A Calm Water

נכתב על ידי harubear01214

20.6K 3.4K 853

Ketika danau yang tenang terusik dengan satu lemparan batu. (Hospital Playlist Remake but with my plot) Harub... עוד

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21

Chapter 5

958 186 77
נכתב על ידי harubear01214

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

17 years ago

Taeyong berlari sekencang mungkin sambil menghindari mahasiswa yang berlalu lalang di koridor. Dia sedang sial karena tertidur pagi ini setelah begadang bermain game tadi malam. Kenapa juga ia mengambil kelas pagi kalau tahu begini di semester selanjutnya ia mengambil semua kelas siang. Pemuda itu terus berlari hingga tidak sadar dengan kecepatannya sendiri.

Mata Taeyong melebar dan ia berteriak, "AWAS! "

Tabrakan itu tidak bisa terhindarkan sedangkan kedua pemuda yang melihat pintu kelas tertutup hanya bisa menghela nafas. Mereka terlambat ke kelas dan kemungkinan akan dihukum. Belum lagi mereka sedang merasakan nyeri karena insiden tabrakan barusan.

"Ah, kelasnya sudah dimulai."

Kedua pemuda yang masih terduduk di lantai termasuk Taeyong menoleh. Keduanya mengerjap memperhatikan tiga pemuda dengan tubuh lumayan tinggi terlihat murung. Kalau disambungkan dengan kondisi saat ini sepertinya mereka berlima termasuk pemuda yang ditabraknya ada di kelas yang sama.

"Kalian yang terlambat! "

Taeyong menghela nafas lelah setelah merapikan beberapa tumpukan buku.  Sebenarnya ia tidak masalah dengan bersih-bersih, yang jadi masalah adalah kenapa mereka harus membersihkan perpustakaan. Ia melihat ke sekitar teman-teman--entahlah apa mereka bisa disebut teman karena belum berkenalan--juga kelelahan sepertinya. Lagipula perpustakaan yang sudut-sudutnya berdebu sudah bersih.

"Mau istirahat?" tanya Taeyong

"Pekerjaan kita sudah selesai juga," kata pemuda yang paling tinggi.

"Ngomong-ngomong kita sepertinya menjadi satu kelompok di tugas mata kuliah tadi," kata pemuda bermata kelinci.

"Sepertinya sebuah kabar baik," kata pemuda tampan yang memiliki dimple di pipinya.

"Kita akan membicarakan itu di sini? " tanya pemuda yang tadi tidak sengaja Taeyong tabrak.

"Kita ke kantin saja," kata yang paling tinggi.

Semua mengangguk setuju dan menuju kantin universitas untuk mengisi perut mereka. Setelah memesan mereka saling memandang,  seketika kecanggungan menyerang.

"Kita lupa berkenalan. Aku duluan saja, namaku Johnny Seo," kata Johnny.

"Wah, kau bukan orang Korea?" tanya pemuda bermata kelinci.

"Aku lahir di Chicago," kata Johnny.

"Namaku Lee Taeyong," kata Taeyong.

"Aku dari tadi takjub melihatmu, kau dari dunia dua dimensi?" tanya Johnny.

"Mana ada yang seperti itu Johnny. Aku Kim Doyoung," kata pemuda bermata kelinci.

"Kau seperti kelinci Doyoung-ah," kata pemuda berdimple.

"Diam kau Jung! "

Tiga pemuda lainnya melotot. "Kalian saling mengenal? " tanya Johnny.

Keduanya mengangguk. "Kami berkenalan lebih dulu saat hukuman tadi. Ngomong-ngomong aku Jung Jaehyun," kata pemuda berdimple.

"Aku Moon Taeil," kata pemuda mungil yang tidak banyak bicara sejak tadi.

Semua mengangguk setelah berkenalan kemudian pesanan mereka datang. Kelima pemuda itu makan dengan hikmad karena lapar setelah membersihkan perpustakaan yang berdebu. Tidak ada percakapan berarti karena mungkin masih merasakan kecanggungan.

"Soal tugas, kita akan presentasi yang pertama jadi minggu depan," kata Doyoung memeriksa ponselnya.

"Astaga, aku mungkin akan membenci dosen itu," gerutu Johnny.

"Sudah dapat materinya, kita bagi saja dan berkumpul lagi untuk mengerjakan makalah," kata Taeyong.

Semua mengangguk setuju dan setelahnya berjanji untuk berkumpul lusa. Johnny,  Doyoung dan Jaehyun berpamitan lebih dulu yang katanya ada urusan masing-masing. Tinggal Taeyong dan Taeil di meja itu, namun Taeil sudah membereskan barang-barangnya. Pemuda itu sepertinya akan pergi juga,  padahal Taeyong harus mengatakan sesuatu.

"Taeil-ssi."

Pemuda itu menoleh ke arah Taeyong bertanya, sepertinya pemuda itu cukup pendiam.

"Aku minta maaf karena menabrakmu. Maaf bila baru bertanya sekarang. Ada yang terluka? " tanya Taeyong khawatir.

Mata Taeyong melebar mendapati sebuah senyum yang ia dapatkan.

"Tidak apa-apa Taeyong-ssi,  aku juga sedang panik saat itu."

"Tapi--"

Pemuda itu menggeleng, "Tidak apa-apa aku mengerti Taeyong-ssi. Lagipula kita sama-sama dihukum karena terlambat, meski kau tidak menabrakku kita tetap akan terlambat."

.

.

.

Doyoung tersenyum melihat foto yang terpajang di mejanya. Itu adalah foto bersama teman-temannya untuk merayakan presentasi pertama mereka. Mungkin berlebihan namun banyak hal menyatukan mereka meski perbedaan juga mengikuti. Tujuh belas tahun berteman, sempat berpisah karena berbagai hal, sekarang kembali menyatu. Takdir sepertinya berpihak padanya karena mengatasi rasa sepinya.

Pintu terbuka, ia tersenyum melihat pemuda yang tampak lelah setelah melakukan operasi. "Kau sudah makan Professor Kim?"

Doyoung menggeleng, "Kau mau mentraktirku? "

"Aku sudah janji saat itu. Aku akan ganti baju dan kita makan makanan yang kau inginkan."

Doyoung mengangguk, ia membereskan mejanya dan mematikan komputer yang baru saja ia gunakan untuk bekerja. Tidak lama ia menunggu Pemuda Jung berganti pakaian.

"Kau akan menyetir?" tanya Doyoung tidak yakin.

Jaehyun mengangguk, "Tidak apa-apa, nanti setelah makan kau yang menyetir."

Doyoung mengangguk saja, ia tidak bisa membantah atau mereka akan berdebat.

Jaehyun mendengus ketika mereka berakhir di sebuah rumah makan sederhana. Doyoung tertawa tapi ia tetap menarik Jaehyun untuk masuk ke dalam rumah makan itu. Mungkin Jaehyun berekspetasi tinggi soal pilihannya kali ini, namun ia tetap memilih rumah makan sederhana seperti ini. Menikmati masakan langsung dari pemiliknya lebih menyenangkan.

"Aku agak berlebihan saat membayangkan pilihanmu," kata Jaehyun setelah mereka memesan.

Doyoung menggeleng, "Apa yang kau harapkan dariku?"

"Tidak ada, kau yang terbaik."

Doyoung tersenyum lebar, ia sangat tahu kalau Jaehyun lebih suka makan di tempat seperti ini daripada tempat mewah. Ia sebenarnya juga senang jika bisa menghabiskan waktu berdua dengan Jaehyun seperti ini. Doyoung merasa lebih dekat dengan Jaehyun meski banyak waktu yang mereka habiskan bersama,  bahkan terlalu banyak mungkin. Tapi tetap saja semuanya terasa sangat menyenangkan.

"Apa kau merasa sesuatu yang aneh dengan Taeil?" tanya Jaehyun sebelum ia memasukkan suapan pertama ke mulutnya.

Doyoung menggeleng, "Entah, aku hampir tidak bertemu dengannya hari ini. Kau tahu banyak pasien IGD tadi."

Jaehyun mengangguk, "Aku tadi ke ruangannya untuk mengajaknya makan namun ia menolaknya. Apa ia punya masalah dengan salah satu dari kita. Kalau aku sepertinya tidak."

"Aku juga tidak, kau tahu aku paling sedikit bermasalah dengannya. Ngomong-ngomong kau peka sekali."

"Aku selalu sensitif Kim."

Doyoung tersenyum, "Dan berhati lembut."

Jaehyun mendengus. "Jangan coba-coba merayuku," katanya sambil memincingkan mata.

"Aku mau pesan kue beras juga."

"Aku menyerah, pesan sesukamu."

Doyoung tertawa dan ia benar-benar melakukan apa yang dikatakannya tadi. Sebanyak apapun mereka memesan keduanya pasti bisa menghabiskannya karena nafsu makan mereka lebih besar daripada para tentara. Uang juga tidak masalah mereka kaya karena sudah menjadi Dokter Spesialis dan mengurus bangsal VIP bersama.

"Jaehyun! "

"Hm? "

"Mau menyanyi untukku?" tanya Doyoung.

Jaehyun menghela nafas, "Kita hampir tidak punya waktu senggang Kim. Tapi boleh di akhir pekan kita ke Karaoke ajak yang lain juga."

"Terima kasih, kau memang pasangan yang baik."

"Lupakan saja, kita memang belahan jiwa."

Doyoung tertawa lagi,  ia selalu bisa tersenyum dan tertawa lepas bersama Jaehyun. Banyak orang yang mengatakan mereka serasi dan seperti pasangan, keduanya juga sering membantah namun terlalu lelah melakukannya. Memutuskan untuk menikmatinya saja dan membiarkan semua orang berpikir seperti itu. Doyoung juga terlalu menikmatinya. Kalau ia melanggar batas mungkin ia tidak akan menyesalinya.

.

.

.

"Professor Moon! "

"Biasa saja Taeil! Biasa saja!" bisik Taeil pada dirinya sendiri. Meski ia mungkin tidak sanggup melakukannya di depan Taeyong. Pernyataan tempo hari sungguh mengejutkannya, entah serius atau bercanda namun tetap saja membuatnya berdebar. Ya Tuhan Taeil dalam masalah.

"Kenapa kau tidak menungguku Moon?" tanya Taeyong.

"Kau membuatku terkejut saat itu, tolong sadarlah Professor Lee!" gerutu Taeil.

Taeyong tertawa, "Jangan dipikirkan kau harus fokus bekerja!"

"Kata-katamu sungguh mudah diucapkan," gerutu Taeil saat keduanya masuk ke lift.

Taeyong tersenyum kecil namun Taeil tidak mengerti artinya. Suasana di lift itu sunyi dan Taeil tidak ingin menghancurkannya karena ini lebih baik daripada berdebat dengan Lee Taeyong. Jujur saja jika Taeyong memberikan perhatian lebih mungkin ia akan merasa canggung kepada pemuda itu. Itu bukan hal baik menurut Taeil.

"Aku serius saat aku bilang tidak perlu memikirkannya. Kau boleh menganggapku teman saja atau kau menganggap itu hanya sebuah candaan. Yang harus kau lakukan adalah menerima perhatianku itu saja," kata Taeyong.

"Lee Taeyong!"

"Aku tahu, aku yang memutuskannya untuk melewati batas. Nikmati saja, jika kau mendepakku, aku akan kembali."

Taeil mengerjap.

Taeyong tersenyum lalu mengusak surai Taeil, "Selamat bekerja Professor Moon!"

Pemuda itu menghilang dibalik pintu lift namun jantung Taeil tetap berdebar. Bukannya ia suka pada Taeyong atau semacamnya namun pernyataan seperti itu memang selalu membuat berdebar entah kenapa.

.

.

.

Jaehyun terkejut mendapati Johnny ada di depan ruang perawatan intensif anak. Tidak biasanya pemuda itu ada di sini dan menunggunya. "Kenapa?"

"Mau minum kopi?" tanya Johnny.

Jaehyun mengernyit, "Yang lain ke mana?"

"Sibuk."

"Kau?"

"Aku besok sibuk, jadi hari ini senggang."

"Enak sekali."

"Kau mau atau tidak?" lama-lama ia kesal juga kepada Jaehyun.

"Boleh juga."

Akhirnya kedua pemuda itu berjalan ke lobby untuk mendapatkan kopi yang mereka inginkan. Kemudian ke taman rumah sakit untuk mendapatkan udara segar setelah beberapa jam terkurung di dalam rumah sakit.

"Kau sudah baca berita?" tanya Johnny.

Jaehyun menggeleng, hanya dari Johnny dan yang lainnya ia bisa mendapatkan kabar terbaru. Terkadang ia lupa untuk memperhatikan hal-hal seperti ini meski ia pemilik rumah sakit karena ia sangat sibuk. "Berita apa?" tanya Jaehyun.

"Pasien VIP transplantasi hati yang mendonorkan anaknya. Kau tahu salah satu perusahaan penerbitan besar."

Jaehyun mengangguk setidaknya ia mengenal beberapa orang di dunia bisnis jadi tidak heran banyak pasien VIP yang ia tahu. "Lalu kenapa?" tanyanya lagi.

Johnny memincingkan matanya, "Kau lupa sesuatu?"

"Apa?"

"Aish! Ya Jung Jae. Kau tempo hari mentraktir Doyoung karena menangani pasien. Apa aku tidak dapat juga?"

Jaehyun mendengus, "Kau pasti tahu dari Moon Taeil?"

"Hanya karena kau sekarang tinggal dengan Doyoung, jangan sampai kau pilih kasih pada temanmu!"

"Arrasseo! Setelah operasinya selesai aku akan mentraktirmu. Ya Tuhan hal inilah yang membuatku malas membuka identitas," gerutu Jaehyun.

"Sudah terlanjur jangan menyesalinya," kata Johnny tersenyum mengejek.

"Diam!"

Jaehyun mengunyah rotinya sedangakan Johnny mengecek ponselnya. Sepertinya pemuda itu benar-benar luang sampai bisa melihat berita dan minum kopi. Itu sebelum ponsel Johnny berbunyi kencang.

"Aku akan segera ke sana," kata Johnny sebelum memutus sambungan teleponnya.

"Kena karma juga kau," ledek Jaehyun.

Johnny tersenyum lalu mengusak rambut Jaehyun. "Aku pergi! "

"YA!  JOHNNY SIALAN!"

.

.

.

Taeil sedang berjalan menuju IGD dengan cepat sebelum sebuah rangkulan membuatnya terkejut. "Ya!  Seo kau mengejutkanku!"

"Kau mau ke IGD?" tanya Johnny yang melangkah sama cepatnya dengan Taeil.

"Itu kau tahu kenapa masih bertanya?"

"Iseng saja. Ngomong-ngomong apa kau sibuk nanti?" tanya Johnny.

Taeil menggeleng, "Berdo'a saja tidak ada keadaan darurat."

Johnny mengangguk, "Kalau tidak, aku ingin kau mengantarku ke toko musik sepertinya aku butuh bantuanmu untuk memilih lagu yang bagus."

Taeil mengangkat sebelah alisnya, "Tumben."

"Hanya ingin, aku sedang patah hati soal sesuatu. Aku ingin mendengarkan lagu sedih. Kalau begitu sampai jumpa nanti! " kata Johnny langsung berlari begitu sampai di IGD.

Taeil hanya menggeleng saja,  ia tahu pemuda itu sedang tidak dalam suasana yang baik. Jadi sudah tugas Taeil menghiburnya meski hanya sedikit lagipula ia butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya selain dengan bekerja. Pemuda itu langsung menggeleng begitu melihat Hendery memeriksa hasil CT Scan.

"Siapkan satu ruangan dan minta persetujuan dari wali," kata Taeil setelah mengetahui bahwa pasien harus segera di operasi.

Hendery mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan Taeil.

.

.

.

Taeyong menoleh setelah pintu ruang kerjanya dibuka. "Oh Ten!"

Pemuda yang dipanggil Ten itu tersenyum dan meletakkan satu cup kopi di meja Taeyong. Kebetulan pemuda itu bekerja sebagai residen di bagiannya dan satu-satunya residen laki-laki di bagian kandungan sama dengan Taeyong sementara ini.

"Aku hanya ingin berterima kasih kepada Professor karena mau mengangkat panggilan darurat dariku. Aku tidak bisa mengganggu Professor lain."

Taeyong tersenyum, "Tidak masalah kita harus bertahan di sini. Kau istirahat saja."

Ten mengangguk, "Terima kasih Professor!"

Setelah Ten keluar,  Taeyong mengeluarkan ponselnya lalu mengirim foto selfie dan mengeluhkan pekerjaannya di grupchat. Sebagian besar dari mereka menggerutu karena mengganggu tidur nyenyak teman-temannya. Apalagi Doyoung yang teriakannya bahkan seperti terdengar olehnya.

'Lee Taeyong sialan! Kau mau mati besok? Sudah dua hari aku kurang tidur!'

Taeyong tertawa dengan reaksi Doyoung yang selalu emosi jika tidur dan makannya diganggu. Namun ada satu chat yang terlambat masuk atau mungkin baru meresponnya.

'Istirahat Lee!'

Itu sudah cukup membuat Taeyong menurut dan beranjak ke kasur ruangannya. Ia masih ada jadwal rawat jalan besok.

Perhatian kecil Moon Taeil sudah cukup untuknya.

.

.

.

Johnny tidak bisa tidur, ia sedang mendengarkan musik dan meminum kopinya. Seharusnya ia tidur tapi ia terjebak dengan pemandangan malam Seoul yang mulai beristirahat. Ia membalas pesan teman-temannya di grupchat dengan gerutuan juga untuk memeriahkan pertikaian di sana. Ia tersenyum kecil lalu meletakkan ponselnya di meja.

"Sudah selama ini, bahkan sampai terganggu oleh satu batu kecil. Namun aku masih berdiri di belakang garis dan tidak sanggup menyebranginya. Apalagi saat kau tersenyum untuk orang lain," gumam Johnny sambil melirik ke fotonya dan teman-temannya di sana.

Johnny memejamkan mata berusaha memeredam rasa sakit karena patah hati.

.

.

.

Tbc

Yang disuka Johnny siapa hayoo?

המשך קריאה

You'll Also Like

319K 24.2K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
88.7K 6.1K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
93.7K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
73.5K 6.7K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...