Aku Bukan Rumah

By riafil

510 44 2

Aku selalu mengira bahwa aku adalah rumah, dimana kamu pergi, kamu akan pulang dan berkeluh kesah, ternyata k... More

1
2
3
4
5
6
GANTI JUDUL
8
9
10
11
12
13

7

25 3 0
By riafil

Bintang membayar buku di kasir, setelah keluar dari toko buku dia berjalan dengan langkah ringanya. Kemana lagi hari ini? Pikirnya, karena dia takmau pulang terlebih dahulu. Dia memutuskan untuk membeli minuman boba dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Ponsel yang berada di tasnya ia buka, dan melihat sosial medianya. Poster film 'Avengers Endgame' bertebaran dimana-mana, dia masih kesal dengan Fasya yang tak mau diajak nonton, katanya "Males ah, lebih enak nonton yang genre romantis".

Soal menonton dia teringat percakapanya dengan Alam tempo hari.
"Hobby kamu apa?" tanya Bintang saat itu.

"Nonton sendiri"

"Di bioskop?"

"Iya"

"Emang apa serunya nonton sendiri?" karena menurut Bintang nonton sendiri itu tak enak, apalagi Bintang tak bisa mengenali kursi bioskop, maka dari itu kalau menonton di bioskop dia selalu mengajak temannya.

"Lebih enak nonton sendiri, kita lebih fokus sama filmnya dan gak ada yang ganggu kita, nanti deh kamu coba sendiri"

"Engga ah"

"Kenapa?"

"Aku takut salah kursi" seketika itu Alam menertawainya karna dia tak bisa mengenali kursi bioskop, Bintang memang suka malas kalau disuruh mengingat sesuatu, dasar pelupa.

Bintang memutuskan untuk mencoba, apa benar yang diucap Alam itu? Dia membeli tiket di aplikasi, agar ia bisa mengenali kursi bioskop, benar-benar payah. Dia memilih deretan sebelah kanan yang berisi 3 kursi, memilih kursi yang dekat dengan jalan dan disebelahnya sudah dipesan oleh orang. Kalau berdua gini pasti orang lagi pacaran, pikirnya. Masih jam 14:30 dan filmnya akan mulai jam 15:12, masih ada waktu untuk menghabiskan bobanya.

Saat sudah mendekati jam tayang, dia menuju bioskop. Dia melihat kursi bioskop dengan teliti agar ia tak salah, kalau sampai terjadi bisa malu dia, sudah datang sendiri, salah kursi lagi, memalukan. Akhirnya dia menemukan tempat duduknya, orang yang berada di sebelahnya masih belum datang, dia duduk dan memainkan ponselnya.

"Pop cornnya kak" seseorang menawarinya, dia memutuskan untuk membeli. Dan kembali fokus dengan ponselnya.

"Permisi" suara seseorang di sampingnya, ah mungkin dia yang duduk di sebelahnya "Ah iya" ucap Bintang mempersilahkan orang itu untuk melewatinya.

"Bintang?" ucap orang itu. Bintang menoleh dan terkejut "Loh Alam kok disini?"

"Nonton lah" bukan itu maksudnya, mengapa ia selalu kebetulan bertemu Alam.

"Mana temanmu?" tanya Alam

"Aku kesini sendiri"

"Katanya gak bisa nonton sendiri?"

"Temenku gak mau diajak, aku juga pengen nyoba enaknya nonton sendiri" Alam hanya menganggukkan kepalanya pertanda paham.

"Bisa kan cari kursi sendiri?"

"Ish, oh iya temenmu mana?"

"Aku sendiri"

"Perasaan pas aku pesan tiket tadi..." sambil mengingat

"Iya aku pesen dua"

"Tapi kok"

"Gak ada larangan beli 2 tiket yang duduk satu kan?" Bintang menggeleng.

"Yasudah, kamu kan niatnya kesini nonton sendiri, aku duduk di sebelah sana aja biar kamu lebih fokus nontonnya" Alam berpindah di kursi sampingnya lagi, jadilah mereka terhalang oleh satu kursi yang kosong.

Bintang tak pernah menduga filmnya akan membuatnya menangis, dalam adegan Black Widow mati saja dia sudah menangis. Sebisa mungkin tak terisak, agar Alam yang disebelah sana tak dengar.

Alam yang sedari tadi mencuri pandang tahu gerak gerik Bintang, akhirnya dia pindah duduk disebelah Bintang "Kenapa?" tanyanya.

"Mau nangis, Iron Man mati kamu gak bisa lihat?" dia berbicara dengan suara seraknya dan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Pundakku nganggur"

"Emang kenapa?"

"Katanya mau nangis?"

"Ha?" Bintang tercengang, Alam gak abis kesambet kan? Tanyanya dalam hati. Alam yang melihat Bintang menatapnya dengan wajah bingung, tangannya meraih kepala Bintang untuk disandarkan dipundaknya.

"Udah diem, nonton aja, kalau mau nangis, nangis aja gak usah malu"

Mereka berdua keluar bioskop bersama, sedangkan Bintang berjalan sambil menunduk.

"Kamu ngapain nunduk?"

"Masih nanya, kamu gak liat mataku sembab gini?" dia mendongakkan kepalanya sambil menunjuk matanya yang sembab.

"Iya aku lihat"

"Ya kan aku malu orang lihat wajahku gini"

"Apalagi aku"

"Ish!"

"Haha bukan gitu, takutnya orang anggap aku abis apa-apain kamu sampai sembab gini"

"Yaudah jangan jalan sama aku" Bintang memberi jarak jauh dengan Alam, seketika itu tangan Alam menariknya.

"Ngambek mulu"

"Abisnya kamu nyebelin"

"Iya iya" ucapnya sambil tertawa. Bintang melihat tangan Alam yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Aku berasa kaya barang yang diseret" gumamnya, Alam tetap mendengar walaupun Bintang berucap dengan suara kecil. Dia melepaskan genggamanya dan menautkan tanganya dengan Bintang. Bintang mempertanyakan keadaan jantungnya, jangan sampai berhenti, bisa mati dia.

"Aku gak bakal hilang Alam"

"Emang yang nyuruh kamu hilang siapa?"

Bukan itu maksud Bintang, gimana caranya jantungnya tak berlari maraton? Dia belum siap untuk digenggam erat begini, haduh.

"Kamu mau makan? kenapa pipimu merah begitu?" sambil memandang Bintang yang berusaha menyembunyikan wajahnya. Mampus! Batinnya.

"Mau pulang" dia mengalihkan pembicaraan.

"Gak makan dulu?"

"Udah kenyang"

"Bukannya kamu laperan ya?" teringat lagi kejadian saat di perpustakaan.

"Udah kenyang gara-gara menangisi kepergian Iron Man"

"Itu hanya film"

"Iya tau, tapi tuh masih gak rela"

"Iya terserah"

Saat tiba rumah Bintang, Alam memarkirkan sepedanya.

"Kamu mau mampir?" tanya bintang.

"Mampir ke toko kue mu, bunda pesen sesuatu"

Mereka masuk langsung disambut oleh ibunya Bintang. "Loh kalian kok bareng?"

"Kebetulan" ucap Bintang lalu melenggang masuk ke dalam. Sedangkan ibunya Bintang menyelidiki Alam dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Eh gini tante, saya gak sengaja ketemu Bintang di bioskop. Terus bunda menyuruh saya ambil kue"

"Oh putranya Dina ya?"

"Iya tante" Alam menunjukkan senyumnya.

"Terus itu anak nangis sampai matanya kaya abis di gebukin orang sekampung, itu gara-gara liat film?"

"Iya"

"Oala Bintang Bintang, film aja kok di tangisin" ibunya menggelengkan kepalanya karna heran dengan sifat anaknya sendiri, sedangkan Alam tersenyum dengan tingkah Bintang.

"Oh iya, ini pesanan bunda kamu" dia menyerahkan sekotak yang berisi kue.

"Makasi tante" ucapnya lalu berpamitan dan melenggang pergi.

Sedangkan Bintang yang sampai kamarnya langsung membuka buku catatanya dan menulis sesuatu disana.

Bahkan aku tidak bisa memastikan
Kebetulan itu bisa disebut takdir atau bukan
Kebetulan itu kau yang merencanakan
Atau semesta yang menjadwalkan?
Tolong jangan menyebalkan
Datang dan menggenggam tangan orang sembarangan
Dan jangan tanya penyebab rona merah pipiku
Sudah pasti itu bukan kepanasan!

- setelah menonton bioskop -

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
693K 50.9K 32
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
627K 29.8K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
272K 9.1K 23
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...