iL Legame (tamat)

By dramahati

369K 17.4K 284

Pintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyemb... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Pengumuman Penting!!!
Tanya Dong
HALO.....

Bab 26

5.2K 243 0
By dramahati

Mobil itu membelah jalanan tol arah Bandung dengan kecepatan tinggi. Meskipun aku tahu kita akan ke Bandung, namun aku yakin dia tak akan mengajakku untuk pulang ke rumah. mau ngapain juga pulang ke rumah, ngelamar?!

Tidak mungkin.

Sesekali kulirik Alexander yang fokus dengan kemudinya, sedangkan aku asyik dengan novel yang ku baca, terkadang mulutku menirukan nada dari penyanyi di music player mobil ini atau terkadang melempar pandangan keluar. Kearah semburat langit orange yangmulai redup, atau pada beberapa domba di padang yang dihalau petani untuk segera pulang karena senja sebentar lagi datang.

Perasaanku damai. Seakan semua hal yang membelenggu di hatiku lenyap begitu saja melihat semua pemandangan ini. padahal biasanya pulang Bandung tak akan semenyenangkan ini. apa karena sekarang aku sedangbersama dia, seseorang yang kusayangi?

*****

Kini kami berdua berada di atas bukit yang landai dengan semilir angin senja yang lembut membelai pucuk-pucuk bunga ilalang kering. Suasana di sekitar kami sepi, hanya saja beberapa meter di belakang kami berderet warung-warung pinggir jalan yang semakin ramai menginjak malam. Di dominasi anak muda yang tentu saja ingin menghabiskan malam indah mereka menatap ke kaki bukit, dimana lampu-lampu kota Bandung temaram indah dari segala penjuru.

"Tau dari mana tempat ini?" tanyaku, menoleh padanya yang duduk tenang di sampingku—di atas kap mobil.

"Dulu sering kesini kalau pikiran sedang pusing." Jawabnya tak mengalihkan pandang padaku.

"Sendirian?"

Kali ini dia menoleh.

"He'em...." Angguknya.

"Kenapa nggak ngajak aku?" Aku tersenyum kecil.

Alexander tertawa, meremas jemariku.

"Kamu masih berada di bawah sana."ia menunjuk ke bawah. Ke arah lampu-lampu berkelip indah. "Di salah satu rumah yang memiliki cahaya di bawah sana."

"Emmm....." aku berfikir sesaat, menatap lampu-lampu itu dengan seksama.

"Mungkin aku berada di sana!" kataku, menunjuk pada sinar lampu paling terang. "Mungkin itu adalah rumahku." Jawabku asal. Padahal aku tidak tahu sumber cahaya itu. aku hanya tertarik dengan kerlipnya yang berkilauan dan paling terang.

Alexander tertawa.

"Ngawur ya?"

aku ikut tertawa.

"Kok tau?"

"Hanya Tuhan yang tau cahaya itu milik siapa!"

Aku mengangguk pelan, menumpukan kedua telapak tanganku di samping belakang tubuhku. Memejamkan mata dan merasakan angin lembut yang membelai wajahku.

"Sha....." Alexander menggumam lembut menyebut namaku.

"Hmm..."jawabku tanpa membuka mata.

"Aku mencintaimu."

Deg.

Selalu saja ungkapan cinta darinya membuat jantungku mendadak berdetak cepat. padahal dia sering mengatakan bahwa dia mencintaiku. namun begitulah, ungkapan cintanya selalu membuat perasaanku padanya kian bertambah.

Tergesa aku membuka mata, dan mendapati matanya yang menatapku dengan serius.

"Ngomong apa?" aku berusaha menyembunyikan kegugupanku.

"Terimakasih...." lanjutnya.

"Buat apa?"

"Buat waktu dan semua hal yang sudah kamu berikan padaku." Jawabnya tenang. " Kamu tidak peduli dengan stigma semua orang terhadapku. Menerimaku dengan baik, meskipun aku tahu jika kamu tidak baik-baik saja. aku tahu kamu sedang mengimbangiku. Berusaha untuk nyaman dengan kehidupanku....."

"Al....." aku menginterupsi kalimatnya. Tidak suka dengan kata-katanya yang terkesan merendahkan dirinya sendiri.

"Aku nyaman sama kamu." Jawabku. Aku tidak suka saat dia mengatakan bahwa aku tidak baik-baik saja. aku sangat baik-baik saja, dan mungkin aku tak akan baik-baik saja jika dia tidak ada di sampingku sekarang. "Aku nggak suka ah, kamu ngomong begitu. Mungkin orang-orang itu tidak tahu saja bagaimana kamu."

Alexander tersenyum simpul. Mungkin dia tersanjung, atau mungkin dia tak percaya dengan kalimatku.

"Al...." aku meremas tangannya. Terasa dingin.

Dia menoleh.

"Aku baik-baik saja, dan aku mohon kamu jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi." Kataku. "Aku tidak berusaha mengimbangimu, aku hanya merasa nyaman bersamamu dengan cara apapun itu."

Alexander mengulurkan tangannya, lantas membelai pipiku. Beriringan dengan deru angin yangmemainkan rmbut kami, ia mengecup bibirku. Melumatnya lembut dengan penuh perasaan.

****

Kami turun dari bukit setelah waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah ciuman panjang itu, akhirnya kami harus menyerah dengan dingin. Mampir di warung sebentar untuk membeli kopi sebelum akhirnya kembali menuju Jakarta, karena besok pagi aku ada kuliah pagi-pagi sekali.

Sepanjang jalan kami terus bergandengan tangan. Entah, semakin kami terbuka dengan persaan kami, kami semakin dalam memiliki cinta itu di hati kami masing-masing.

Aku percaya, jika Alexander tak seperti yang orang-orang itu pikir. Dulu dia mungkin seorang playboy, hanya karena dia belum menemukan seseorang yang benar-benar dicintainya. Tapi kini aku yakin, bahwa dia sudah menemukan tempatnya singgah, hati yang nyaman untuk dia tinggali yaitu aku.

Dan aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan pernah meninggalkannya. Bagaimanapun keadaannya.

*****

Alexander menghentikan mobilnya tepat di depan kosku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan itu tandanya sebentar lagi kunci gerbang kos-ku akan ditutup.

"Kamu yakin tidak ingin menghabiskan malam ini bersamaku?" pria itu mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kesal. Bahkan dalam perjalanan tadi, ia sudah memintaku agar pindah saja ke kos-nya agar bisa bertemu setiap hari. Namun tentu saja aku menolaknya mentah-mentah. Meskipun kita sudah pernah melakukan hal itu, namun untuk tinggal bersama sama sekali tidak pernah terfikirkan dalam benakku.

"Besok aku harus kuliah pagi-pagi sekali." Sahutku sambil membuka seat-belt.

Kudengar Alexander mendengus.

"Kalau begitu, beri aku sedikit ciuman." Ia menarik lenganku hingga posisiku kakiku mengangkang tepat di depannya.

Kini kami saling berhadapan di depan kemudi. Dengan cepat Alexander menurunkan posisi sandaran mobilnya.

"Al, gimana kalau ada yang lihat?" aku menepuk pundaknya kesal. Kini ia sudah melingkarkan tangannya di pinggangku dan mustahil ia akan melepaskanku dengan mudah.

"Tenang. Tidak akan ada yang melihat." Pria itu menyusupkan tangannya di pinggang belakangku dengan lembut.

Seketika aku memejamkan mata dan melenguh. Alexander begitu pandai mengenali tempat-tempat sensitifku.

Kemudian, ia menyambar bibirku dan melumatnya dengan sedikit kasar. Aku merasakan jika kini tangannya sudah membuka pengait bra-ku, lalu melepas kancing kemejaku satu persatu. Dalam sekali sentakan, tubuh bagian atasku sudah terekspos dengan sempurna di depan matanya.

Ia tersenyum, kembali melumat bibirku dan memainkan lidahnya di mulutku. Dalam beberapa menit, ia sudah berhasil melepas semua pakaianku dan kini kami berdua sudah tak berbalut selembar benang pun.

Di luar, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Tubuh kami kian memanas dan bergerak secara alamiah. Sesekali terdengar erangan erotis yang keluar tak terkendali dari bibir kami. Adrenalin kami kian terpacu. Seperti sebuah lomba marathon, nafas kami kian memburu. Hingga akhirnya, tubuh kami sama-sama menegang dan lemas beberapa detik kemudian.

Alexander mencium bibirku dengan lembut. Sambil membelai rambutku ia bergumam lirih.

"Terimakasih Alisha."

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 291K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
1.8M 92.5K 50
Kehidupan Ariana berubah ketika ia diminta untuk berpura-pura menjadi saudara kembarnya. Pasalnya dengan menyanggupi permintaan tersebut, Ariana haru...
1.9K 163 11
MG sad story di mana setiap ceritanya aku terinspirasi dari sebuah sad song dan kali ini aku gak akan bikin ini jadi book tapi aku akan bikin setiap...
24.5K 1.4K 34
Seorang ketua gangster yang terkenal nakal, brutal, keras kepala, dan tempramen bertemu dengan seorang gadis kalem dan cerdas sehingga mereka ditunan...