My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 66.6K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-1
MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-11
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-16
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-21
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-39
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-40

19.6K 1K 3
By fatifides2_

"Ra!"

"Hm?"

"Gue mau ngonong sesuatu," ucap Aditya serius.

"Apa?" Rora memalingkan kepalanya, menatap pria yang mengajaknya berbicara.

"Gue minta bantuan lo," ucap Aditya sedikit ragu.

"Gue?" Aditya menganggukkan kepalanya. "Emang gue bisa bantu apa?" kembali Rora mengalihkan pandangannya ke buku-buku di hadapannya.

"Jadi sebenarnya Mate gue itu temen deket lo." Mata Rora beralih menatap pria itu kembali. Apakah ia tidak salah dengar?

"Siapa?"

"Tania," balas Aditya dengan senyuman di wajahnya.

*****

"Hubungannya sama kamu?" tanya Devan setelah mendengar penjelasan dari Rora.

"Yha dia minta bantuanku buat deket sama Tania," ucap Rora jujur. "Cewek itu manusia," lanjut Rora melihat tatapan tajam Devan tertuju kepadanya.

Devan mengalihkan pandangannya dan menghela napas. Tak seharusnya ia mencurigai Matenya itu. Apalagi wanita itu sekarang sedang mengandung buah cintanya.

"Kau sudah tau jenis kelaminnya?" tanya Devan melihat foto yang berada di tangannya. Satu foto di antara foto-fotonya bersama Rora.

"Belum, biar suprise." Sebuah senyuman terlukis di wajah Devan. Ia mengcak-acak rambut wanita yang tengah tertawa hadapannya itu.

*****

Sejak kepergian Jessy sampai sekarang keadaan pack tampak baik-baik saja. Bahkan Rogue pun tak menyerang pack, membuat suasana terasa janggal.

Pengamanan perbatasan tak lagi di perketat. Semua sama seperti awal. Yang membedakan keamanan pack house masih ketat dengan penjagaan.

Merasa bosan di kamar, Rora melangkahkan kaikinya keluar. Dua minggu kemarin Aditya, Rendra, dan Klaresa pulang ke pack mereka. Sedangkan Nesya sibuk mengurus para Maid, membuat dirinya boring sendirian.

"Luna!" Baru saja Rora membuka pintu kamarnya, ia sudah di sambut oleh seorang Maid yang menghampirinya dengan wajah yang sulit dijelaskan.

"Ada apa?" tanya Rora singkat.

"Luna, sebaiknya Anda segera bergegas ke ruang bawah tanah sekarang," ucap Maid itu berusaha menyembunyikan sebaik mungkin ketakutannya.

"Ada apa?" tanya Rora yang membuat Maid di depannya saat ini menunduk ketakutan. Dengan kedua tangan, Rora memegang kedua bahu gadis itu. "Katakan kepadaku ada apa?"

"Hanya itu perintah dari Alpha, Luna," balasnya tak menjawab pertanyaan menundukkan kepalanya yang membuat Rora muak.

Rora menghela napas berat. Perasaan tidak enak secara tiba-tiba menyerangnya. "Tatap aku! Katakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi!" ujar Rora tegas.

"Luna, sebenarnya sekarang ini pack tengah di serang oleh bangsa vampir. Tak hanya itu, mereka juga mendapatkan bantuan dari para Rogue," ucap Maid itu sedikit ragu. Ia takut jika sang Alpha sampai tau jika ia mengatakan ini kepada Lunanya, entah hukuman apa yang akan dirinya terima nanti.

"Di mana Alpha sekarang?" tanya Rora dingin

"Di balkon depan, Luna." Mendapat jawaban, dengan langkah lebar dan cepat Rora bergegas meninggaklan Maid itu. Tak menuju ruang bawah tanah, tapi ke tempat di mana Devan berada sekarang.

Sesampainya di sana, Rora menghentikan langkahnya, melihat Bara masih berada di sana. Sebaiknya ia menunggu hingga mereka selesai berbicara. Dengan begitu ia juga dapat mengetahui beberapa kebenaran yang mungkin tak akan ia ketahui dari orang lain.

"Apa pasukan sudah di siapkan?"

"Sudah, Alpha, tapi jumlah pasukan kita telah berkurang. Seperempat Warrior dari pasukan kita masih berada di Gray moon pack," ucap Bara menjawab sang Alpha.

"Tak apa. Kita harus melawan mereka, siap atau tidak siap. Tak ada pilihan lain." Hal yang ditunggu-tunggu Devan akhirnya terjadi juga. Kejadian yang tak ia harapkan namun dapat dihindari.

Tak ingin lebih lama, Rora mendekat tanpa menimbulkan suara.

"Luna!" Melihat kehadiran sang Luna, Bara memberi salam hormat.

Sedangkan Devan berusaha tenang. Ia tak membuat Matenya itu merasa cemas. "Kau bisa pergi Bara," ucap Devan yang membuat Gamanya itu langsung meninggaklan ia dan Rora setelah memberikan hormat.

"Dev!" panggil Rora memeluk erat pria di hadapannya.

Devan mengangkat kedua sudut bibirnya dan membalikkan badan, menatap Rora dan menghapus air mata di kedua pipi wanita itu. "Hai, ada apa? Semua akan baik-baik saja," ucap pria itu mencoba meyakinkan.

Tak menghiraukan ucapan Devan, Rora kembail memeluk erat pria di hadapannya itu. "Apakah Jessy yang melakukan ini?" Itulah yang dibenak Rora saat mendengar kata 'vampir'.

Tak ada jawaban dari Devan. Pria itu melepaskan pelukannya dan memberikan senyuman getir di wajahnya. "Kenapa ia melakukan itu?" Rora terdiam sesaat. "Apakah karena kejadian waktu itu?"

"Sekarang kau ke ruang bawah tanah bersama Mama dan yang lain," pinta Devan berharap Rora mau nggabuklannya.

"Apa kau akan pergi?" Tentu saja. Rora tau itu, tapi ia sangat berharap Devan berada di sisinya. Ia ingin pria itu aman bersamanya.

"Semua akan baik-baik saja." Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Devan. Ia tak tau lagi harus berkata apa.

"Bagaimana bisa? Sebagian pasukan kita belum kembali dan tidak ada persiapan apapun yang dilakukan. Mereka juga mendapat bantuan dari para Rogue," ucap Rora lirih. Ia sangat cemas sekarang. Dengan keadaan seperti ini bagaimana pria itu dapat memenengkan pertempuran ini?

"Siapa bilang tidak ada persiapan? Aku tahu semua ini akan terjadi, dan untuk itu kami selalu menyiapkan fisik dan strategi untuk menghadapi ini." Ya, Devan memang sudah tau kalau ini akn terjadi, tapi ia tak menyangka jika wanita itu akan mendapkan bantuan dari para Rogue.

"Sekarang kau pergi ke ruang bawah tanah ya," pinta Devan sekali lagi. Pria itu menatap Matenya dengan senyuman di wajahnya. Entah apakah ia dapat melihat wajah itu lagi. Ya, semoga saja.

"Jangan pergi!" ucap Rora membuat senyuman Devan menghilang.

"Jaga dirimu dan dia juga." Pandangan Rora beralih ke perutnya, dimana tangan Devan juga memegangnya.

Devan melepaskan tangan Rora dan membalikkan badannya. Ini sudah terlalu lama. Ia harus turun sekarang.

"Aku mohon jangan pergi, demi aku dan anak kita." Yha, anggap saja Rora egois. Apakah itu salah? Seseorang pasti pernah bersikap egois bukan?

Devan menghentikan langkahnya. Andai saja ia dapat untuk tak pergi sekarang, ia tak akan pergi. Namun, ia tak dapat melakukan hal itu.

"Devan!" Dave memanggil putranya itu. Ia memberi kode untuk segera bergegas.

"Antarkan Luna ke ruang bawah tanah!" titah Devan kepada Maid di dekatnya dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan Rora dan Maid itu.

*****

Seorang pria berjalan menelusuri kolidor-koridor gelap di suatu kastil dengan di temani kedua orang pria di belakangnya.

Di suatu ruangan di menghentikan langkahnya dan memberi hormat kepada wanita di hadapannya.

"Ratu, dia adalah pemimpin dari para Rogue. Seperti perintahmu, kami membawanya kemari," ucap salah satu pria yang berada di belakang.

"Kita tidak ada masalah apapun, dengan tujuan apa kau memanggilku ke mari?" tanya pria itu to the point.

"Drax!" panggil wanita di kursi singgasananya. "Kita memang tidak mempunyai urusan denganmu, tapi kita mempunyai target yang sama," ucapnya ambigu.

"Apa maksudmu?" tanya Drax membuang muka.

"Devan. Bukankah kau selalu berencana untuk merebut pack miliknya? Blue Moon Pack." Drax mengangkat salah satu sudut bibirnya. Entah apa yang di rencanakan wanita licik di hadapannya ini.

"Aku ingin menawarkan kerja sama denganmu," ucap Jessy mengatakan niatnya.

"Kerja sama?" tanya Drak meremehkan. Wanita yang licik dan naif itu ingin itu ingin berkerja sama dengannya? Yang benar saja.

"Iya. Aku hanya ingin menghancurkannya dan membunuh Devan, bukan untuk menguasai pack itu. Setelah kemenangan di tangan kita, kau bisa mengambil alih pack itu. Bagaimana?" tawar Jessy yang cukup menggiurkan.

"Baiklah," jawab Drak setelah berpikir lama. Ia menyetujui konspirasi ini. Jika di pikir-pikir lagi, keuntungan yang ia akan dapatkan tidaklah sedikit. Menggabungkan pasukannya dengan para Vampir itu akan lebih mudah untuk dikalahkan.

"Kapan kita akan menyerang mereka?"

Wanita itu mengangkat satu sudut bibirnya. "Tunggu setelah tamu-tamunya meninggaklan pack itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Udah sampai sini, bentar lagi mau 'End' nih... 😅

Jangan lupa vote dan commentnya.
Terima kasih
❤❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

171K 15.5K 56
Hyeongjun itu lucu. Series 2 - Our Vitamin Series 3 - Baby Junnie Fluffy Stories Old! Wooseok Kid! Other Cast Boys Love!
7.4M 382K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
810K 82.8K 48
PINDAH KE APK KUBACA Aku hanya berlari dan berlari terus hingga aku memasuki hutan. Dan sampai aku melihat semua makhluk yang dipercayai oleh manusia...
489K 27.9K 25
( TAMAT ) #Rank1inWhat'sNew #Rank29inWerewolf #Rank133inWerewolf Bagaimana jika takdirmu terasa aneh? Kamu tentu percaya dengan adanya dunia lain, la...