My Conglomerate Husband (Comp...

By Au_thorsecret

89.3K 2.6K 132

Jangan lupa follow sebelum membaca 15+ "Cobalah membenciku..." "Aku tidak bisa...." "Kau egois..." Rank #01-L... More

-001-
-002-
-003-
-004-
-005-
-006-
-007-
-008-
-009-
-010-
-011-
-012-
-013-
info
Curhat Author
-014-
MHC 15
-016-
Cast Man
-017-
-018-
MHC 19
-020-
MHC 21
MHC 22
-023-
-025-
-026-
-027-
say thank you
-028-
-029-
-030-
MHC 31
-032-
-033-
-034-
-035-
-036-
-037-
-038-
-039-
-040-
Exstra Part -001-
Exstra Part -002-
promosi dan pengumuman

MHC 24

718 39 2
By Au_thorsecret

"Apakah kau, Erlina?" tanya seseorang wanita. Terlihat sepasang pria dan wanita itu menghampiri Erlina yang sedang kebingungan ia berada di mana.

"Ya, aku Erlina, anda siapa?" tanya Erlina pada kedua orang di hadapannya. "Kau Erlina anakku, ini mamah sayang, Mamah Anatasya. Dan ini papah mu—Andrew, Nak," terang Anatasya.

"Apakah benar kalian orang tuaku?" tanya Erlina tidak percaya. "Iya, Nak, aku papah mu."  Andrew menatap sendu sang anak yang sudah beranjak dewasa.

"Maafkan aku, Mah, Pah. Karena aku, kalian meninggal, pasti kalian sangat membenciku ... hiks ...," ucap Erlina terisak. Andrew dan Anastasya pun membawa Erlina ke dalam dekapannya, agar ia dapat merasakan kehangatan cinta dari seorang papah dan mamahnya.

"Kami tidak pernah membencimu, Nak. Bahkan kami sangat menyayangimu," balas Anatasya. "Baiklah, bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar?" ajak Andrew ketika ia sudah melerai pelukannyam

"Benar kata papah mu, ayo, Nak," ajak Anatasya. Erlina pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mereka bertiga pun berjalan dengan tangan yang saling baertautan.

Ketika di perjalanan, entah ini jalan menuju kemana. Gelap, sunyi dan dingin itulah yang dirasakan Erlina. Andrew pun membuka suaranya, "mengapa kau sampai ke sini, Nak?" tanya Andrew.

"Aku ingin istirahat, Pah, Mah. Aku lelah dengan lelaki yang aku cintai, tetapi nyatanya ia tidak mencintaiku ...," lirih Erlina seraya menatap kosong sekitarnya yang gelap, mencoba menerawang apa saja yang ia lakukan demi Amarlic.

"Apakah kau lelah dengan itu semua, Nak?" tanya Anatasya yang dibalas anggukkan oleh Erlina. "Kau menyerah?" tanya Anatasya lagi seraya menggenggam erat tangan putrinya yang ia rindukan.

"Ya, untuk saat ini dan selamanya aku akan berusaha melupakan Amarlic, Mah," pasrah Erlina dengan menundukkan wajahnya.  "Amarlic, nama yang bagus untuk lelaki tampan. Dan lebih tampan lagi jika ia bersanding denganmu, Nak. Hehe ...," gurau Andrew membuat Erlina tersenyum di dalam tundukkan nya.

"Pah," ucap Anatasya memperingati suaminya, jika ia belum selesai berbicara. Andrew mengajak anak dan istrinya untuk duduk di kursi yang panjang.

"Nak, mamah akan mengulang pertanyaan mamah, kamu benar-benar ingin menyerah?" tanya Anatasya. "Ya, tetapi aku tidak yakin jika aku bisa," sahut Erlina.

"Kau lelah, 'kan? Lelah, itulah tanda kebahagiaanmu akan datang. Percayalah pada mamah dan papah," tutur  Anatasya membuat Erlina menatap mata coklat Mamahnya.

"Namun, aku ingin ikut bersama kalian saja. Aku sudah tidak memikirkan apapun selain kalian, Mah, Pah. Lihatlah, waktu belum berjalan lama aku sudah tersenyum jika bersama kalian," sanggah Erlina seraya menggenggam tangan Andrew dan Anatasya.

"Jangan bicara seperti itu, Nak. Lebih banyak orang yang menyayangimu, kau bukan terlahir dari orang tua yang putus asa," imbuh Andrew seraya mengusap rambut putri bungsunya.

"Benar apa yang dikatakan papah mu, Nak. Kami menyayangimu, tetapi lebih banyak yang mengharapkan mu di sana," timpal Anatasya.

"Cukup, Nak, kami berdua harus pergi. Sudah waktunya kau kembali," tutur Andrew. Ia bangkit dari duduknya, lalu menggandeng tangan istrinya.

"Kembalilah, Nak ...,"lirih Anatasya. Erlina yang melihat itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian meninggalkanku lagi?!" Teriak Erlina.

"Kembalilah kepada kami jika kau lelah untuk kedua kalinya, Nak," cetus Andrew. "Tidaakk!!" Jerit Erlina ketika Andrew dan Anatasya menghilang begitu saja ditelan gelap.

"Pah ..., Mah ..., hiks ... " Erlina jatuh terduduk di tanah yang terasa sangat dingin.

"Erlina, Erlina," panggil seseorang dari balik cahaya. "Erlina sayang ...," lirih orang itu.

Erlina menghampiri seseorang yang berada di balik cahaya. Tanpa ia sadari cahaya itu menarik Erlina. "Papah, mamah!" Teriak Erlina.

Erlina membuka matanya, indranya merasa asing dengan ruangan serba putih dan bau obat yang menyengat. Sepertinya ini rumah sakit. Mengapa ia ada disini, bukannya ia sudah mati.

"Erlina, kau sadar sayang," ucap seseorang dengan parau. Ia menggenggam erat tangan Erlina yang terdapat selang infus.

"Mamah ..., ayah, Kak Steven, Endless, "lirih Erlina, ketika ia melihat sekitar ruangannya yang ramai.

"Iya nak, kami semua ada disini. Semua orang yang kamu sayang"balas Ameera, menghapus jejak airmata Erlina.

"Mah, mengapa aku tidak mati saja. Aku ingin bertemu orang tua kandungku"lirih Erlina.

"Apa kau bertemu dengan mereka nak?"tanya Ameera.

"Ya, mengapa mereka meninggalkanku lagi mah?"tanya Erlina, meneteskan airmatanya lagi. Yang berada disana pun terlarut dalam kesedihan Erlina.

"Karena disini lebih banyak yang menyayangimu Erlina"jawab Steven, mendekati Erlina yang terbaring lemah diranjangnya.

"Kau bohong kak, jika kalian menyayangiku. Mengapa aku masih menangis saat ini?"ucap Erlina lemah.

"Tidak Erlina kau salah, jangan berpikir seperti itu. Kau han...."

"Aku ingin sendiri"ucap Erlina menyela ucapan Steven, berhasil membuat yang ada disana kecewa.

"Erlina, kau har...."

"Apa kau tidak mendengar ucapanku kak"ucap Erlina.

Ameera memberi isyarat kepada Steven agar berhenti berbicara. Mereka yang berada didalam pun keluar dari ruangan itu, terkecuali Amarlic.

"Aku akan bicara pada Erlina"ucap Amarlic pada Ameera dan Karina. Membuat mereka meninggalkan Amarlic dan Erlina.

Amarlic pun duduk dikursi dekat ranjang, dimana Erlina terbaring lemah.

"Erlina"panggil Amarlic.

"Aku mohon Amarlic, jangan mengatakan sesuatu yang membuat hatiku sakit dan terluka lebih dalam lagi karena mu"ucap Erlina tanpa memperhatikan Amarlic.

"Apa maksudmu, aku hanya ingin meminta maaf padamu. Aku yang menyebabkan kau seperti ini"jelas Amarlic melembut.

"Bukankah aku yang selalu salah dimatamu Tuan Amarlic"sarkas Erlina.

"Jangan berdebat denganku jika kondisimu seperti ini. Aku tahu jika kau mencintaiku Erlina, perasaanmu masih sama dengan yang dulu. Aku tahu, tapi aku sudah peringatkan padamu agar kau membuang perasaanmu padaku jauh-jauh. Kau tahu kan aku hanya mencintai Karina"bentak Amarlic.

"Hiks...kau sudah tahu aku mencintaimu Amarlic. Mengapa kau tak menghargaiku sedikit saja untuk itu"teriak Erlina, ia pun beranjak dari baringannya.

"Aku membencimu Erlina, sangat membencimu"bentak Amarlic dihadapan wajah Erlina.

"Apa alasannya sampai kau membenciku seperti itu?"tanya Erlina, menatap mata Amarlic.

"Aku tidak tahu alasannya apa, tetapi rasa benci ini datang jika aku melihat wajahmu"ucap Amarlic.

"Hiks...Amarlic apa tak ada kesempatan untukku?"tanya Erlina, melemah.

"No, there not Erlina. Celah sedikit apapun tidak ada untukmu"jawab Amarlic.

"Baiklah aku menyerah, dan aku akan melupakanmu"lirih Erlina mencoba kuat. Tetapi tidak dengan airmatanya yang menerobos begitu saja.

"Itu bagus"balas Amarlic.

"Dan aku sudah memaafkanmu. Sekarang kau pergilah Amarlic"ucap Erlina dengan tatapan kosong kelantai.

"Aku tidak perlu mendapatkan maafmu, dan aku menarik perkataan maafku padamu, karena kaulah yang selalu salah dimataku"ucap Amarlic, membuat Erlina menatap tajam Amarlic.

"Pergi Amarlic, aku bilang pergi"teriak Erlina melempar bantal kearah Amarlic. Amarlic pun membuka pintu, membuat yang ada diluar menujukan pandangannya pada Amarlic.

"Ada apa Amarlic?"tanya Christian, papinya Amarlic yang baru saja datang dengan Damietta.

"Karina, kita pulang. Permisi"ucap Amarlic dingin, Karina pun mengekori Amarlic.

"Akhhh...mamah.."teriak Erlina kesakitan dari dalam. Seketika yang diluar pun masuk kedalam.

"Erlinaa, ada apa nak?"teriak Ameera melihat Erlina yang tersungkur dilantai dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Steven panggilkan dokter"teriak Jordan yang menggendong dua anak balita.

"Iya"Steven pun memanggil dokter.

Christian, Fransisco mengangkat Erlina keatas ranjangnya. Erlina tak sadarkan diri. Saat itu pun dokter dan beberapa suster menyuruh semuanya keluar. Petugas medis menangani Erlina yang mengalami pendarahan dihidungnya.

"Ameera maafkan Amarlic ya"ucap Damietta.

"Iya Ameera, Jordan. Maafkan putra kami"ucap Christian memohon.

"Ini sudah takdir Erlina"balas Jordan, sedangkan Ameera masih membungkam mulutnya.

Disana tinggal beberapa orang saja yang setia menunggu kabar Erlina. Yaitu Ameera, Jordan, Damietta dan Christian. Steven pamit untuk mengantar Endless pulang dan membawa Casley dan Charles. Sedangkan Fransisco ada meeting mendadak.

Beberapa lama kemudian pun dokter keluar dari ruangan Erlina, Ameera dan semua yang menunggu langsung menghampiri dokter wanita itu.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?"tanya Ameera khawatir.

"Maaf sebelumnya, tetapi Erlina...."












Really?
Erlina meninggal.

Kita hanya bisa berdo'a, apakah Erlina selamat atau tidak.

Jangan lupa vommentnya ya😍

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 284 17
Di kehidupannya dahulu Agatha punya dosa apa sih?! Sampai-sampai harus di paksa menikah begini, mana nikahnya sama Zayn lagi. Iya Zayn, aktor dengan...
2.6M 39.4K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
53.2K 2.4K 66
"Aku bukan istrimu!!!" jerit Beby dalam hati, begitu frustrasi saat Sean hendak mencium bibirnya. Beby tak menyangka jiwanya bisa terjebak di dalam t...
121K 15.3K 32
[Republish] Tentang Son Wendy yang memilih Min Yoongi sebagai cinta pertamanya. Lalu bagaimana dengan Min Yoongi? . . . [Cerita ringan, ngga bikin bo...