Gadis Misterius (PROSES REVIS...

By Ishikawa_Azari

3.1K 266 49

Kematian adalah akhir. Jika kematian telah menyapa, maka berakhirlah kehidupan. Namun, beberapa dari mereka y... More

Akhir
Sirna
Dia yang sekarang telah tiada
Arwah
villa
ditaksir Kuntilanak
Teror penelepon jam 00.00
Mimpi
Murid Baru
Patung
Misteri kematian murid kelas sebelah
Ganjil
Misi B
Hukuman
Rumah Bekas Pembantaian
Robot Tikus
Rumah No 13
Siapa gadis itu?
Keluarga Palsu
Ada Lili di belakangmu!
Truck Tak Bersopir
Kuntilanak Bertindak, Cinta Ditolak
Hari Terburuk
Kuntilanak Menangis
Bumi Perkemahan
Naura Bukanlah Manusia
Sharla
Flashback Aliando
Flashback Gian
Zombie?
Buku Naura
Mencari Adik Naura
Teror
Lala Syaharanny
Semua demi teman
Semua telah berakhir
Penyesalan yang Telah Terpenuhi

Rencana Dimulai

47 4 0
By Ishikawa_Azari

Malam berlalu dengan guyuran air hujan yang turun ketika jam dua belas malam sehingga menimbulkan kepanikan bagi seluruh anggota pramuka dari berbagai gudep itu. Keluar masuk tenda menyelamatkan barang-barang yang anti air.

Sungguh, malam yang melelahkan ditambah saat subuh, entah hanya kebetulan sesaat, beberapa anggota pramuka kerasukan. Sontak, para pramuka di gudep mereka masing-masing kembali merasakan kepanikan. Kejadian itu juga dialami di gudep Nandra dan teman-temannya.

Syukurnya, perkara tersebut dapat selesai sebelum matahari terbit sehingga masih ada waktu bagi mereka untuk kembali tidur meskipun hanya beberapa jam.

"Woy, bangun woy!" Nandra mengoncang-goncangkan tubuh Andi yang masih tertidur pulas itu.

Aliando memukul kepala Andi menggunakan handuk yang tadinya mengalung di lehernya. Kemudian, ia menutup hidung Andi menggunakan tangan kanannya. Sontak, seketika Andi pun langsung terbangun. Andi terbatuk dalam keadaan duduknya.

"Udah puas tidurnya?" tanya Aliando.

"Ya enggak lah. Semalaman gue gak tidur, eh ... waktu gue udah nyenyak-nyenyaknya tidur, kalian ganggu gue," kesal Andi.

"Lihat udah jam berapa ni? Nanti ada pionering. Jadi, kita harus siap-siap," jelas Nandra. "Ayo bangun."

"Iya-iya." Andi beringsut berdiri. Lalu, mengambil pakaian pramuka yang tadi malam ia gantungkan dan ia juga mengambil barang lain yang ia perlukan untuk mandi.

***

Setelah sekian lama mengantri dari jam enam pagi tadi, akhirnya Evril dan Escy mendapatkan giliran mereka untuk membersihkan diri.

Menunggu dari pukul enam pagi hingga pukul setengah delapan pagi itu memang cukup lama. Apa lagi dalam keadaan jalan basah yang tergenang air bekas hujan tadi malam.

"Huh ... kenapa sih kita harus mandi pagi-pagi begini? Nanti sore, 'kan bisa? Apalagi ramai-ramai begini. Suntuk tau," omel Escy sambil mengeringkan rambutnya yang basah itu.

"Jangan menunda-nunda. Siapa tahu aja nanti sore atau besoknya kita gak bisa mandi karena udah gak ada air. Lagian, apa salahnya mandi pagi ini? Toh, kita, 'kan udah terlanjur basah akibat hujan tadi malam," terang Evril.

"Iya-iya deh." Escy mengangguk. Mengiyakan penuturan Evril.

"Seharusnya kita bersyukur, lo. Lihat, anak pramuka cowok gak punya kamar mandi khusus seperti kita. Alhasil, mereka harus pergi ke perkotaan atau ke perkampungan yang jaraknya cukup jauh dari perkemahan. Kira-kira, setengah jam PP ke sana dan itu pun, belum tentu ada yang bersedia menerima mereka untuk menumpang mandi di rumah mere--" Tiba-tiba, tak sengaja seorang cewek menyenggol pundak Evril hingga alat mandi yang dipengangnya terjatuh. Sabun, pasta gigi, sikat gigi dan shampoo yang ia bawa terjatuh ke lumpur.

"Ma-maafkan gue. Gue-gue gak sengaja," mohon gadis yang tak sengaja menyenggol Evril. Gadis berusia berkisar tujuh belas tahun itu mengambil peralatan mandi Evril dan membersihkannya menggunakan air mineral yang ia pegang. Kemudian, wanita itu memberikan peralatan mandi itu ke Evril.

"I-iya. Gak apa-apa, kok," ujar Evril.

"Terima kasih banyak."

Wanita itu memakai baju Rapilo dengan lengan digulung hingga ke siku dan juga celana Rapilo yang digulung selutut hingga terlihat jelas sebuah luka tergores di pergelangan kakinya. Sepertinya, itu luka lama.

Luka bekas goresan benda tajam yang terbuat dari logam atau sejenisnya. Sepasang sepatu sengaja dipegang gadis itu. Ia lebih memilih berjalan kaki dengan bertelanjang kaki agar sepatunya itu tidak kotor. Sepasang kaos kaki hitam di masukkan ke sepatu itu.

Nama "Lala Syaharanny" terpampang jelas di papan nama yang dipasang di kacunya. Sepertinya, gadis itu sedang terburu-buru. Ia sudah berpakaian lengkap meski masih acak-acakan. Atribut yang ia kenakan sudah tertata di tempatnya. Hanya sepatu dan sarung tangan yang masih belum ia kenakan.

"Nama lo Lala Syaharanny? Nama yang bagus," puji Escy saat ia membaca papan nama Lala.

"I-iya," jawabnya.

"Perkenalkan, nama gue Renita Escy dan si pintar yang di samping gue namanya Evril Veronica." Escy mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Ternyata, Escy bisa ramah juga, ya sama orang lain.

"Senang berkenalan dengan kalian." Lala menerima uluran tangan Escy. "Andai gue gak buru-buru, kita bisa berbincang lebih lama lagi, tapi gue harus pergi sekarang. Dah, sampai jumpa di lain waktu." Lala bergegas kembali berlari meninggalkan Evril dan Escy.

"Sudah, ayo kita kembali ke tenda," ajak Evril dan dijawab oleh anggukan Escy.

Setibanya di tanda gudep mereka, di sana anggota yang mengikuti Pionering sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan. Stok yang mereka gunakan juga sudah diikat dan diletakkan di depan tenda.

"Evril, ayo cepat. Lo lama banget, sih," ujar Vano. Salah satu anggota pramuka yang ikut kegiatan Pionering itu.

"I-iya." Evril pun langsung bergegas mengambil sepatu dan kaos kakinya yang ada di tenda. Secepat mungkin ia memakainya. Hanya itu saja perlengkapan yang kurang darinya. "Sudah!" Evril keluar dari tenda ketika ia selesai memakai sepatu.

"Semoga berhasil," ucap Tasya menyemangati anggota yang mengikuti kegiatan Pionering dari sekolah mereka.

"Tas, ikut aku yuk. Kita jalan-jalan," ajak Naura sambil menarik tangan kanan Tasya.

"Eh, baiklah." Tasya menerima ajakan dari Naura. Mereka pun pergi entah ke mana.

"Eh, mereka mau pergi tuh. Andi, ayo kita ikuti mereka!" Escy menarik tangan Andi begitu saja. "Kalian bertiga gak usah khawatir, ini biar kami yang urus. Oke? Dah," ucap Escy sambil berlari kecil mengekori Naura dan Tasya. Andi terpaksa ikut dengan Escy karena tangannya sedang digenggam oleh Escy.

Rintangan terberat saat mengawasi setiap gerak-gerik Naura dan Tasya adalah banyaknya orang yang berlalu-lalang memadati jalanan yang tidak terlalu luas itu, sehingga Escy dan Andi merasa kesulitan mengikuti Naura dan Tasya hingga mereka kehilangan jejak Naura dan Tasya.

Akibat sekumpulan anak pramuka yang membawa stok mereka untuk kegiatan Pionering itu menghambat menglihatan mereka. Naura dan Tasya sudah pergi entah ke mana saat anak pramuka itu sudah melalui Escy dan Andi.

"Sial, kita kehilangan mereka!" ketus Escy kesal. Ia menyebarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Berharap netranya menemukan sosok yang ia cari.

Dari awal, Naura sudah mengetahui kalau Escy dan Andi sedang mengawasi mereka sehingga ia memanfaatkan segerombolan anak pramuka tadi untuk bersembunyi di balik tenda gudep lain. Naura mengintip sekilas Escy dan Andi yang sedang mencari mereka.

"Kenapa kita berhenti di sini, Na?" tanya Tasya.

"Bentar, ada yang lagi ngawasi kita. Kan gk enak kalau kita lagi jalan-jalan itu diawasi, 'kan?" jawab Naura.

"Emangnya, siapa yang ngawasi kita?" Tasya ingin tahu siapa yang sedang mengawasi mereka sehingga ia mencoba mengintip dari balik tenda persembunyian mereka. Namun,Naura menghalangi Tasya.

"Sebaiknya jangan. Yuk, kita ke sana aja," ajak Naura sambil menarik tangan Tasya pergi dari tempat itu.

Escy masih menebar pandangannya ke segala penjuru arah. Namun, ia tak menemukan apa yang ia cari hingga perutnya berbunyi akibat lapar.

"Gue lapar, jajan dulu, yuk. Kebetulan di sana ada jualan bakso tuh," ajak Escy sambil menunjuk pedagang bakso yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gimana sama Naura dan Tasya?" tanya Andi.

"Nanti aja dilanjut. Gue lapar, ni." Escy langsung menari tangan Andi tanpa persetujuan darinya.

Menunggu hingga tiba giliran mereka untuk memesan bakso memang hal yang paling membosankan. Namun, apa daya jika rasa lapar menggerogoti perut? Apa pun dilakukan untuk mengisi perut dan keroncongan.

"Lo gak beli, An?" tanya Escy.

"Enggak. Gue nunggu di sana, ya." Andi langsung pergi menuju tempat yang menurutnya nyaman untuk menunggu temannya itu makan.

"Baiklah," jawab Escy ketika Andi sudah terlebih dahulu pergi.

Selama menunggu, Andi menyibukkan diri dengan hp-nya. Membuka beberapa aplikasi untuk membuang kebosanan yang melanda saat menunggu Escy.

"Andi, lo ngapain di sini sendirian? Ikut gue yuk?" ajak Gian.

"Eh, sejak jalan lo ada di sini?" tanya Andi sambil mematikan layar hp-nya.

"Barusan," jawab Gian singkat. "Dari pada sendirian di sini, ayo ikut gue jalan-jalan" ajak Gian lagi.

"Baiklah, teman." Andi tersenyum tipis sambil beringsut berdiri. Ia memasukkan hp-nya ke saku celananya.

"Gue bukan teman lo. Jadi jangan panggil begitu. Nama gue, 'kan ada."

"Baiklah."

Kemudian, Andi dan Gian pun pergi dari tempat itu. Andi benar-benar lupa tentang Escy atau pun tentang Naura dan Tasya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
Aghata By hello

Teen Fiction

3.6K 161 10
kamu seperti kepingan puzzle yang harus ku susun untuk menjadikan-nya bagian yang utuh,sama halnya dengan hatiku.Yang harus ku susun kembali untuk mu...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

329K 17.3K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
11K 1.5K 47
DANMEI TERJEMAHAN