LIT ME UP! [REVISI]

By hei_melan

13.2K 4K 1.7K

Namaku Nara Ananta Aditama aku tinggal di kota Jember, Kata papa Nara itu artinya bahagia, Ananta berarti Tak... More

Prolog
1). Jember
2). Dia Lagi
3). Nara Ananta Aditama
4). Daren Devaldo
5). Berbeda?
6). Hukuman
7). Pacar?
8). Fanya Adristi Bagaskara
9). The Fleux
10). Misi
INFO
11). Misi (2)
12). Berubah
13). Club Malam
14). First Kiss
16). Papa Baru?

15). Diusir

314 68 17
By hei_melan

HELLO READERS

SELAMAT MEMBACA

^_^

"Aku memang bukan anak panti, tapi aku tidak pernah tau rasanya disayang ibu."

-Nara Ananta Aditama.

Seperti biasa setelah pulang sekolah Nara akan melakukan aktivitas nya untuk membantu Bi Santi mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring serta menyetrika baju.

"Bi Nara mau menyetrika baju dulu ya, bibi yang nyapu." Ucap Nara pada Bi Santi sebelum mengambil pakaian untuk di setrika.

"Iya non." Ucap Bi Santi.

Meskipun sudah setiap hari Nara lakukan tetapi ia tak pernah lelah sebab ini sudah kewajiban nya yang harus dilakukan juga merupakan perintah dari mama nya. Jika itu yang bisa membuat mama nya bahagia kenapa tidak? Sebab sekarang Nara hanya mempunyai Mama yang ingin ia bahagiakan. Namun mirisnya mama nya tidak pernah memberikan Nara kebahagiaan.

Saat ini Nara sedang menyetrika baju Mama nya yang baru saja di beli kemarin saat di luar kota. Katanya sih itu baju nya sangat mahal, jadi Nara harus berhati-hati, ia tak mau jika baju baru itu menjadi rusak karena ulahnya, dan membuat mama nya marah.

"NAR!"

"Seperti suara mama, ada apa ya mama manggil aku." Ucap Nara pada dirinya sendiri setelah mendengar teriakan mamanya dari kamar tidur di lantai atas. Lalu Nara segera bangkit untuk melangkah ke arah sumber suara.

"NARA!" Panggil Feti lagi.

"Iya ma, ada apa." Ucap Fanya tergesa-gesa setelah sampai di kamar Feti.

"Kamu tuli apa gimana sih! Saya teriak-teriak dari tadi!" Ucap Feti dengan nada tingginya.

Hal seperti itu sudah terbiasa Nara dapatkan, tetapi ia berusaha untuk tidak memasukkan hati. Karena memang ini salahnya.

"Tadi aku masih menye-"

"Saya tidak sedang ingin mendengar alasan kamu!," Belum sempat Nara melanjutkan ucapannya sudah dipotong oleh Feti.

"Pengharum ruangan kamar saya habis. Belikan sekarang!" Lanjutnya.

"Ta-tapi ma aku-"

"Oh sudah berani melawan rupanya!" Potong Feti lagi.

"Iy-iya ma aku akan belikan sekarang."

***

"Yey sampek." Ucap Nara setelah tiba didepan mini market.

Saat ia hendak memasuki minimarket ia melihat seorang pria paruh baya tengah memasukkan dompetnya ke dalam saku celana belakangnya. Namun dompet itu tidak masuk kedalam kantong sakunya, melainkan jatuh.

Nara yang melihat itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke minimarket. Ia mengambil dompet yang jatuh itu lalu mengejar pemiliknya.

"Om om dompetnya jatuh om." Panggilnya setengah berteriak berharap orang yang ia panggil akan mendengarnya.

"OM!!" Panggilnya lagi setelah tiba didepannya.

"Iya? Kamu siapa?" Tanya pria paruh baya itu.

"Saya Nara Om, tadi dompet Om jatuh di depan minimarket, ini Om." Ucap Nara sembari menyerahkan dompet berwarna cokelat itu.

"Dicek dulu om mungkin ada yang hilang." Ucap Nara kembali.

Pria itu membuka dompet yang diberikan Nara lalu mengecek isi nya.

"Masih lengkap kok, Terimakasih ya." Ucap pria itu setelah mengecek isi dompetnya.

"Alhamdulillah om, kalau begitu saya pamit dulu." Pamit Nara.

"Tunggu," Ucap pria itu membuat Nara mau tak mau mengurungkan niatnya.

"Ada apa om?" Tanya Nara kebingungan.

"Ini buat kamu." Pria itu memberikan beberapa lembar uang seratus ribu, lalu menyerahkan nya pada Nara.

"Saya ikhlas kok bantu om. Maaf om saya buru." Ucap Nara lalu pergi melakukan niat nya yang sempat tertunda.

"Baik sekali anak itu, andai saja aku memiliki anak seperti dia." Ucap pria itu sembari menggeleng kan kepalanya.

***

Setelah membeli pengharum ruangan yang mama nya minta, Nara segera pulang dengan mengayuh sepedanya. Sekarang ia sudah tiba di depan rumah nya. Namu, saat hendak memasuki rumahnya..

"PERGI KAMU DARI SINI! DAN JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!" Ucap Feti setelah mengeluarkan semua baju milik Nara di depan pintu.

"Maksud mama apa ma? Nara kan sudah belikan pengharum ruangan." Ucap Nara kebingungan tak mengerti maksud mamanya.

"KAMU PUNYA MATA? LIHAT INI LIHAT!! BAJU SAYA RUSAK! KARENA KECEROBOHAN MU!!" Feti melempar baju baru nya yang sudah gosong.

Lalu Nara mengingat-ingat kejadian tadi, saat ia menyetrika baju itu, Mama nya memanggil nya ia lupa mematikan setrikanya dan lupa mengangkat. Dan membuat baju itu menjadi gosong.

"Maaf ma, tapi tadi Nara lupa karena mama memanggil Nara." Ucap Nara meratapi kecerobohan nya.

"JADI KAMU MENYALAHKAN SAYA!!" Bentak Feti tak terima.

"Bukan begitu ma tapi-"

Lagi lagi ucapan Nara terpotong

"PERGI KAMU DARI SINI!! SAYA SUDAH MUAK LIHAT WAJAH KAMU!! KAMU ITU PEMBAWA SIAL!" Ucap Feti dengan menekan kata terakhirnya.

"TUTUP PINTUNYA CLARA!" Titahnya pada Clara sebelum memasuki rumahnya.

Sebelum dikunci Nara melihat raut kebahagiaan dari wajah Clara yang juga menyaksikan saat Feti memarahi nya.

"PEM-BA-WA SI-AL!" Ucap Clara tepat di telinga Nara tak lupa mengedipkan sebelah matanya kemudian masuk dan mengunci pintu rumahnya.

Hujan turun dari pelupuk matanya, dan mengalir dengan sangat deras membasahi pipinya. Nara menggedor-gedor pintu yang sudah tertutup. Berharap bisa membuka hati mama nya. Namun nihil, pintu nya tetap saja tertutup, dan akan selalu tertutup tidak akan pernah terbuka lagi. Seperti hati mama nya.

"Non yang sabar ya non." Ucap Bi Santi yang berada di jendela mengintip kejadian itu. Ia hendak keluar rumah berharap bisa membantu Nara, tapi belum berapa langkah, suara Clara sudah menginterupsi untuk mengurungkan niatnya.

"Kalau bibi keluar, aku bakal laporin bibi ke mama, dan bibi akan dipecat!" Ucap Clara.

Disisi lain Bi Santi tidak tega saat melihat Nara diusir dari rumah namun ia juga membutuhkan pekerjaan ini, jika ia dipecat ia tidak akan bisa membiayai anak nya bersekolah.

Nara memungut satu persatu baju nya yang berserakan di lantai lalu memasukkan kedalam koper. Ia tak tahu harus pergi kemana dan haru tinggal sama siapa. Ia juga tidak memiliki saudara.

Setelah baju-baju nya sudah masuk ke dalam koper, ia bangkit lalu pergi meninggalkan rumah nya yang penuh kenangan itu.

"Aku akan pergi dan tidak akan kembali lagi di kehidupan mama, selamat tinggal mama, Clara, Bi Santi, Mang Danu, dan Papa. Nara sayang kalian."

***

Yang tadi nya terang kini sudah berubah menjadi gelap, yang tadi nya panas kini berubah menjadi dingin, yang tadi nya matahari kini berubah menjadi bintang yang menghiasi gelapnya langit.

Entah sudah berapa lama Nara berada di taman itu, taman yang selalu menjadi tempat untuk menurunkan hujan yang ada di pelupuk mata nya. Dan tempat yang selalu menjadi teman untuk meluapkan semua masalahnya. Walaupun taman itu tidak bisa berbicara, tetapi suasananya membuat sedikit masalah yang ada di pikirannya hilang.

Ia memilih taman itu, sebab waktu ia masi kecil ayahnya sering sekali mengajaknya kesini dan memulai kenangan indah disini.

"KAMU ITU HANYA PEMBAWA SIAL!" Kalimat itu terus memutari otaknya, apa Nara seburuk itu di mata mama nya? Apa salah Nara? Semua perintah mama nya selalu ia kerjakan walaupun ia harus dianggap sebagai ART. Dan hanya karena baju nya gosong lalu ia diusir? Serendah itu kah dirinya di mata mama nya? Hingga mama nya lebih menyayangi baju daripada dirinya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang terlontar di benak nya. Pertanyaan yang sangat tidak mungkin mempunyai jawaban. Hanya cukup disimpan dan di pendam.

Nara mendongak kan wajahnya keatas menatap indahnya langit dengan dipenuhi  beribu-ribu bintang "Pa, Nara tidak tahu harus kemana, Nara ingin menyusul Papa."

Nara bangkit saat merasakan perutnya bersenandung meminta diisi. Ia ingat jika saat pulang sekolah dirinya tidak makan hingga saat ini. Ia juga lupa tidak membawa uang.

Ia melangkah kan kakinya dipinggir jalan, angin malam menjadi teman perjalanannya. Perjalanan yang tidak memiliki tujuan. Berharap ada orang yang akan memberikan ia makanan. Namun itu hanya menjadi sebuah harapan.

Kepalanya begitu pusing, wajah nya pucat bahkan sangat pucat, namun itu tidak menjadi halangan untuk terus berjalan meskipun tidak ada tujuan, pandangannya mulai kabur dan gelap.

Brakk

"NARA!"





























_
_
_

Sad banget di chapter ini:(

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

AYO AJAK TEMAN-TEMAN KAMU BACA "LIT ME UP!"

Follow
⬇️⬇️⬇️

Melaniadelia_

Follow me on ig

@melaniae__

Continue Reading

You'll Also Like

543K 41.5K 28
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.7M 134K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.1M 44.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
3.4M 173K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...