LIT ME UP! [REVISI]

By hei_melan

13.2K 4K 1.7K

Namaku Nara Ananta Aditama aku tinggal di kota Jember, Kata papa Nara itu artinya bahagia, Ananta berarti Tak... More

Prolog
1). Jember
2). Dia Lagi
3). Nara Ananta Aditama
4). Daren Devaldo
5). Berbeda?
6). Hukuman
7). Pacar?
8). Fanya Adristi Bagaskara
9). The Fleux
10). Misi
INFO
11). Misi (2)
12). Berubah
13). Club Malam
14). First Kiss
15). Diusir

16). Papa Baru?

541 75 48
By hei_melan

HELLO READERS

SELAMAT MEMBACA

^_^

"Aku berharap ini bukan hanya sekedar panggilan."

-Nara Ananta Aditama.

Kepalanya begitu pusing, wajah nya pucat bahkan sangat pucat, namun itu tidak menjadi halangan untuk terus berjalan meskipun tidak ada tujuan, pandangannya mulai kabur dan gelap.

Brakk

"NARA!"

_________________________________________

"PAPA," ucap Nara yang tengah berbaring di dalam ruangan rumah sakit dan masih menutup matanya tak sadarkan diri.

Ini kebiasaan Nara, saat dirinya sakit atau tak sadarkan diri ia pasti akan selalu mengingau dan memanggil papa nya. Ya meskipun papa nya sudah tak bisa lagi mendengarnya, bahkan melihatnya.

Mendengar Nara mengingau, membuat sang pria paruh baya yang berada di sebelahnya terbangun dari tidurnya. Pria itu segera bangkit dan melihat kondisi Nara.

"Suhu tubuhnya panas sekali," Ujar pria itu saat mencoba menyentuh dahi Nara.

"Papa, Nara rindu papa," Nara kembali menyebut papa nya dan masih dengan kondisi mata yang tertutup.

"Kasihan sekali anak ini, sepertinya ia merindukan papa nya." Batin pria itu.

Pria itu melepaskan tangan nya yang awalnya menyentuh dahi Nara, kemudian ia hendak melangkah kan kaki nya untuk memanggil dokter.

"Papa, jangan tinggalin Nara."

Namun pria itu mengurungkan aksinya saat Nara kembali mengingau dan menarik tangannya agar tidak pergi.

"Nara rindu papa, jangan tinggalin Nara pa hiks," Nara kembali menarik tangan pria itu, hingga berhasil membawa tangan kekar milik pria itu ke dalam dekapannya.

Tidak ada penolakan, pria itu pun mengikuti kemauan Nara. Melihat Nara menangis membuatnya semakin tidak tega untuk meninggalkan nya.

"Nara, ini bukan papa." Ujar pria itu sembari mengusap lembut dahi Nara yang masih bersuhu tinggi.

"Papa, ini papa," Nara menarik pria itu dalam dekapannya.

Pelukan yang selama dua tahun ini ia rindukan kini kembali hadir, nyaman! Itulah yang Nara rasakan.

"Papa masih hidup." Batin Nara saat memeluk pria itu.

"Nara, saya bukan papa kamu." Pria itu bangkit dan berusaha melepaskan pelukan itu.

Nara perlahan membuka matanya lalu melihat ke arah sekitar, ini bukan kamarnya, ia dimana?

"Aku dimana." Ucap Nara saat sudah sadar dan melihat ke arah sekelilingnya.

"Kamu di rumah sakit Nar." Ucap pria itu yang saat ini sedang duduk di sampingnya.

"O-om yang waktu itu kan?" Tanya Nara dan berusaha mengingat-ingat kembali wajah familiar itu.

"Benar, Saya Dirga." Ucap pria itu memperkenalkan diri.

"Kenapa saya bisa ada disini om?" Tanya Nara kebingungan pasalnya ia lupa apa yang telah terjadi pada dirinya hingga ia bisa di rawat di rumah sakit ini? Apalagi tiba-tiba ia bersama Om yang baru saja ia kenal saat dompetnya jatuh di depan minimarket kemarin.

"Tadi, kamu pingsan." Jelas Dirga.

Flashback on

"Selamat bekerja sama," ucap Dirga pada client nya sembari saling berjabat tangan.

Saat ini Dirga sedang berada di sebuah restoran untuk bertemu client dalam rangka mengadakan kontrak kerja sama kantor.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Dirga pasal nya hari sudah mulai gelap ia takut jika istri nya cemas, karena ia juga sudah janji akan makan malam di rumah.

Saat mengendarai mobil, Dirga melihat gadis remaja yang sedang membawa koper dan berjalan sempoyongan, tak lama kemudian ia pingsan di pinggir jalan.

Dirga segera turun dari mobil, ia berjalan mendekat ke arah gadis remaja itu pasalnya baju yang dikenakan gadis itu sangat familiar baginya, ia menggeser rambut yang menutupi wajah gadis itu, ia sangat terkejut saat mengetahui nya.

"NARA!"

Dirga pun segera membawa Nara ke rumah sakit. Benar saja ternyata Nara masih menggunakan baju yang sama saat ia menemukan dompet Dirga.

Flashback off

Setelah Dirga menceritakan semua kejadian saat dirinya menemukan Nara, kini Nara kembali ingat bahwa dirinya telah diusir oleh mamanya.

"Mungkin ada keluarga yang bisa dihubungi?" Tanya Dirga.

"Tidak ada Om, Om pulang saja nanti istri Om cemas," Jawab Nara sembari menggeleng kan kepala.

"Ya sudah om boleh tahu alamat kamu? Karena dokter bilang kamu hanya kelelahan saja dan sudah boleh pulang, jika kamu ingin pulang sekarang Om akan mengantarnya." Jelas Dirga.

Nara tidak menjawab, ia bingung harus menjawab apa, dan tidak mungkin harus memberitahu alamat rumah mamanya, karena ia sudah tidak memiliki rumah, dan tidak akan mungkin jika harus kembali ke rumah itu. Pasti ia akan di usir lagi, karena ia hanya pembawa sial, tak pantas untuk tinggal dirumah itu, pikirnya.

"Aku ngga punya rumah om." Ucap Nara mencoba jujur.

"Loh, rumah Papa kamu mungkin? Karena kamu daritadi menyebut-nyebut papa kamu." Ucap Dirga.

Nara mengingat kembali kejadian tadi, saat dirinya mencoba merangkul Dirga yang ia kira adalah papa nya.

"Maaf Om kalau tadi Nara lancang, Papa sudah meninggal Om."

"Oh, maaf om ngga tahu. Mungkin rumah mama kamu?" Tanya Dirga merasa tak enak hati.

"Tidak mungkin Om, aku sudah di usir." Ucap Nara.

Dirga pun merasa bingung harus membawa gadis itu kemana, disisi lain ia juga merasa kasihan pada kondisi Nara.

"Di usir? Sebab?" Tanya Dirga.

"Sebab Nara pembawa sial Om." Ucap Nara dan berhasil meluncurkan cairan bening yang membasahi pipinya saat kembali mengingat mamanya mengatakan bahwa dirinya hanya pembawa sial.

Dirga merasa tidak enak hati dan tidak ingin memperpanjang masalah. "Ya sudah kalau begitu gimana kalau kamu tinggal di apartemen Om? Om punya apartemen tidajk ditempati yang tak jauh dari sini, " Tawar Dirga.

"Tidak perlu Om, Om menolong aku saja sudah sangat cukup." Tolak Nara.

"Tidak apa-apa, Om tidak menyukai penolakan." Ucap Dirga.

***

"Sudah semua kan?" Tanya Dirga sebelum berangkat mengantar Nara menuju apartemen.

"Sudah kok Om." Ucap Nara.

Kini mereka sedang berada di dalam mobil milik Dirga, setelah beberapa pertimbangan akhirnya Nara mau untuk tinggal di apartemen milik Dirga. Lagi pula Om Dirga baik, pikirnya

Setelah beberapa menit mobil itu melaju kini mobil itu berhenti di depan sebuah mall terbesar di Jember.

"Om, katanya mau ke apartemen tapi kok-"

"Kamu belanja dulu kebutuhan kamu, kamu boleh beli apa saja yang kamu butuhkan." Jelas Dirga saat mengerti maksud ucapan Nara.

"Ngga Om Nara ngga mau, ini terlalu lebih Om, Nara ngga mau ngerepotin Om terus." Tolak Nara.

Nara sangat tidak enak hati, pasalnya Dirga telah terlalu banyak membantunya, mulai dari membawanya ke rumah sakit, hingga menyuruhnya untuk tinggal di apartemen. Ia tidak mau jika harus terus menerus merepotkan orang lain.

"Saya tidak merasa di repotin karena ini sudah menjadi kewajiban saya untuk saling membantu."

Entahlah untuk menolak kemauan Dirga rasa nya sangat sulit bagi Nara, karena Dirga terus memaksanya akhirnya Nara pun mengikuti perintah Dirga.

Setelah membeli bahan makanan dan kebutuhan Nara lainnya yang menurut Nara sangat banyak itu, kini mereka melanjutkan perjalanannya menuju apartemen tetapi,

"Nar," panggil Dirga. Karena Nara tak kunjung memasuki mobil, apa ada yang ketinggalan, pikirnya.

Namun tak ada sahutan dari Nara,

"Nara," panggil lagi.

Dirga pun memutuskan untuk keluar mobil, ia melihat Nara sedang berdiri memandang seorang pria tengah membelikan balon untuk anak nya.

"Nara," panggil Dirga kembali sembari menepuk pundak Nara pelan.

"Eh, maaf Om, Om sudah lama nunggu ya?" Tanya Nara yang baru sadar jika dirinya tengah melamun.

"Kamu kangen papa kamu?" Tanya Dirga mengabaikan pertanyaan Nara.

"Iya Om, dulu waktu Nara kecil, Nara sering di belikan papa sebuah balon, mungkin kalau sekarang itu mustahil." Ucap Nara sembari tersenyum pahit di kata terakhirnya.

"Kata siapa mustahil, kamu masih bisa kok dapetin balon," Tanpa Nara sadari Dirga datang dengan sebuah balon di genggaman nya.

Betapa terkejutnya Nara, tanpa sadar ia kembali mengeluarkan air matanya di depan Dirga.

"Tak perlu nangis, kamu masih punya papa kok." Ucap Dirga.

"Papa?" Tanya Nara mencoba memahami maksud Dirga.

"Iya, kamu boleh panggil saya papa." Jelas Dirga.

"Beneran Om?" Tanya Nara tak percaya.

"Iya memang saya pernah berbohong sama kamu?"

"Terimakasih papa."

***

"Kalo bel bunyi, pintu jangan langsung dibuka, kamu lihat dulu lewat lubang intip yang ada di pintu, Papa pulang dulu."

Iya, kini mereka sedang berada di apartemen megah milik Dirga, ternyata selain baik Dirga juga termasuk papa yang bawel, pikir Nara. Pasalnya entah sudah berapa kali kalimat itu terlontar dari mulut Dirga. Nara pun hanya mengangguk saja sebagai tanda jawaban.

Dirga memutuskan untuk pulang, ia takut jika istrinya khawatir. Meskipun sebelumnya ia sudah menghubungi istrinya dan menceritakan semuanya.

"Hati-hati papa." Ucap Nara melambaikan tangan pada Dirga lalu menutup pintu apartemen.

Nara masih sedikit kaku mengucapkan kata papa pada Dirga pasalnya ia baru pertama kenal dan belum terbiasa.

"Meskipun hanya sebuah panggilan, sudah cukup bikin aku bahagia, walaupun kata mama aku tak layak untuk bahagia, karena aku hanya pembawa sial." Batin Nara.


_
_
_

Gimana gimana?

Kalo ada typo comment ya^^

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT
AYO AJAK TEMAN-TEMAN KAMU BUAT BACA "LIT ME UP!"

LOVE U ALL❤️

Melaniadelia_

FOLLOW IG
@melaniae__

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 90.2K 60
BOOK 1 > Remake. ๐˜๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌโš ๏ธ โš ๏ธ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ค ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต...
125K 13.8K 18
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
2.4M 132K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
1.2M 72.7K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...