08:00 pagi
Ponselku mendendangkan "Morning Flower" untuk mengambyarkan mimpiku di atas kasur. Kubuka mataku, lalu kupanjatkan doa untuk mengawali pagi.
Entah sudah hari keberapa aku harus kuliah dari rumah. Rasanya wabah ini tak kunjung menampakkan akhir. Namun sebagai makhluk asosial, aku nyaman-nyaman saja dengan kondisi ini. Kondisi yang semua orang tak bisa berikan, bahkan orang yang dekat denganku. Orang yang pernah kutaksir pun tidak. Dia tidak bisa memberikannya.
Berbicara soal romansa, aku baru saja mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan. Ini adalah keempat kalinya secara berturut-turut. Yang beda dari yang sebelumnya, kali ini aku tahu apa alasan cintaku kandas lagi. Aku memberhalakan dia, seperti perempuan lain yang sebelumnya pernah kutaksir. Memang sudah pernah diwanti-wanti oleh Juno, teman dekatku saat SMA, kalau aku tak boleh berharap kepada seseorang, namun hormonku rupanya belum bisa kukendalikan. Hari Senin pekan lalu aku juga diberikan wejangan oleh kakak mentorku untuk melepasnya dalam anganku. Inilah yang membuatku tiap hari tersiksa karena bayangan dari perempuan itu selalu nampak dalam pikiranku. Perempuan yang tak jua membaca chatku yang terakhir untuknya.
Hari-hariku di rumah kuhabiskan untuk makan, tidur, main game, dan mengerjakan tugas yang tidak ada habisnya. Membosankan bukan? Rasanya aku butuh variasi dari hidup yang membuatku pucat pasi. Bagaimana jika aku membuat satu puisi? Ah, sayangnya tidak ada inspirasi!
Kuurungkan saja niatku untuk berpuisi. Kubawa diriku pada perselancaran dunia maya yang penuh racun itu.
Wah! Apa nih rame-rame? Ada yang dibully nih! Kenapa ya?
Lho? Kok orang-orang pada gini sih? Dia ga salah apa-apa kok dibully?
Pelakor? Report? Rahim anget? Apa-apaan ini?
Sudah kubilang kan tadi? Dunia maya memang banyak racunnya. Kekasih Pangeran Brunei yang tidak salah apa-apa dirisak habis-habisan! Aktris Korea Selatan dirundung hanya karena tidak bisa membedakan fiksi dengan realita! Artis TikTok Filipina dirisak hanya karena kekasih mereka menjadi penggemarnya. Beracun sekali bukan? Itulah kegelisahanku.
Dan tiba-tiba saja aku ada inspirasi untuk membuat puisi. Puisi tentang seseorang yang halu yang akhirnya menjadi racun bagi banyak orang. Tanpa ba-bi-bu kubuka laptopku untuk membuka Microsoft Word untuk membuat puisi. Jari-jemariku menari di keyboard laptop seraya kata-kata bermunculan di layar. Rasanya seperti mengalir laksana air sungai yang membelah kota.
Ah, selesai sudah puisiku ini! Sudah kusimpan pula di laptop yang biasa menemaniku dalam SFH ini. Ke mana ya akan kutunjukkan puisiku ini? Mungkin kuunggah di Instastory bisa lah ya?
***
Berhalu
Oleh: Galih P.
Kulihat dirimu sedang nyaman
Nyaman dengan angan-angan
dalam mematikan
Mematikan akal sehatmu
Menghidupkan mode sakitmu
Ah! Rupanya ada dia dalam otakmu
Lawan jenis yang kausenangi itu
Aku lihat juga dirimu sujud
di depan dia
Membawa sesajian di bawah
kakinya
Lalu datang seseorang
Ia memperkenalkan diri
sebagai kekasih
Kekasih lawan jenis yang
kausembah itu
Dengan beringas kau maki
orang itu
Kau usir dia pergi,
pergi dengan penuh gerutu
Lalu kau tonton pula sebuah opera
Kau berpadu dengan sang pemeran utama
Yang kekasihnya hilang dalam cerita
Yang rupanya sudah bersama lain jalma
Kau maki jalma itu dengan kata kotor
PELAKOR KAU! PELAKOR!*
Padahal kau tak sadar kalau dia hanya
aktor
Dan dengan cara itu ia mendapat honor
bukan teror!
Kemudian kau tahu lawan jenismu mengagumi
seseorang
Kau malah menjadi berang
Secara serampangan kau report akun orang
Dan akhirnya kau ajak ribut banyak orang
Dia sesembahanmu akhirnya tidak tahan
dengan sikapmu yang menganggap dirinya
tuhan
Ia pun pergi secara perlahan
Meninggalkanmu yang masih ingin dia
bertahan
Akhirnya patungnya pun hancur
Patung yang ada dalam anganmu itu
Hatimu pun ikut hancur
Akibat kelakuanmu yang beracun itu
*Pelakor= umum disingkat perebut laki orang. Di sini aku memanjangkannya menjadi perebut lawan jenis orang. Sengaja kuubah sedikit singkatannya agar semua orang bisa kena sama puisi ini
Sudah selesai. Waktunya kuunggah puisiku ini. Semoga bisa dilihat orang banyak.