CANINES

By its-babyejel

290K 40K 10.8K

Teen Wolf AU. Or not really. -JAEMREN -NOHYUCK Update tiap......kapan ya👀 More

1. First Day Junior Year Pt. 1
2. First Day Junior Year Pt. 2
3. Trip
4. Gathering Or Something
5. Exciting Camp...? Pt. 1
6. Exciting Camp...? Pt. 2
7. Into The Woods
8. This Madness
9. A Bond
10. Usuals
10.5. The Lee's
11. Full Moon
13. Shifting
14. Mistletoe
15. Bloody Roses
16. More
17. Moves
18. Lunar Eclipse
18.5 Two Little Devils
19. Blue
20. Steel Blue
21. Azure Blue
21.5 Penjelasan
22. Deep Blue
23. Dark Blue
24. Topaz
25. Farewell
26. Like A Glass
27. Beads
28. Skulk
29. Drowning
30. Awakening
31. As A Whole -1
32. As A Whole - 2
33. He's Back.
34. Cyclone
35. Lacuna
36. Dern
37. Truth
38. Promise, right?
39. The Sun
40. Four Sacred Beasts

12. Full Moon 2.0

7.3K 1K 173
By its-babyejel

Jeno mengerti apa yg sedang mereka bicarakan.

Tulang.

Ya, tulang dalam hal tulang manusia. Jeno tidak tahu kenapa dia tidak bersusah payaj untuk memperhatikan tentang tulang sebelumnya—bahwa tulang begitu lembut dan rapuh, sangat mudah untuk di patahkan dan dihancurkan dalam sekali genggam. Ada sekitar dua ratusan jumlah tulang didalam tubuh manusia, rasanya. Jika Jeno tidak melupakan pelajaran biologinya. Dan memikirkan tulang tersebut, membawa Jeno kepada pemuda yg berada di depannya, Lee Donghyuck.

Entah kenapa mendadak ia membayangkan bagaimana rasanya meremas atau bahkan hanya sekedar merasakan tulang Donghyuck dalam genggamannya. Dan di kepalanya terbayang ia mencengkeram Donghyuck, lalu menikmati setiap ia meremas dan menghancurkannya berkeping-keping dalam kungkungan jari Jeno. Jeno masih terus memperhatikan Donghyuck secara intens, membuat Donghyuck mengangkat wajahnya dan menatap balik.

"Jeno?" panggil Donghyuck.

Dan dalam kedipan mata sedetik setelahnya, Jeno kembali dan ingat siapa dirinya. Rasionalnya kembali dan membersihkan otaknya dari insting animalistiknya juga dari fikirannya untuk melompat keluar dari jendela dan melolong.

Dia adalah Jung Jeno, dan dia tidak akan pernah menyakiti Lee Donghyuck. Ia lebih baik mati daripada menyakiti pemuda di depannya.

Tapi dia ingin menyakiti alpha yg merubahnya sekarang. Ia mendadak ingin mencari alpha tersebut dan menghancurkannya. Geraman tanpa sadar ia keluarkan. Karena alpha tersebut menggigitnya dan Jaemin. Dan menjadikan mereka berdua beta.

Sebenarnya, jika kalian bertanya, Jeno benci ini. Dia benci karena ia dalam sekali dihidupnya, tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dia kesal dan rasa marah tersebut membuatnya menggeram lagi untuk yg ke sekian. Ia bersyukur ia dan Jaemin tidak berada dalam ruangan yg sama. Karena ia, sebagai kakak, tak ingin Jaemin melihatnya dalam sisi lemah. Jika Jeno lemah, lalu siapa yg akan menjadi sandaran Jaemin? Ah, ia bersumpah ia akan mencabik alpha yang—

"Jeno?" panggil Donghyuck lagi.

Nampaknya Jeno tanpa sengaja menggeram lagi. Jeno menangkap ekspresi khawatir Donghyuck, dan ia segera mengalihkan pandangannya. "Menjauhlah," ujarnya dibarengi dengan geraman lain. Dan sebenarnya ini adalah perintah Jeno dalam beberapa jam ke belakang. Entah sudah berapa kali ia menyuruh Donghyuck untuk menjauhinya. Disaat rasionalnya masih bisa kembali.

"Tidak," jawab Donghyuck tajam. Yang, entah sudah keberapa kali setiap kali Jeno menyuruhnya pergi.

"Hyuck, aku bisa saja membunuhmu."

"Kau dirantai," jawab Donghyuck santai, lalu ia kembali mengangkat ponselnya dan kembali bermain game yg tadi sempat ia jeda. Donghyuck melirik, "dan kau tidak akan membunuhku."

"Kenapa tidak?" tantang Jeno.

Donghyuck mengangkat wajahnya lagi lalu tersenyum miring, terlihat misterius. Dan Jeno mengerjap beberapa kali. Ia merasa Donghyuck seolah mencemoohnya, atau bahkan menertawainya? Itu, jika emosi Donghyuck sekarang ia tangkap dengan benar.

"Aku tak akan membiarkanmu," Donghyuck mendengus pelan, lalu merubah posisinya menjadi berbaring. "Tenanglah, wolf-boy, you have a very looong night," Donghyuck menyanyikan perkataannya.

Jeno mengerjap lagi. Entah kenapa tiba-tiba saja ia membayangkan Donghyuck berkata seperti itu dalam skenario yg berbeda. Seperti Donghyuck yg mengambil alih permainan mereka—

Okay, what the fuck.

Dia tidak hanya hilang rasionalitas, namun hormon remajanya pun ikut menanjak? Fuck full moon. Fuck his hormones. Dan fuck kepada alpha yg merubahnya menjadi seperti ini. Ia terdengar seperti karung hormon berjalan karena membayangkan Donghyuck melingkarkan kakinya di ping—

Dan Jeno menggeram keras.

Donghyuck mengangkat wajahnya menatap Jeno lagi. "You okay?" Jeno tidak merespon, mata keemasannya justru menangkap beberapa moles di wajah Donghyuck dan entah kenapa detak jantungnya melambat. Dadanya yg sedari tadi terasa panas mendadak perlahan tenang. Huh. Mungkin jika fikirannya berfokus pada Donghyuck ia bisa teralihkan dari instingnya. Jadi itulah yg dilakukannya.

"Jadi," Jeno menatap Donghyuck. "Apa yg kau lakukan?" tanya Jeno.

"Hmm, menunggumu hilang kendali dan meliar jadi mungkin aku bisa melihat wujud anehmu setelah ini. Dan bahkan mungkin mengambil foto," jawab Donghyuck lalu terkekeh. Kedua ibu jari Donghyuck masih sibuk pada layar ponselnya. "Bukankah kau sudah bertanya sebanyak hmm... enam kali?"

"Tidak," tukas Jeno, lalu memutar bolamatanya.

"Woah, Jung Jeno memutar bolamatanya! Seharusnya aku tadi merekam!" Donghyuck tertawa lalu berbalik hingga posisinya tengkurap di hadapan Jeno. Jeno sendiri kaget sebenarnya. Banyak hal yg tak dapat ia kendalikan gara-gara full moon idiot sekarang. Ia seolah out of character.

"Maksudku, kenapa kau berada disini?" ulang Jeno. "Kau tahu? Aku capek menjawab pertanyaanmu yg sama berkali-kali. Aku bermain game sambil menunggumu going berserk!" seru Donghyuck lalu menghela nafas kelewat dramatis.

Jeno terkekeh. "Tapi kau masih menjawabnya."

Donghyuck memutar bolamatanya lalu menaruh ponselnya. Ia kemudian mengitari kamar Jeno dan melihat-lihat buku koleksi milik Jeno—yg kebanyakan adalah ensiklopedia. Dasar orang pintar, batin Donghyuck.

"Terima kasih," ujar Jeno, lalu ia terkekeh lagi. Donghyuck melebarkan matanya dan menoleh cepat menatap Jeno. Ia lupa soal bond mereka. Jantungnya mendadak memacu dengan cepat.

"Um... Kau tahu? Jantungmu terdengar sangat cepat," ujar Jeno lagi. Dan saat itu Donghyuck juga lupa soal abilitas lebih yg dimiliki Jeno. Ia menggembungkan pipinya. Membiarkan saja Jeno mendengar jantungnya yg berdetak 'boom-boom-boom-boom-boom'. Donghyuck melanjutkan kegiatannya dalam melihat-lihat koleksi Jeno.

Lalu Donghyuck menarik satu buku—yg merupakan majalah fashion khusus laki-laki—dan kembali duduk ditempatnya semula. Di hadapan Jeno.

"Apa yg kau lakukan?" tanya Jeno yg ke— author capek menghitung.

"Bukankah kita sudah melewati fase ini tadi?" Donghyuck nampaknya juga capek. Jeno menggeleng. "Bukan, maksudku dengan majalah itu. Kau duduk didepanku yg hanya berjarak beberapa jengkal, tidak mencoba untuk menjauhiku yg hampir menjadi monster. Justru kau—"

"Melihat-lihat barangkali ada inspirasi untuk prom," jawab Donghyuck. "Dan tolong jangan berfikir terlalu tinggi tentang dirimu sendiri. Kau bukanlah monster. Kau adalah remaja tujuh belas tahun yg hmm— jatuh kepada nasib yg mengenaskan? Entahlah," Donghyuck mengedikkan bahunya.

"Kau berfikir tentang prom? Kita bahkan baru memulai tahun ajaran," sahut Jeno. Mengabaikan desiran dadanya akibat perkataan Donghyuck. Entah kenapa Donghyuck yg menyangkal bahwa ia adalah monster membuat Jeno senang.

"Alternatifnya aku berfikir tentang prom karena remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun di depanku jatuh kepada nasib yang—"

"Okay, I get it," tukas Jeno.

"Mhm." Donghyuck kembali pada majalahnya.

Tiba-tiba Jeno kembali merasakan sekujur tubuhnya dihantam rasa panas. Jeno menoleh ke jendela dan bulan penuh bersinar dengan terang tinggi di angkasa. Seolah mencemooh Jeno untuk tetap bertahan dalam rasionalnya. Ia tidak ingin sesuatu yg feral dalam dirinya mengambil alih fikirannya karena mendadak fikiran Jeno berkabut, dan ia tak bisa mengontrol dirinya.

"Hyuck, leave!"

Suaranya keluar bersamaan dengan geraman rendah didadanya. Dan itu terasa seperti mengoyak dadanya dan tenggorokkannya terasa perih. Ia tak tahu efeknya cukup besar hingga ia merasa perutnya bergejolak.

Donghyuck terlihat tak yakin selama beberapa saat, lalu ia melemparkan majalah yg di pegangnya dan perlahan mendekat, duduk di hadapan Jeno.  Namun tidak cukup dekat untuk Jeno mampu menggapainya.

"I'm not going anywhere," Donghyuck berujar serius. "I'm staying here."

Jeno mampu merasakan kulitnya terasa gatal dan agak terbakar. Jantungnya memompa dengan kecepatan tinggi; ia mampu merasakan kulit punggungnya nampak memelar dan siap terkoyak kapan saja, peluh di dahinya membasahi rambut Jeno. Ia harus bisa menahannya sekuat tenaga.

"Hyuck," nafas Jeno tersendat. "Jebal," ia berbisik putus asa dalam bahasa korea.

Hal yg mengerikan adalah Jeno tak tahu apakah ia memohon untuk Donghyuck meninggalkannya atau justru tetap bersamanya. Sisi sudut hatinya entah kenapa ingin ia breaking down di depan Donghyuck dan memperlihatkan sisi lemahnya. Namun ia tetap menahan sekuat tenaga.

Karena jika Jaemin saja mampu, kenapa ia tidak? Ia harus bisa. Ia harus bisa demi Jaemin dan Renjun, juga demi Donghyuck.

Donghyuck menatap Jeno yg memperhatikan Donghyuck. Dan tiba-tiba kedua netra Donghyuck melebar. Jeno, belum mampu mencerna apa yg terjadi, mendadak merasakan sakit yg amat sangat pada kedua matanya. Sangat perih. Terasa terbakar.

Jeno mencengkeram erat rantai di pergelangan tangannya lalu membenturkan kepalanya ke dinding, membuat Donghyuck terkesiap yg ditangkap dengan jelas oleh kedua telinganya yg sangat sensitif dan Jeno menutup kedua telinganya, dan berteriak kesakitan.

Satu-satunya yg bisa dilakukan, Jeno berfikir, adalah bergelung untuk menahan rasa perih dan menjaga agar tubuhnya tetap sama. Rantai tersebut menarik pergelangan tangan Jeno dan melukainya, namun ia tak peduli. Ia hanya ingin memblok semua suara yg masuk ke telinganya.

Dia menggapai emosi Jaemin di ruang sebelah, namun ia tidak mampu. Kepalanya terasa pusing dan peluhnya bercucuran di sekujur tubuh. Dan lagi, kemungkinan Jaemin juga sedang menenangkan diri. Ia tak bisa menambah beban pada Jaemin.

"Jeno, fokus pada suaraku," ujar Donghyuck pelan. "Kumohon, fokus pada suaraku saja."

Jeno menghembuskan nafasnya kasar. "Astaga, aku ingin mati. Just fucking kill me, Hyuck. I wanna die," suara Jeno serak dan nafasnya terputus.

"No, you don't," bisik Donghyuck. Dan Jeno mampu merasakan jari-jari Donghyuck menyisiri rambutnya, memijat pelan pelipisnya dan menyingkirkan anak rambutnya.

"Menjauh!" Jeno meraung sangat kuat. Suaranya sendiri sudah bercampur dengan geraman dan ia merasa mendengar seekor singa yg meraung. Parahnya suara tersebut berasal dari kerongkongannya.

"Aku tidak akan menjauh!" jerit Donghyuck balik, ia kehilangan kesabaran akhirnya. "Jeno, kau tidak akan menyakitiku! Kau tidak akan bisa menyakitiku!"

"Kenapa kau sangat yakin?" seru Jeno.

Donghyuck mendecih dan suara decihan itu terasa sangat kuat seolah Donghyuck berteriak tepat di telinganya. "Karena kau adalah Jung Jeno! Kau adalah salah satu orang yg paling bisa mengontrol dirimu! Aku tahu kau pasti bisa!" dan Donghyuck menarik nafasnya.

"I'm your omega," tambahnya lebih pelan. "You're not going to hurt your own omega," Donghyuck menjeda. "Right?"

Jeno mengerjap satu kali, dua kali, tiga kali. Ah, iya. Jeno jelas melupakan ikatan antara dirinya dengan pemuda bermarga Lee di depannya. Lee Donghyuck adalah salah satu omeganya yg berharga. Dan ia tak mungkin melukai omega kelompoknya sendiri. Terlebih itu Donghyuck.

Mendadak jantung Jeno melambat. Dan Jeno menangkap kedua netra kecokelatan milik Donghyuck yg terlihat bersinar di terpa cahaya bulan. Seolah kedua matanya mengatakan 'tidak apa-apa' dan mampu menenangkan sesuatu yg feral dalam diri Jeno, layaknya obat. Jeno mampu mendengar detak jantung Donghyuck dan ia memejamkan matanya. Fokus kepada ritme degupan jantung tersebut. Lalu membuka matanya kembali.

"There you are," senyum Donghyuck terkembang. "Warnanya sudah kembali. Bukan emas."

"Kau tersenyum," ujar Jeno. Donghyuck mengedikkan bahunya sekilas. "Kau juga. Dan kau punya taring," jawab Donghyuck.

"Oh, shit."

Donghyuck tertawa keras. "Aku kira hanya Jaemin yg suka mengumpat," ujarnya di sela-sela tawa. Jeno mengangkat bahunya. "Dibanding aku, Jaemin memang lebih sering."

"Apa mereka baik-baik saja—"

Dan Donghyuck terdiam seketika. Karena mereka mendengar suara lolongan yg sangat kuat. Lolongan milik Hansol. Jeno menegang.

Brak!

Renjun berdiri disana menatap Jeno dan Donghyuck bergantian.

"Guys, we're going now."


to be continued—




Continue Reading

You'll Also Like

71.6K 6.5K 40
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
32.6K 4.8K 31
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
805K 84.2K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
298K 25.1K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...