MARITARE

Door Roses_Series

4.6M 96.8K 2.9K

Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar... Meer

01 ● BEGINNING
02 ● FIND OUT
03 ● REASON
04 ● ENCOUNTER
05 ● ADDRESSING WILL
06 ● DINNER
07 ● REFUSAL
08 ● HARDSHIP
09 ● ENGAGE
10 ● VISIT
11 ● STAY
12 ● FIRST KISS
13 ● BROKE UP
14 ● WEDDING
15 ● AFTER PARTY
16 ● NEWLYWED LIFE
17 ● LITTLE SCRATCH
18 ● DISAPPOINTMENT
20 ● INVITATION
21 ● AMELIORATE
22 ● IRONY OF FATE
23 ● COCKTAILS AND TEARS
24 ● BAD INTENTION
25 ● FALLS APART
26 ● REMEDY
27 🖤 NIGHT IN THE WOODS

19 ● HEATED NIGHT

151K 3.8K 83
Door Roses_Series

Warning

[ 18+ ]

Part ini berisi konten dewasa.

***

Tak ada lagi makanan tersisa untuk Alex. Rosa telah membagikan semua hasil karya masakannya kepada para sekuriti tower. Lagipula pria itu juga pasti sudah makan malam di luar dengan rekan bisnisnya. Jadi tak masalah tak menyisakan apapun untuk sang suami yang kemungkinan pulang sudah dalam keadaan kenyang.

Rosa menatap keluar jendela kamar untuk menghibur diri. Matanya yang sembab memandang kelap kelip lampu malam yang terlihat indah. Ia merasa kesepian, tapi lebih dari itu, ia tengah kecewa dengan sang suami.  Ia tadi menangis meratapi kegagalan rencana makan malamnya dengan Alex. Terlebih laki-laki itu telah membuatnya menunggu. Membuat suasana hati Rosa semakin buruk.

"Udah capek-capek masakin...  pulang telat harus ditanya dulu baru ngabarin... "

"Apa mas Alex pergi sama Shely ya...?"

"Ya Tuhan, Rosa... kenapa kamu mikir kayak gitu sih. .."

Rosa menggeleng-gelengkan kepala. Ia malah menggerutu pada diri sendiri. Gadis itu memang terlalu insecure jika sudah menyangkut suaminya. Ia masih merasa asing menyandang status sebagai istri seorang pria dari kalangan jetsetters seperti Alex.

Namun tak berselang lama, perhatian Rosa teralihkan dengan suara pintu yang menutup.

'Bapak Alex yang terhormat sudah pulang rupanya... katanya mau pulang jam 12, ini masih jam 10 kenapa udah sampai rumah...'

Rosa mencebik kesal sambil berjalan menuju pintu kamar untuk menguncinya. Ia tak ingin lagi Alex diam-diam masuk ke kamarnya walaupun sekedar memandangi dirinya yang tengah terlelap.

Mau seperti apapun kemarahan Rosa pada Alex, tapi tetap saja, begitu tau sang suami sudah pulang dengan selamat ia pasti akan merasa lega. Rosa pun lantas beranjak ke ranjang dan mencoba memejamkan mata.

**

Selang satu jam sejak Alex selesai mandi malam, tapi entah mengapa ia belum merasakan kantuk sama sekali. Kesegaran seusai membersihkan tubuh dengan air hangat masih terasa menguar.

Tiba-tiba intuisi Alex membawanya untuk pergi keluar kamar. Seperti biasa, ia ingin mengecek keberadaan sang istri tercinta. Terkadang pria itu merasa takut jika suatu saat ia tak menemukan Rosa tertidur lelap di kamar dan pergi menghilang entah kemana.

Alex menggerak-gerakan handle pintu kamar Rosa namun tetap saja tak mau membuka. Ia heran sendiri karena tumben istrinya itu mengunci pintu padahal sebelum-sebelumnya tak pernah bertindak demikian.

Dengan mendengus singkat, Alex menyerah dan memilih pergi. Ia sekilas berpikir mungkinkah Rosa marah karena ia ingkar janji? Namun Alex tak mendebat pikirannya lebih lama dan beralih menuju dapur untuk minum.

**

Alex mendudukan dirinya di kursi island (meja pantry) dapur. Ia sudah mengambil sebotol minuman alkohol berkadar rendah rasa raspberry berikut gelas berisi es batu dari kulkas. Alex menuangkan minuman tersebut ke dalam gelasnya kemudian meneguk pelan.

Sambil menikmati penyegaran tersebut, Alex lantas meraih ponsel yang ia bawa dan melihat pesan masuk yang belum ia baca.

From: Jaxon Grant
Tolong sampaikan maaf pada istrimu, Alex. Gara-gara aku rencana dinner kalian batal. Kalau bukan karena ini malam terakhirku di Jakarta, aku tak akan menculikmu seperti tadi.
Hope you two could make it up. Thank you for the business and see you again very soon?

Alex membalas:
It's okay Jax. No worry. Istriku tidak mempermasalahkan hal itu. See you next time.

Di tengah-tengah meeting sekaligus dinner dengan rekan bisnisnya tadi, Alex meminta waktu untuk menelfon sang istri yang sudah janjian makan malam dengannya. Oleh sebab itu Jaxon Grant yang merupakan partner bisnis Alex jadi merasa bersalah dan mengirimi pesan tersebut.

**

Alex terus saja meneguk minumannya hingga tersisa setengah botol. Ia baru saja meletakkan gelasnya di atas island ketika perhatiannya teralihkan oleh suara derap langkah kaki.

Alex menoleh lalu melihat bayangan Rosa sedang berjalan kearah dapur. Karena lampu-lampu utama telah dimatikan ruangan itu menjadi remang-remang dan minim pencahayaan.

Rosa tampaknya belum menyadari keberadaan Alex yang terduduk di island. Namun begitu ia bergerak lebih dekat, langkahnya langsung terhenti ketika mendapati sang suami tengah mengawasinya.

Rosa membelalakan mata untuk memastikan siapa yang ada di depannya lebih jelas. Ia meyakinkan diri bahwa benar sedang melihat sang suami.

'Ngapain sih dia disitu-' kesal Rosa dalam hati saat yakin yang disana benar-benar Alex.

Pencahayaan di dapur memang lebih baik dari tempatnya berdiri. Ia melihat seorang pria dewasa tengah terduduk santai. Walaupun sudah larut malam tapi pria itu masih terlihat segar dan tampan. Penampilannya juga selalu rapi dan bersih. Tak peduli formal maupun casual seperti malam itu, seolah-olah setiap hari selalu memakai pakaian baru.

Rosa memang belum tertidur semenjak tadi. Dirinya yang sehabis menangis merasa haus dan berniat mengambil minum di dapur. Tak disangka ia justru berpapasan dengan orang yang ingin ia hindari.

Dengan ekspresi sebalnya, Rosa memilih membalikkan badan untuk kembali ke kamar.

"Mau ngapain? Kenapa gak jadi?" Alex tau-tau mencegah kepergian Rosa dengan melemparkan sebuah pertanyaan.

Mendengar seruan Alex, Rosa spontan menghentikan langkah. Ia berputar untuk menjawab pertanyaan sang suami.
"Cuma mau minum..." ucapnya dengan nada pelan namun terdengar ketus. Ia benar-benar sudah tak bisa mengontrol kejengkelannya pada Alex. Belum lagi pikiran negatifnya yang menduga sang suami pergi menemui mantan kekasih.

"Terus kenapa mau pergi? Saya juga baru minum. Sini..." Panggil Alex pada istri belianya yang langsung disambut pelototan mata gadis itu, yang tentunya tidak terlihat oleh Alex.

"Gak usah... Rosa udah gak haus, mau balik kam-"

"Rosana! Jangan ngebantah! Sini!" Sahut Alex dengan diktenya.

Rosa merasa tak berdaya. Ia tetap tak bisa menolak jika seorang Alex sudah bertitah. Sekarang hidup dan matinya jelas bergantung pada pria yang telah menjadi suaminya itu. Salah sedikit saja, Alex bisa menendangnya keluar rumah. Rosa membuang nafas kasar. Dengan terpaksa ia melangkahkan kaki menuju island dapur dimana Alex sedang duduk.

.

Sementara itu, tubuh Alex mendadak menegang hebat saat melihat tampilan Rosa yang berjalan kian dekat. Kini ia bisa melihat lebih jelas yang Rosa kenakan.

Rosa memakai salah satu busana dari hadiah pernikahan mereka. Rosa membalut tubuh ramping nan mungilnya dengan gaun malam sutra berwarna ungu pucat yang minim bahan hingga menampakkan sebagian besar kulitnya yang putih mulus.


Hampir seluruh paha kecil Rosa tak tertutupi karena gaun malamnya yang terlampau pendek. Belum lagi bagian atas yang berpotongan rendah dan hanya menutupi setengah dari dada gadis itu yang cukup besar.

Alex menelan saliva pelan, ia menyamarkan rasa gugup dengan mengambil nafas dalam-dalam. Ia terus berusaha menenangkan diri, namun detak jantungnya justru berdetak makin cepat dan suhu tubuhnya meningkat tajam.

Karena masih kesal, Rosa tak menyadari jika penampilan terbukanya kala itu telah memicu gairah sang suami. Ia terus maju hanya untuk fokus menuruti perintah Alex dan mencari tau apa sebenarnya mau pria itu. 

"Nih... minum" Alex menyodorkan gelas berisi minumannya ketika Rosa sudah sampai di dekatnya. Susah payah ia berusaha se-biasa mungkin di hadapan sang istri.

"Apa ini Mas?" Tanya Rosa dengan kenaifannya.

" soda " jawab Alex berbohong. Tapi smirnoff raspberry-nya memang sama sekali bukan suatu ancaman.

Rosa percaya saja. Ia menuruti permintaan Alex. Rosa meneguk air dingin itu dengan terburu. Sementara Alex memperhatikannya seperti seekor singa kelaparan.

"Enak?" Tanya Alex jahil.

Rosa mengangguk pelan. Rasanya memang mirip soda rasa stroberi.

"Tapi agak pahit" jawab gadis itu jujur.

Alex menyunggingkan seringai kecil. Cukup satu gelas saja ia ingin sang istri mencicipi minuman tersebut. Ia tak mungkin membiarkan Rosa yang masih remaja meminum sesuatu yang memiliki dampak kurang baik bagi tubuh. 

Alex mencoba menguasai diri dan beranjak dari kursi. Walaupun sebetulnya ia masih bingung bagaimana menyalurkan hasratnya pada gadis yang berselisih usia empat belas tahun darinya itu.

"Kenapa kamu ngehindarin saya?" Tanya Alex sambil bersedekap. Ia menunduk ke bawah untuk memandang lekat wajah Rosa.

"Rosa gak ngehindar..." ucap gadis itu seraya menolehkan kepala kesamping guna menghindari menatap sang suami. 

Alex meraih dagu Rosa agar balas memandangnya. Namun kemudian dahinya mengkerut dan matanya menyipit memandang tajam. "Kamu habis nangis?" Tanya pria itu begitu sadar mata sang istri bengkak dan berselaput bening.

"Enggak..." Rosa menyangkal. Namun suara sengaunya semakin menguatkan keyakinan Alex bahwa benar ia sedang bersedih.

"Jangan bohong Rosana.... kenapa kamu nangis?"

Rosa mematung sembari memejamkan mata sesaat. Tangan Alex belum lepas dari dagunya. Laki-laki itu malah merubah menangkupkan jemari pada pipinya.

"Kenapa kamu nangis? Ada apa? Bilang sama saya" Ulang Alex masih mencoba mencari jawaban. Ia memandang Rosa penuh kecemasan.

Rosa merutuki hatinya yang lemah. Baru ditanya seperti itu saja matanya sudah kembali berkaca-kaca. Apa iya Alex tak menyadari kesalahannya dan Rosa harus mengungkitnya agar pria itu paham.

"Kamu marah sama saya? Iya? Hng?" Tebak Alex mulai menangkap gelagap ngambek sang istri. 
 
"Jawab Sa... kalau suami tanya itu dijawab" ucapnya dengan intonasi meninggi. Ia gemas melihat Rosa yang terus terdiam.

"Apa iya Mas anggap diri Mas suami Rosa?" Akhirnya gadis itu bersuara.

"Maksud kamu?"

"Apa bukan status aja?" tanya Rosa sinis.

"Jelasin sama saya ada apa-" tuntut Alex.

Rosa mendengus kasar. Tapi kemudian ia memberanikan diri mengeluarkan uneg-unegnya sejak tadi.

"Kalau mas anggap diri mas suami Rosa... pasti tadi Mas kabarin Rosa kalau mau pulang telat"

"Tadi kan saya udah kabarin kamu-"

"Tapi kenapa harus Rosa tanya dulu?  kalau gak di tanya apa Mas bakal ngabarin? Enggak kan? Kenapa Mas ngebiarin Rosa nungguin Mas... Mas aja enggak pernah ingat sama Rosa, kayak gitu yang Mas bilang suami?" Protes gadis itu dengan menahan tangis.

Namun sekeras apapun ia berusaha, airmata itu tak bisa dibendung lagi. Rosa seketika menyesal karena menyadari telah bicara terlalu jauh dan mulai berani merajuk.

"Jangan nangis...." Alex menenangkan sambil mengusap pipi Rosa yang telah basah. Ia telah paham alasan kegundahan hati istrinya. Ia pun mengakui ketidakpekaannya.

"Aku memang salah... tadi aku sibuk"

Alex meminta maaf dengan tulus sembari terus mengusap pipi sang istri. Kini jemarinya basah oleh bulir airmata Rosa yang terjatuh.

Anehnya dengan sikap lembut Alex, Rosa justru semakin terisak.

"hiks... hiks..." Rintih gadis itu. 

"Hey, baby.... baby, I'm sorry... I'm sorry, okay?" Ucap Alex lembut. Ia merasa bersalah melihat Rosa yang tergugu. Namun sudut hatinya yang lain merasa bahagia mengetahui sang istri mulai membuka diri. Bahkan saat tau Rosa ternyata menunggu kabar darinya. Ia membelai bergantian pipi dan rambut Rosa dengan sabar agar gadis itu tenang.

"... aku janji... Lain kali pasti kabari kamu"

"Aku janji... " ucapnya berharap isakan Rosa mereda. 

"Rosana.... ijinkan aku perbaiki ini-" lanjut Alex final guna menghentikan tangis sang istri.

Rosa mendongak untuk menatap Alex. Ia mengangkat alis dan melebarkan matanya yang berair. Tatapannya seolah berkata 'bagaimana kamu akan memperbaikinya?'

Dan sedetik kemudian pertanyaannya terjawab saat bibir Alex mendarat dengan sempurna di atas bibirnya.

***


.
.

Alex yang berniat memberikan kecupan ringan untuk menenangkan hati Rosa, justru terbawa arus. Ia tak bisa lagi menunda hasratnya yang tertahan. Alex meraih pinggang ramping gadis itu dan mengadukan ke tubuhnya. Ia kemudian menggeser dan mendorong Rosa mundur hingga membentur island.

Alex menjeda sesaat. Ia mendekatkan wajah sementara kedua tangannya mengusap-usap pipi Rosa yang mulai terasa hangat. Dengan tatapan memohon ia berbisik pelan.

"Tolong jangan salah paham. aku benar-benar menyesal... tapi aku sudah menunggu terlalu lama, sayang... tolong mengerti. I'm sorry"

Alex meminta maaf karena ia tau akan menerjang istrinya yang masih sedih atau marah entahlah, kala itu Alex sudah tak peduli.

Ia lalu mulai lagi mencumbui Rosa yang tengah terperanjat tak berdaya. Kecupan halusnya berubah menjadi lumatan liar sambil mendekap erat gadis itu.

Dalam rengkuhan Alex yang menyesakkan dan punggung yang membentur island, Rosa yang kesusahan bernafas meminta Alex untuk melepaskannya.

"Masshh-" ia berusaha mendorong dada bidang dan lengan Alex yang membelenggunya.

Namun Alex tak menggubris. Rasa penyesalannya membuat sang istri menangis ia kesampingkan. Ia tak menghiraukan kegelisahan Rosa dan terus menciumi bibir sang gadis.   

Dengan kedua tangannya yang kuat, Alex bahkan kemudian mengangkat tubuh Rosa naik ke atas island. Ia mengangkangkan kaki serta mencengkeram kuat pinggang Rosa agar tubuh mereka menyatu. 

"Sebentar saja sayang. Aku enggak akan menyakiti kamu..." mohon Alex dengan suara seraknya agar Rosa tak semakin berontak.

Alex pun melanjutkan aksinya. Kini dengan posisi yang lebih sejajar ia semakin leluasa mencumbu dimanapun. hingga akhirnya ia menemui ceruk leher Rosa lalu menghisapnya kuat dan meninggalkan tanda merah.

"Nggghh-"
Rosa tak kuasa menahan desahan kecil karena ia merasakan geli di sekujur tubuh. Ditambah bukti betapa mendamba Alex padanya yang kini menekan miliknya kuat di bawah sana semakin membuatnya terkejut.

Kecupan Alex terus semakin turun hingga menemui bahu dan turun lagi hingga ke belahan dada Rosa yang menyembul.

"Hhh  hhhh"

Deru nafas Rosa mulai tak beraturan. Ia merasa gelisah, takut dan malu bercampur jadi satu. Tapi ia hanya diam dan tak ingin menolak yang Alex berikan padanya malam itu. Ia tau ia juga menginginkannya.

Dan kemudian Alex justru melepas kecupannya pada belahan dada Rosa. Dengan gamang mata elangnya menemui manik mata Rosa seakan meminta persetujuan. Rosa yang masih terkesiap tak bisa mengartikan arti tatapan tersebut. Namun selanjutnya ia paham maksud sang suami begitu jemari kokoh itu mulai menanggalkan tali baju tidurnya perlahan.

Alex berhasil menurunkan gaun malam Rosa hingga bawah dada, membuat kedua payudara gadis itu terpamerkan jelas di depan matanya. Ia menahan nafas saat melihat pertama kali buah dada sang istri yang menurutnya sangat indah; bulat penuh, besar, dengan pucuk tegak berwarna merah muda ditengah.

"You're so beautiful..." Alex spontan menggumam saat menyaksikan pemandangan indah di hadapannya. Ia memandang begitu takjub pada Rosa yang kini tengah resah.

Nafas Rosa kian memburu. Dada polosnya naik turun dan membuat libido Alex semakin meningkat. Ia menatap Alex bingung sementara Alex menatapnya sayu.

Rosa menggigit bibirnya kuat. Ia merasa was-was dengan kepolosan tubuhnya terlebih pada apa yang hendak Alex lakukan selanjutnya. Saat ia berusaha mengangkat tangan untuk menutupi dua asetnya, Alex dengan cepat menahan. "Don't!" cegah Alex. "I want it, baby..." bisik pria itu kemudian. Rosa pun tak berkutik ketika sang suami menatapnya penuh harap.
.
.
.

** skip**

.
.
.

*

Alex perlahan menjauhkan tangannya yang berlumuran cairan bening dari kewanitaan Rosa. Ia juga menyudahi mencumbui gadis itu yang kini tampak terengah-engah.

Alex menelan saliva sembari memandangi bergantian jari-jarinya yang basah dan tubuh Rosa yang tersengal-sengal dalam keadaan setengah telanjang. Rasanya sungguh nikmat ia merasakan sang istri bisa mencapai puncak karena ulahnya.

Berbeda dengan Alex, Rosa berusaha meraih kembali nafasnya dan mengembalikan kesadaran. begitu tau pria itu melonggarkan pelukan ia langsung mendorong Alex ke belakang hingga membuat pria itu mundur.  Tatapan keduanya beradu dan Alex mendapati Rosa hampir menangis dengan mata berkaca-kaca.

Rosa segera beranjak turun dari island. Dengan bibirnya yang masih sedikit terbuka dan bahunya naik turun ia menjauh perlahan sembari merapikan baju tidurnya yang berantakan. Lalu setelahnya, gadis itu tau-tau sudah berlari secepat kilat meninggalkan Alex sendirian.

Alex yang masih bingung dengan respon sang istri tak sanggup mencegah kepergian gadis itu. Ia menatap punggung Rosa yang menjauh sembari mengevaluasi atas apa yang baru saja terjadi.

**

Rosa menutup pintu kamar lalu menguncinya dengan segera. Ia melangkahkan kaki dan segera mendudukkan tubuh di atas ranjang.

"Apa yang barusan-" Gumamnya pelan lalu meraup wajah dengan kedua tangan.

Rosa kabur bukan karena ia marah, tidak suka atau takut pada apa yang telah Alex lakukan padanya. Jujur, sebagian kecil hati gadis itu merasa senang mengetahui Alex menginginkan dirinya. Tapi sebagian besar perasaannya sudah tertutupi rasa malu.

"Apa itu tadi? Kenapa aku bisa  kelepasan seperti itu.   Ahhhh... ..." sesal Rosa frustrasi pada dirinya sendiri.

Rosa mengira yang ia keluarkan saat klimaks tadi adalah murni air seni, bukannya cairan squirt saat orgasme. Gadis itu mana tau seluk beluk dalam urusan bercinta kalau pacaran saja belum pernah. Rasa malu Rosa sudah mencapai ubun-ubun karena ia berpikir Alex pasti akan merasa jijik padanya. Padahal kenyataan justru sebaliknya.

Rosa merasa seperti ingin ditelan bumi saja. Ia tak mau lagi bertemu dengan Alex apapun alasannya.

**

"Rosana buka pintunya!!"

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja?"

"Ayo kita bicara-"

"Buka pintunya sayang... Rosana... please"

Alex terus menggedor pintu kamar istrinya namun tak mendapat jawaban sedikitpun.
Ia merasa berhutang penjelasan pada Rosa mengenai apa yang baru saja terjadi diantara mereka.

Melihat ekspresi sang istri tadi yang terlihat shock, membuat Alex merasa gagal mengkomunikasikan keinginan mereka masing-masing sebagai pasangan.
Rosa masih sangat muda, bahkan belum mempunyai pengalaman sedikitpun dengan pria. Harusnya sebagai seorang suami, ia bisa mengajari dan membimbing istrinya itu sedikit demi sedikit. Bukan justru main terjang hingga menakutinya seperti tadi. Apalagi gadis itu juga baru saja bersedih karena kecewa padanya.

"Arghh!!" Alex menggeram sembari meninju tembok yang ada di dekatnya. Ia menyesal tak bisa mengendalikan gairahnya.
"Oh shit... what did I just do?"  Ia menggumam lalu mengusap kasar wajahnya karena frustrasi. 

*****




.
.
.
.
.
.
.

Cerita ini juga tersedia di Karyakarsa ya readers, dengan part yang lebih full. Dengan akun author yang sama dengan di wattpad ya: roses_series

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

378K 3.5K 23
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
237K 3.1K 13
(CERITA LENGKAP BISA KALIAN BACA DI APLIKASI DREAME) . Berawal dari seorang gadis SMA yang baru saja lulus dan ditinggal oleh orangtua nya karena per...
851K 32.1K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
449K 2.9K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..