama kalinya, aku sangat penasaran dengan pelangganku sendiri. Namun, aku harus sadar dia hanya pelanggan. Tidak lebih. Secantik apa pun, aku harus bisa menahan ketertarikanku.

"Bang Erza! Ayo sarapan bareng!"

"Oke tunggu Abang, ya!"

Saat aku menuju ke ruang makan, dahiku langsung mengkerut karena di situ ada Nami yang sepertinya baru selesai memasak. Kenapa dia ada di sini? Di meja makan ada Gaza dan Zara yang sudah siap makan.

"Ngapain lo?" tanyaku ke Nami.

"Mas Robi lagi latihan jadi istri lo!" seru Gaza.

Nami melirik ke Gaza.

"Iya-iya, Mbak Robi."

"Tadi gue lihat nyokap lo keluar pagi-pagi. Jadi, gue tanya dia bilang mau pergi sebentar, lalu gue izin dia buat bikin sarapan buat kalian," jawab Nami yang kemudian ikut duduk.

Aku tidak bertanya lagi, lalu memilih ikut duduk di sampingnya.

"Masakan Kak Nami enak," kata Zara.

Nami tersenyum pada Zara.

"Pasti dipaksa nyokap lo suruh belajar masak, ya?" tanya Gaza. "Bersyukurlah, nyokap lo masih peduli dan pengin lo jadi kayak cewek. Nggak kayak nyokap gue yang sibuk sendiri."

Perkataan Gaza membuatku kesal, tetapi aku harus menahan diri untuk tidak berdebat.

"Gue bisa masak biar kalau lulus kuliah nggak dapat kerja bisa jadi pembantu di luar negeri, puas lo?" sahut Nami ke Gaza.

"Gimana masakan gue? Lo nggak pengin nantang gue lomba masak?" tanya Nami dengan songong padaku.

"Lawan si Naga aja sana kalau masak," balasku.

"Ada yang pengin gue omongin sama lo abis ini," bisiknya.

Setelah selesai makan, aku dan Nami berdiri di beranda rumahku. Dia kemudian memperlihatkan layar ponselnya. "Nih lihat!"

Aku mengernyit saat melihat grup dengan nama Perkumpulan Mantan Si Fakboi Erza. "Grup macam apa, itu?"

"Gue nggak tahu, tiba-tiba gue dimasukin. Gue kan bukan mantan lo! Najis banget. Tadinya gue mau langsung out, tapi karena gue kepo mereka bahas apaan, gue jadi stay."

"Coba gue lihat isinya!"

"Nggak boleh."

"Terus lo ngapain ngasih tahu gue kalau gue nggak boleh lihat? Lo cuma mau pamer kalau lo dianggap mantan gue, kan?" tanyaku kesal.

"Goblok banget sih! Mantan-mantan lo bikin grup kayak gini berarti mereka bisa aja rencanain sesuatu, kan? Mungkin, mereka pengin balas dendam ke lo."

"Siapa adminnya?"

"Si Silvi."

"Jadi, sejauh ini mereka bahas apa?"

"Katanya sih mau bikin arisan. Tapi gue agak jijik sih karena mereka banyak share foto-foto lo, kayaknya banyak yang belum move on. Mereka juga gosipin si Anggun pacar lo yang sekarang. Nggak faedah banget, galeri gue jadi banyak foto lo!"

"Idih, padahal lo seneng, kan? Ciye, yang nyimpenin foto-foto gue!"

Nami mendorongku. "Udah ah, gue out aja!"

"Jangan! Pantau aja dulu, kabari kalau ada sesuatu yang aneh," cegahku.

"Bayaran apa?"kata Nami. "Nggak mungkin gue lakuin ini cuma-cuma ke lo."

"Lo mau berapa? Mau gue jajanin cilok berapa ribu tusuk?"

"Gue nggak mau duit atau jajan, atau barang-barang lain."

"Mau lo apa?"

"Lo berhenti jadi pembalap liar," kata Nami dengan pandangan mengancam.

"Gimana lo tahu?"

"Mending lo berhenti sebelum nyokap lo tahu," kata dia. "Ingat ya, gue nggak peduli sama lo. Gue cuma kasihan kalau Bibi Fira tahu lo ikut-ikutan kayak gitu."

"Gue nggak mau," jawabku. "Silakan out dari grup itu, gue nggak peduli."

Nami memasang wajah kesal. Tanpa kata-kata, dia langsung pergi. Nami tidak mungkin membongkar itu ke ibuku. Dari dulu, Nami selalu menyembunyikan kenakalanku di sekolah.

Aku akan berhenti jadi pembalap liar jika dan hanya jika Bang Agum juga berhenti. Dia suka berada di sana, ngebut-ngebutan, dan menikmati malam di atas motor.

"Gue ngerasa jadi diri gue, Za di sini. Gue udah berusaha berhenti ngerokok demi Gadis, tapi menghentikan kebiasaan yang udah dijalani bertahun-tahun bukanlah hal mudah. Kayak di sini, seberapa besar keinginan gue buat berhenti, selalu ada pemicu buat balik lagi," ungkap Bang Agum yang pernah kuingat.

"Gue janji, gue bakal selalu di sini temenin lo, Bang," ungkapku yang dibalasnya dengan senyum.

(◍_◍)

Sehabis latihan bola, aku melihat Nami masih berlatih untuk lomba larinya. Aku duduk dengan Naga, Petro, Fariz, dan kelas sebelas yang lain. Kami baru saja makan ditraktir Naga yang memesan makan lewat aplikasi.

"Lo perhatiin Nami terus," kata Naga. "Kenapa lo nggak sama dia aja yang jelas-jelas selalu ada, daripada ganti-ganti mulu?"

"Enggak," jawabku.

"Erza lagi mikirin gimana biar sixpack, soalnya dia udah janji karena kalah lari dari Nami," kata Petro membocorkan.

"Oh gitu," kata Naga seraya tertawa kecil. "Eh, Za."

"Apa?"

"Apa bener Bang Agum sama Kak Gadis udah putus?" bisiknya.

Aku mengangguk. "Kenapa lo tanyain itu?"

"E-enggak, enggak ada apa-apa," jawabnya yang langsung gugup. Sudah kusadari dari lama, kalau Naga suka dengan Kak Gadis.

"Tunggu satu atau dua bulan, kalau mau deketin Kak Gadis. Terus, perbaiki dulu permainan bola lo dan belajar juga buat ningkatin nilai-nilai lo. Kak Gadis nggak nyari cowok yang cuma modal tampang sama kekayaan."

Naga terdiam beberapa saat. "Gu-gue nggak mau deketin Kak Gadis kok," ungkapnya dengan lemas. Dia tidak bisa berbohong.

"Syukurlah kalau lo sadar diri."

Petro mendorongku. "Jangan bikin dia sedih, dia kan baru traktir kita," bisik Petro.

"Bukannya gue sewot sama lo, Ga. Ngelihat lo yang selalu setengah-setengah saat main bola, gue pengin lo keluar aja dari tim ini. Itu hal yang selama ini lo pengin, kan? Ayah lo mungkin bakal marah, tapi dia nggak akan ngusir lo. Lo cuma perlu tunjukkin ke dia soal pilihan yang pengin lo ambil, tunjukkin kalau lo jago masak dan bakal jadi koki yang hebat. Lo nggak akan selamanya harus ngikutin mau dia, lo yang jalanin hidup. Lo harusnya bisa ambil pilihan sendiri, kan?" ungkapku. "Dengan reputasi gue, gue bisa bantu bukain klub tata boga di sekolah ini. Lo bisa jadi ketuanya di situ."

Naga menunduk. "Lo nggak ngerti gimana keadaan sebenarnya. Lagian, gue nggak sepinter lo, gue nggak sekuat lo, dan juga nggak seberani lo buat lakuin itu. Lo harusnya ngerti, gue nggak kayak lo, Za." Dia langsung berdiri dan pergi.

"Naga, tunggu!" Petro mengikuti Naga.

Aku ingin berdiri, tetapi Fariz mencegahku.

"Biarin dia," kata Fariz. "Gue tahu lo peduli, tapi ada saatnya juga lo nggak perlu ngurusin pilihan hidup orang lain."

(◍_◍)

Aku akan memutuskan Anggun, tetapi sebelum itu aku ingin berterima kasih dengan mengajaknya nonton dan bermain di mal. Dengan uang dari Big Boss, aku bisa bersenang-senang. Karena jam delapan aku harus ke Bad Boy Cafe, jadi aku menjemputnya dari jam tiga.

Di depan gerbang rumahnya, aku memencet bel. Tidak lama kemudian, seseorang membukakan pintu. Aku terdiam saat melihatnya, pelangganku. Dia pelanggan pertamaku, Anin.

"Anggun ada, Kak?" tanyaku sebisa mungkin untuk menjadi Erza--di luar Bad Boy Cafe, aku bukanlah Milly.

Dia masih tampak bingung, gesturnya menandakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu. Namun, kurasa dia tidak akan mengatakan itu karena ada perjanjian yang mana pelanggan dilarang mengungkit dan membocorkan identitas asli seorang host di luar kafe.

"Bang Erza yang tampan, rupawan, menawan sampai menembus awan!" Anggun datang dengan riasan yang berlebihan, bibirnya terlalu merah. "Aku sudah siap menghadai hari terindah di hidupku."

"Anggun ...," panggil Kak Anin, sepertinya mereka kakak beradik.

"Kakak kenapa? Kok pucat? Aku tahu, aku tahu, pasti Kak Anin terpesona dengan kegantengan Bang Erza milikku seorang ya?" tanya Anggun. "Gimana? Baunya, aromanya, dia sangat seksi, kan?" lanjutnya berbisik.

"Ayo berangkat!" kataku. "Oh, ya mana helmmu?"

"Oh iya, maaf aku lupa. Aku ambil dulu ya. Silakan Abang ngobrol sama calon kakak ipar," kata Anggun. "Kak Anin jangan macam-macam sama pacarku, ya!"

Anggun pun berlari pergi.

"Erza," panggil Kak Anin setelah Anggun masuk kembali ke rumah.

"Ya, Kak?"

"Gue harap, lo bisa jaga Anggun. Di-dia suka banget sama lo. Setiap hari selalu ngomongin lo. Jangan sakiti dia," kata Kak Anin.

Aku mengangguk. Setelah hari ini, aku tidak akan menyakitinya. Kami akan berakhir. Jika aku tetap pacaran dengan Anggun, aku hanya akan menyakitinya. Aku tidak suka padanya, aku hanya memanfaatkannya, dan aku tidak ada niat menjalin hubungan dengannya.

"Boleh aku peluk?" tanya Anggun saat kami sudah ada di motor.

"Jangan erat-erat," jawabku.

"Ih so sweet banget! Jangan erat-erat karena nanti aku nggak akan bisa melepaskannya, ya?" jawabnya. "Kenapa aku beruntung banget bisa pacaran sama Bang Erza yang begitu manis dan romantis."

Aku diam saja saat dia sudah memelukku.

"Hmm ..., wangi banget. Pake parfum apa, Bang?"

"Jaket gue belum dicuci dua bulan dan gue nggak pake parfum."

"Wangi kegantengan alami, ya? Natural. Ah, sungguh nikmat. Aku bisa terhipnotis dan merasa berada di surga kalau kayak gini terus."

Biarkan dia halu. Tahan karena ini adalah terakhir kalinya.

"Ah, takut!" Anggun memeluk tanganku saat kami sedang menonton film komedi.

"Itu kan lucu, apanya yang nakutin?"

"Pura-pura aja, biar bisa peluk tangan Abang hehe."

"Dasar!" Aku menarik tanganku dari pelukannya.

"Tapi Bang Erza kok kayak mau nangis, katanya lucu?"

"Siapa yang mau nangis?"

"Itu matanya berkaca-kaca."

"Saking lucunya itu!"

"Ih cute banget!"

"Jangan bilang gue cute! Nggak suka!"

"Sukanya, Anggun, ya?"

"Bisa diam? Banyak orang risih itu," bisikku.

"Oke, aku diam, tapi biarin aku peluk tangan Abang."

"Nih!" Aku menyodorkan tanganku, dia pun langsung kegirangan.

Saat kami keluar ruangan bioskop pun, dia masih memeluk tanganku. Aku biarkan saja. "Mau main?"

Dia mengangguk. "Apa pun sama Abang, Anggun akan lakukan. Mau main debus juga ayo."

Kami bermain di Fun World. Aku cukup bersenang-senang. Kulihat, Anggun juga tampak sangat bahagia. Dia selalu tersenyum dan tertawa. Namun, kulihat seseorang yang sepertinya memperhatikan kami. Cowok yang mirip adik kelas yang pernah menghampiriku di kantin.

Tolong jangan sakiti Anggun.

Mungkin, cuma mirip.

"Ah, aku selalu kalah sama Abang. Abang sekali aja ngalah dong sama aku, biar aku seneng gitu."

"Tanpa gue ngalah juga lo seneng, kan?" tanyaku.

"Ah tahu aja! Ini adalah hari terindah dalam hidupku. Nggak bohong!"

"Mau boneka?"

"Mau, mau, mau! Eh, lebih mau guling sih. Abang mau nggak jadi guling aku? Biar aku selalu bisa peluk Abang."

"Nggak."

"Ih so sweet mulu! Ayo boneka aja!"

Anggun sampai belepotan saat kami makan bersama. Dia makan sambil bercerita banyak hal. Aku cukup antusias saat dia membicarakan Karla. Kata Anggun. Karla sangat bahagia karena ibunya suka dengan Petro. "Karla bilang, 'Mama aku suka Bang Petro. Katanya Bang Petro selain tampan, dia itu sangat sopan. Dia ngajarin aku dengan sabar. Dia sering gugup, tapi itu lucu. Kami juga makan malam bersama di rumah.' Menurut Abang, apa mereka bisa bersama, nggak?"

Aku mengangguk. "Bisa."

"Ah! Kita bisa double date. Nanti malam, aku mau nulis di buku harapanku tentang kencan ganda kita berempat. Pasti menyenangkan."

"Buku harapan?"

"Ehm ..., aku sering nulis Abang ada di sana. Bahkan, sebelum Abang jadi pacar aku. Aku pernah nulis bakal pacaran sama Abang, lalu jadi kenyataan. Lalu, aku juga nulis bakal kencan sama Abang, sekarang juga jadi nyata. Pasti kalau aku tulis kencan ganda kita, itu juga akan jadi kenyataan. Karla dan Bang Petro akan pacaran!"

Itu tidak akan terjadi, karena sepulang dari sini. Lo bukan pacar gue lagi, Nggun.

"ErzAnggun dan KarPet!"

"Nggun ...," ujarku yang terputus karena aku melihat dia lagi di meja lain. Gunawan, dia benar-benar membuntuti kami.

"Pulang yuk!"

"Aku masih mau di sini, masih mau sama Abang. Masih mau lihatin wajah Abang yang lebih indah dan berseni dari lukisan Leonardo Da Vinci."

Aku berdiri. "Ayo."

Akhirnya, dia juga ikut berdiri sembari membawa plastik besar berisi boneka-boneka yang sebelumnya kubelikan.

"Makasih ya, Bang. Sabtu depan kita kencan lagi, kan?" tanyanya saat sudah sampai di depan gerbang rumah.

Aku belum menjawab.

"Sejak Abang pilih aku jadi pacar, hidupku penuh dengan energi positif. Aku jadi selalu bahagia, aku nggak ingat hal-hal yang sedih lagi. Abang benar-benar anugerah buat aku. Mungkin, Abang nggak sadar karena terlalu sibuk dengan urusan Abang yang nggak pernah aku tahu, tapi aku nggak pernah nggak sibuk buat mikirin Abang.

"Aku selalu bertanya-tanya. Abang Erzaku udah makan belum ya? Abang jam segini udah tidur belum? Abang udah ngerjain PR belum ya? Abang hari ini perasaannya gimana?" Anggun kemudian tertawa kecil. "Selain udah diblokir, aku juga nggak mau nanyain itu langsung ke Abang karena aku tahu Abang sibuk.

"Aku juga pernah berpikir kalau Abang mungkin ... ada cewek lain. Tapi aku nggak apa-apa. Aku nggak akan marah. Aku nggak akan larang. Asal aku nggak lihat dia di depan mataku aja itu udah cukup. Abang boleh duain, tigain, empatin aku. Aku rela asal Abang ... nggak putusin aku."

"Nggun, kenapa lo berpikiran kayak gitu?"

"Sebenarnya, aku nggak mau bilang ke Abang. Tapi ..., beberapa hari lalu di jalan dekat sekolah, mantan pacar Abang datengin aku dan ngancam aku buat putus sama Abang. Lalu, aku ngelawan karena nggak mau putus sama Abang, tapi dia jambak aku, rebut tas aku dan buang isinya ke got. Ta-tapi itu bukan masalah. Aku udah balas balik dengan lemparin dia pakai air got."

Aku ingat kata-kata Nami soal grup mantan-mantanku. Mereka juga gosipin si Anggun pacar lo yang sekarang. Mungkin, mereka juga menertawakan, menindas, dan memperlakukan Anggun dengan buruk.

"Intinya, aku bakal terus bertahan. Mereka nggak akan ngaruhin aku buat terus sama Abang. Aku kuat!"

Cukup! Kami harus putus. Anggun hanya akan tersakiti jika dia bertahan.

"Kenapa lo mau bertahan sama orang yang nggak suka sama lo, Nggun?"

Anggun tampak kaget. "A-Abang nggak suka ... Anggun?"

Kejujuran memang sakit, tetapi aku tetap mengangguk.

Matanya membasah. "Nggak apa-apa, nanti juga suka."

"Gue cuma manfaatin lo buat nyari data orang yang mau les bahasa Jerman ke Petro. Selain itu, gue nggak ada perasaan apa-apa ke lo."

"Kalau itu, aku tahu. Tapi tenang aja, aku nggak marah. Kalau Abang mau manfaatin aku buat hal lain, dengan senang hati, aku bakal bantu Abang. Katakan saja, apa yang Anggun harus lakukan! Anggun akan lakukan segalanya buat Abang."

"Kita udah nggak ada harapan. Lo nggak usah bodoh dan jadi bucin kayak gitu. Kita putus aja, ya."

Anggun menggeleng, matanya sudah basah, tangisnya turun. "Ja-jangan. Kita masih ada harapan. Buku harapanku, semua terwujud di situ. Aku akan berharap lagi dan terus berharap buat kita, Bang."

"Kenapa lo nggak sadar juga? Gue nggak tulus sama lo. Jadi pacar gue, lo cuma bakal tersakiti. Lo masih mau? Apa alasannya?"

"Karena sekarang ..., Abang adalah alasan aku buat bertahan hidup."

"Jangan memaksakan. Makasih buat apa yang udah lo lakuin. Tapi hubungan kita berakhir di sini, ya. Berhenti mikirin gue dan coba buka hati buat yang lain," kataku yang kemudian menyalakan motor dan pergi.

"Abang! Aku lebih baik mati kalau nggak sama Abang!" teriaknya yang tidak kupedulikan.

(◍_◍)

Tekan tombol kalau kamu suka part ini!

Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?

2. Mana bagian yang paling kalian suka?

3. Menurut kalian, apa yang direncanakan para mantan-mantan Erza?

Apakah Nami bakal bantu Erza atasin mereka?

4. Buat yang baca Naga, Jangan Bucin! Dulu, kalian anggap Erza gimana?

Apa yang dia katakan ke Naga itu betul nggak?

5. Pendapat kalian tentang kencan pertama dan terakhir sama ErzAnggun itu?

6. Apa kalian khawatir dengan Anggun setelah kejadian ini?

7. Apa keputusan Erza udah tepat buat putusin Anggun?

8. DI BAB 15, BAKALAN FULL ADA DI BAD BOY CAFE! ADA INTERAKSI MENARIK MILLY-BENJI, LHO! SUDAH SIAP?!

Yang pengin baca bab 15 komen: BBC penuh cogan!

Sampai jumpa next update!

Coba komen next di sini, kalau ada banyak kumau update lagi hari Minggu."

(◍_◍)

Jangan lupa untuk follow:

@andhyrama
@andhyrama.shop

The Mascot of #Gamaverse: @jendraltherapper

Roleplayers:

@erza_milly || @petrovincenthardian || @gaza_kangkopi || @nami.robi || @lynda_fiara || @nolan.sparrow || @ferlan_erlangga || @martin_hades || @ronald_midas || @math_lemniscate || || @anggun_mariana || @lamar_kangparkir || @karlaolivianasution

@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || @agumtenggara

Fan page:

@team_nagabima

(◍_◍)

GRUP CHAT!

Oh, ya kalau mau masuk grup chat #TeamNagaBima, langsung DM @team_nagabima aja, ya! Bilang mau join!

di Instagram!

(◍_◍)

Continue Reading

You'll Also Like

19.7K 463 6
Berawal dari rasa keingintahuannya yang tinggi, Audriana pun memutuskan untuk bersikap nekat dan mengikuti segala sesuatu yang berhubungan dengan kak...
5.9M 648K 45
Kalau anak olimpiade berantem sama anak hits gara gara masalah vlog doang.... bakal baper nggak sih? - Yena awalnya termasuk para cewek yang sering m...
1.2M 168K 89
Sebuah kumpulan pesan singkat tidak terkirim dari seorang cewek yang menyayangi seorang cowok diam-diam. [ cover by nau2014 ] #1 Cerita Pendek. ...
65K 8.2K 33
Satu-satunya yang Adina syukuri adalah dia kembali satu sekolah dengan Shad. Namun ada yang tidak beres. Teman kecilnya itu sekarang berteman akrab d...