iL Legame (tamat)

By dramahati

365K 17.3K 284

Pintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyemb... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Pengumuman Penting!!!
Tanya Dong
HALO.....

Bab 24

5.5K 276 0
By dramahati

                Siang cukup terik hari ini. Jika saja tidak ada kuliah , mungkin aku masih bermalas-malasan di tempat tidur menghidupkan ACdan makan beberapa potong ice cream. Namun karena kuliah hari ini penting, mau tidak mau aku bergegas, bersiap untuk berangat meskipun sejujurnya aku malas melakukannya.

Untuk saja aku punya cowok yang dengan murah hati mau menjemputku dan mengantarku ke kampus. Jadi aku bisa menghindari trotoar panas hari ini.

"Sebenarnya aku malas untuk berangkat hari ini." gumamku, memasukkan sesendok ice cream cokelat ke dalam mulutku. Kami berdua berjalan beriringan menuju fakultasku. Banyak pohon rimbun di sini, jadi kami berdua bisa sedikit menghindari panas.

"Bolos mau?" Alexander langsung menoleh padaku.

Aku berdecak, mencubit hidungnya sebelum akhirnya menyuapinya dengan ice cream-ku.

"Aku ingin lulus tuan muda!" jawabku. "Aku tidak ingin mama semakin membabi buta memusuhiku jika aku tidak berprestasi!"

Alexander tertawa.

"Sebenarnya aku juga ingin segera menyelesaikan kuliahku. Hanya saja aku sekarang di skors karena seseorang membuatku......"

"Stop!" Aku mengangkat tangan sebelum Alexander menyelesaikan kalimatnya. "Apa kamu suka membuatku merasa bersalah terus menerus?" protesku.

Dia menggeleng, namun dengan senyum. "Apa karena hari ini terlalu panas, jadi kamu juga gampang marah Sha?"

Aku mencebik. Kesal setiap Alexander menjadikan masa skors-nya sebagai candaan. Aku akui semua itu memang karena kesalahanku. Coba dulu aku tidak latah dengan merekam aksinya di kampus, mungkin dia tak akan ketinggalan perkuliahan selama tiga bulan.

"Aku minta maaf...." aku menunduk, menatap ujung sepatu hitamku yang menginjak kotak-kotak paving.

"Sudahlah...." dia merangkulku. "Kalau tidak ada hari itu, mungkin kita tidak akan bisa menjadi seperti ini."

"Tapi kamu lulusnya juga molor 'kan. Iiihhhh....kenapa sih dulu aku kurang kerjaan banget!" decaknya.

Alexander tertawa.

"Sebenernya kamu udah tertarik sama aku. Ya khaaan...?"

Aku melengos lalu membuang senyum. Mungkin apa yang dikatakannya ada benarnya juga. mencintai dan membenci seseorang itu bedanya tipis. Karena saat mencintai dan membenci kita sama-sama akan memikirkan orang tersebut.

"Jangan pernah salahkan dirimu karena masa lalu Sha. jika tak ada masa lalu, tak akan pernah ada hari ini." gumamnya bijak.

Aku mencubit pipi Alexander gemas.

"Sejak kapan sih pacarnya aku berubah jadi pak Mario Teguh, ha?"

"Eh, jangan salah lho. Pacar kamu ini bisa jadi apa aja! Contohnya sekarang, jadi supir pribadi kamu." Kekahnya.

Aku mencebik. "Iya.....iya.....iya....makasih!"

"Alisha!" seseorang berteriak padaku.

Aku dan Alexander menoleh bersamaan. Tere berjalan menuju ke arah kami dengan cepat.

"Sialan, panas banget!" umpatnya ketika dia sudah berada di depan kami. "Hai...Alexander!" ia menyapa Alexander kemudian.

"Hei Ter." Balas Alexander.

Aku tersenyum diam-diam. Rupanya kini Tere sudah bisa bersikap biasa pada Alexander.

"Panas begini, sebenarnya malas sih buat ke kampus."

"Sama." Jawabku. "Enakan di kamar sambil...."

"Sambil pacaran!" potong Tere cepat.

Aku melirik Alexander kemudian tertawa.

"Yaudah....yok masuk." Tere menarik lenganku."Gue pinjem Alisha dulu ya Al, lo nggak apa-apa kan?" godanya.

Alexander mengangguk. "Bawa aja....."

"Tenang, dia bakal kembali utuh nggak kurang suatu apapun."

"Iya dong Ter, itu harus!" Alexander mengelus rambutku. "gue tunggu di cafe ya?"

Aku mengangguk.

Alexander mengedik pada Tere yang dibalas gadis itu dengan lambaian kecil.

"Gimana cowok gue?" tanyaku setelah Alexander pergi..

Tere mengangkat bahu.

"I feel, he's perfect boyfriend!" jawabnya. "Coba bayangin, secara cowok gue aja males parah waktu gue suruh nganterin ke kampus. Cowok lo? Dengan sukarela begitu!"

"Ya....karena dianya aja yang lagi nganggur." Jawabku sambil membuang wadah ice creamku ke tempat sampah.

Tere menggeleng.

"Dia nggak lagi nganggur."

"So?"

"Dia punya kerjaan kok!"

"Apa?!"

"Nyenengin lo."

Kami berdua tertawa bersamaan.

"Yaudah yok masuk. Kalau telat bisa-bisa kita nggak dibolehin masuk lagi. Profesor Anton kan nyeremin-nyeremin gimana gitu." Kata Tere kemudian.

Aku mengangguk. membenarkan kalimatnya.

****

"Akh.....aku cari kemana-mana juga ternyata di sini." Aku menjatuhkan bokongku di bangku panjang pinggir lapangan basket.

Alexander menoleh.

"Sorry....udah lama nich nggak main ini." ia menunjukkan bola basket yang dipegangnya, lantas mendrebel bola itu dan memasukkannya ke dalam ring.

Aku melongo. "Waaaah....hebat....hebat..." tepuk tanganku menggema tiba-tiba. "Kalau dilihat kayaknya enak banget ya mainnya...?"

"Kenapa?" dia berjalan ke arahku.

"Nggak bisa....." cengirku.

"Oh....nggak bisa?"

Aku mengangguk.

"Sini aku ajarin." Dia menarik tanganku dan membawaku ke tengah lapangan.

"Tangan kamu harus lemes Sha....jangan kaku gitu dong, nanti bolanya nggak bisa masuk." Dalam sekejap saja, Alexander sudah berubah menjadi guru olahragaku. Dia berdiri di belakangku, sedang tangannya terulur membenarkan letak jari-jariku.

Aku tersenyum. Kali ini fokusku tidak berada pada ring basket di depanku, atau bola bundar yang berada di tangaku. Justru aku sedang menikmati moment ini bersamanya, sambil diam-diam menciumi bau tubuhnya yang khas.

"Masukkan ke dalam ring pelang-pelan Sha...." suaranya mengaburkan lamunanku.

"Hah....ah...?" Aku tergagap, setengah menoleh padanya saat lengannya membantuku menyentakkan bola dengan lembut. Bola itu melayang seketika dan masuk begitu saja ke dalam ring dengan mudahnya.

"Masuk!" Alexander tertawa. "Kamu hebat Sha!"

Aku berganti pandang ke arah ring, dan bola itu sudah memantuk-mantul di lantai lapangan.

Kapan masuknya?

"Masuk?" aku membulatkan mata tak percaya. Dari sekian banyak percobaanku selama ini, baru kali ini aku bisa memasukkan bola itu ke dalam ring.

Alexander mengangguk, ia membuka kedua tangannya, bersiap memberikan pelukan padaku.

"Tentu saja! Pacarku sebenarnya berbakat."

Aku berdecak tidak yakin. Kalau saja dia tidak membantuku, aku yakin bola itu juga tidak bakalan masuk ke dalam ring semudah itu.

"Ayo dong peluuuk."

Tawaku berderai, seketika menghambur dan memeluknya.

"Alisha Hebaaat!" ia mengangkat tubuhku dan kami berputar-putar di lapangan.

"Berlatihlah lebih sering, pasti kamu akan mahir," katanya setelah ia melepaskan pelukan kami, dan tentu saja sebuah ciuman hangat mendarat di keningku.

***** 

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 219K 55
Lily Spencer dan Teddy Alexander akan menikah dalam satu bulan kedepan, namun ia harus membatalkan pernikahannya tersebut. Pernikahan impiannya harus...
1M 150K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
776K 45.2K 34
[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [...
KINANTI By BlackQrystal

General Fiction

1.1M 82.2K 51
#1 - Gilang (31 Januari 2020 - 8 Februari 2020) #1 - Kinanti (8 Februari 2020)(10 Februari 2020-) #1 - Heart (26 Februari 2020 - 5 Maret 2020) (7 Mar...