iL Legame (tamat)

By dramahati

369K 17.4K 284

Pintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyemb... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Pengumuman Penting!!!
Tanya Dong
HALO.....

Bab 6

12.3K 643 12
By dramahati

                Beberapa hari setelah insiden beling, keadaanku sudah membaik. Malah dibilang aku sudah bisa berjalan seperti biasa. Mungkin karena penanganan dokter dan obat yang diberikannya, jadi aku sembuh lebih cepat.

Aku tersenyum, mengambil ipod, menggendong tas lalu meminum antibiotik terakhirku sebelum akhirnya berjalan keluar lalu menutup pintu kamar kos baruku.

Iya. Aku sudah pindah dua hari lalu. Tentu saja dengan pertolongan Abian. Jarak kos lama dan kos baru yang tak terlalujauh membuat kami tidak begitu kesusahan mengangkut barang-barang. Lagipula barang-barangku juga tidak terlalu banyak, jadi Abian tidak perlu bolak-balik.

Ku akui kos ini nyaman, bahkan selama dua hari ini aku tidur dengan nyenyak. Jauh dari kata bising, dan gangguan tetangga kamar sebelah. Mungkin karena seluruh penghuninya wanita, dan semua tertutup. Jadi sejak kemarin aku juga tak melihat batang hidung mereka di tempat ini. hanya terdengar pintu di tutup atau di buka, namun tak pernah bertegur sapa. Seolah mereka punya dunia yang lebih indah di kamar daripada harus ngobrol di ruang depan.

senyum ceriaku mengembang, saat melihat beberapa bunga mawar, melati dan krisan yang bermekaran indah di halaman. Apalagi sisa hujan semalam membuat daun-daun dan bunga-bunga itu terlihat segar. Aku hendak kembali mengayunkan langkah, saat sebuah pesan masuk di ponselku.

Tere : GAWAT Sha, GAWAT!

Aku : Why?

Tere : (link video terkirim)

Aku menaikkan alis, segera membuka tautan yang dikirimkan Tere kepadaku. Baru saja dua detik menonton video itu, mataku terbuka lebar. Segera ku ketik balasan untuk sahabatku tersebut.

Aku : Ini maksudnya apa Ter?

Tere : Lo cepet ke kampus sekarang. Video ini lagi jadi trending topik di kampus!

"Gila, ini kan?!" aku mengusap wajahku dengan cemas.

Tak menunggu lama, aku langsung bergegas pergi. Dan sepertinya pagi indahku juga sampai sebatas ini, karena setelah ini aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

***

Tere menungguku di depan kelas dengan wajah tegang yangtak bisa disembunyikannya. Saat melihatku mendekat, ia bergegas menyusul dan menarikku menjauhi kerumuman mahasiswa yang siap mengikuti perkuliahan.

"Jelasin sama gue, maksud video tadi apa?" Aku menatap Tere lekat, minta penjelasan. Sebab sejak aku menginjakkan kaki masuk ke lingkungan kampus, aku terus mendegar cicit mahasiswa yang terus membicarakan masalah video panas antara Alexander dan perempuan yang entah siapa. Dan yang lebih membuatku tidak enak, jelas video yang tersebar itu adalah video yang kuambil beberapa hari lalu. Padahal seingatku, jelas hanya Tere yang tau video itu.

"Video itu nggak sengaja kesebar Sha!" jawabnya penuh penekanan, sedang matanya tampak nanar melirik kiri dan kanan. "Dan lo tau nggak kalau sekarang video itu sudah sampai Rektor!"

"Apa?!" aku melebarkan mataku. Merasakan gugup yang tiba-tiba menyerangku. Kalau Alexander tau bahwa aku yang mengambil video itu, dia pasti akan membunuhku.

"Tere, gimana ceritanya itu video sampai nyebar ke mahasiswa seluruh kampus? Lo yang nyebarin ya?!" tudingku kesal.

Tere menunduk dalam.

"Maafin gue." Desisnya kecewa.

Aku membuang nafas kesal. Ku alihkan pandangan ke tempat lain, mengusir deru nafas penuh emosionalku.

"Jadi beneran lo yang nyebarin?!" suaraku meninggi.

"Bukan gue, tapi cowok gue Sha!" jawabnya mengangkat dagu menatap wajahku. "Gue nggak tau kapan, tapi beberpa hari lalu Glen datang ke kosan gue. Dan dia lihat-lhat ponsel gue Sha."

Aku mengusap mukaku bingung. Sebenarnya bukan masalah video itu tersebar atau tidak, namun yang aku takutkan adalah bagaimana jika Alexander tahu kalau video itu hasil rekamanku?

"Ter, gue harus gimana coba?" aku memasang wajah bingung, seumur-umur baru kali ini aku membuat masalah. "Gimana kalau Alexander tau kalau gue yang ngambil rekaman itu?"

Tere tampak berfikir, kemudian mengusap lenganku pelan untuk menenangkan.

"Tenang, dia nggak bakalan tau Sha. Percaya sama gue." Hiburnya, dan tentu saja kalimatnya sama sekali tidak menghiburku.

****

Seharian ini mood-ku memang tak baik, lebih tepatnya was-was kalau-kalau Alexander datang menemuiku dan memberikan sumpah serapahnya karena kelakuanku yang ternyata berdampak besar baginya. Bahkan sejam lalu, sebelum aku bisa bernafas lega karena bisa menyudahi kegiatanku di kampus dan bergegas kembali ke kos, aku mendengar jika Alexander marah besar karena kampus memberikan tindakan padanya, yaitu memberikan skors selama tiga bulan.

Aku membuka pagar, dan mendapatihalaman kos yang sepi. Hanya ada dua sepeda motor di parkiran, menandakan jika penghuni kos sebagian besar masih berada di kampus. Kuayunkan langkahku pelan, menyusuri teras sambil menikmati berbagai macam bunga yang ditanam ibu kos di sekeliling kos'an. Jadi tempat kos sederhana ini terlihat bersih dan rapi, ditambah dengan kolam ikan yang berada di pojok dengan pancuran kecil yang terus mengalir. Tempat ini semakin terlihat asri.

"Gue tungguin lama banget sih."

Deg! Jantungku berdegup kencang setelah mendengar suara itu. suara bariton itu memang sangat ku hafal. Siapa lagi kalau bukan suara Alexander.

Aku mengangkat dagu, dan benar saja, dengan santainya cowok beralis tebal itu sudah berdiri bersandar pada tembok tepat di depan kamarku. Perasaanku tidak enak, apa yang dilakukan cowok itu disini sekarang? Bagaimana dia bisa tahu kos baruku dan juga...dan juga...nomor kamarku?

"Setengah jam bukan waktu singkat Alisha." Ia menaikkan alis dengan senyum tipisnya yang berhasil menghipnotis. Dengan santai ia berjalan mendekatiku.

"Bagaimana lo bisa ke sini?" tanyaku dengan mata menatapnya dengan nanar. Aku yakin jika sekarang raut wajahku tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam hatiku sekarang. Memucat dan gemetar.

Ia kembali tersenyum, dengan sinis. Sepintas kemudian matanya menyapu kos itu dengan detail, entah apa yang dipikirkannya.

"None of your bussiness...." jawabnya kemudian.

Aku menelan saliva. Rupanya tulisan 'pria dilarang masuk' di depan sana tak ada artinya bagi Alexander. Buktinya dengan mulus ia berhasil masuk di depan kamarku, dan dengan waktu yang cukup lama pula tanpa ketahuan ibu kos.

"Ada perlu apa lo datang kemari?" aku berusaha memberanikan diri. " Silakan pergi karena cowok di larang masuk kemari!"

Ia mengangkat bahu. "Hanya ingin menanyakan sesuatu hal padamu."

"Menanyakan apa?" tanyaku berusaha setenang mungkin, tapi tidak dengan suaraku. Aku tahu jikasuaraku sudah mulai bergetar menahan takut.

Ia menggeleng, lalu mencebikan bibirnya. Seakan hal yang akan dikatakannya tidak begitu penting jadi aku tak perlu memasang wajah gugup seperti ini. gugup? ayolah...aku berusaha menutupi kesalahanku saat ini.

"Tidak....hanya ingin menanyakan sebenarnya apa peduli lo sama hidup gue?!"

Dan dari kalimat ini, aku mengerti kemana arah percakapan kami nanti.

Alexander menghela nafas, melangkah pelan mendekatiku sehingga terpaksa aku berjalan mundur dan tepat setelah tujuh langkah, badanku sudah terhimpit tembok. Aku mengerjap pelan, hanya satu langkah tubuhnya berada di depanku, menguarkan aroma musk dari tubuhnya yang berbalut pakaian hitam—tentu saja seperti biasanya.

"Alisha, gue mau tanya sama lo sekali lagi. Apa sih peduli lo sama gue?" matanya nyalang menatapku. Manik mata hitam itu menatapku dengan dingin namun berhasil membuat seluruh persendianku lemas. Ia tidak berteriak atau memaki-ku, mengeluarkan sumpah serapahnya. Namun sepertinya aku lebih memilih Alexander berteriak dan memaki-ku daripada bersikap seperti ini, yang membuatku sangat takut.

"Gue nggak peduli sama lo."

Dia tertawa hambar.

"Maksud lo apa sih?" tanyaku pura-pura tak tahu.

"Lo emang enggak tau, apa pura-pura enggak tahu."

"Apa?" aku mengerjap. Jarak kami yang hanya terpaut beberapa centi membuatku tidak nyaman. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya menyapu wajahku. Sial, kenapa justru jantungku berdegup kencang sekarang?

Alexander menyeringai.

"Video itu."

Aku menelan saliva susah payah. Sia-sia sudah usahaku seharian ini menghindarinya, karena nyatanya ia malah menyambangi kosku dengan menyudutkanku seperti ini. aku pikir jika ia marah, ia akan melabrakku di depan semua teman-teman di kampus dengan suara meledak-ledak galak, tapi ternyata ia lebih memeilih menemuiku secara pribadi dan bertanya dengan kalimat serendah mungkin, meskipun itu membuat hatiku tetap seakan mati rasa.

"Gue...gue nggak sengaja!" please Alisha, nggak ada kejadian rekam-merekam video dengan alasan tidak sengaja! Mana mungkin ponselmu bisa bergerak sendiri tanpa kamu melakukannya dengan sadar?

Ia mendengus tak percaya, lantas berkacak pinggang.

"Lo tau nggak, kalau lo udah masuk terlalu dalam di hidup gue dengan mencampuri urusan gue."

Aku mengangguk. mengerti. Aku juga tak bermaksud ingin masuk di kehidpuan dia. sungguh.

"Sorry...gue Cuma ngrekam dan mengirimkannya pada sahabat gue namanya Tere. Tapi....pacarnya yang menyebarkannya ke semua orang." Jawabku bergetar.

"Jadi kamu menuduh orang lain yang melakukan itu?" tanyanya skeptis. " Semua ini tak akan terjadi kalau lo nggak melakukan hal itu Alisha!"

"Hei! Aku melakukannya karena aku merasa bercinta di lingkungan kampus bukan sebuah hal yang benar, tuan muda!"

Dia tertawa penuh ejekan.

"Bagaimana bisa ada gadis sekuno dirimu."

"Kuno?" aku membeliakkan mata. Tidak percaya.

"Iya!" jawabnya tegas. "Lo pikir hanya gue di kampus itu yang berani melakukan hal-hal semacam itu, HA? Bahkan jika lo pengen tau, pengen mangambil video seperti itu, lo akan banyak menemukannya di sana. Bukan Cuma gue!"

Aku menunduk. tidak menjawab.

"Jadi jawab aku Alisah!" ia menarik daguku untuk menatapnya. "Apa tujuanmu mengambil videoku?"

Aku masih tidak menjawab, hanya mataku yang membalas tatapan tajamnya. Sejujurnya, aku juga tidak tahu tujuanku mengambil video-nya waktu itu. Mungkin efek nyeri dikaki-ku sehingga membuatku kehilangan kontrol atas diriku.

Ck, aku juga tidak yakin dengan alibiku tersebut.

"Apa lo juga pengen bercinta sama gue?" ia tersenyum miring mendekatkan wajahnya padaku, sampai sapuan hangat nafasnya kembali mengenai mukaku.

"Aku rasa meskipun lo masih amatir, tapi tubuh lo boleh juga." ia mengerling nakal, membuatmataku melotot lebar dengan tangan yang siap untuk menampar mukanya, tapi lebih dulu ia cekal sebelum telapak tanganku brhasil mendarat di pipinya.

Ia tertawa pelan, lantas menarik tubuhku mendekatinya. Tangannya terjulur melewati pingangku. Dan sekarang badan kami sudah bersatu, membuat jantungku berdetak dua kali lipat dan nafasku berhembus dengan cepat.

Baru kali ini! baru kali ini aku disentuh oleh seorang lelaki dengan caraseperti ini. dan ini semua membuat tubuhku otomatis merinding tidak karuan. Dadaku merasakan sensasi gelinyar aneh yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

"Ayolah......gue pengen tidur sama lo!" ia berbisik ke arahku, dan lagi-lagi tak ada yang bisa aku lakukan selain melebarkan mata, tanda terkejut. "Bukankah itu alasan lo mengambil video itu. membuat viral, sampai gue marah. Itu kan cara lo cari perhatian ke gue?"

"Apa?" Aku menaikkan suaraku. "Tak pernah terfikirkan di kepala gue untuk mencari kesempatan! Apalagi tidur dengan cowok brengsek macam lo!"

Alexander mendengus sinis.

"Tapi....gue kok yang mau."

"Tapi gue enggak!"

"Itu balasan buat lo, karena udah ngebuat hidup gue yang baik-baik saja jadi berantakan mengerti?!"

Aku tak menjawab. mulutku kaku, tak bisa berkata sepatah katapun. Sejujurnya, aku ingin mengeluarkan sumpah serapahku padanya, dan memukulinya habis-habisan. Tapi tenagaku seakan habis tak bersisa, dan tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah.

"HEI, apa yang kalian lakukan di situ?!!"

Aku merasakan lilitan tangan itu mengendur tiba-tiba dari pinggangku.

"Apa yang kalian lakukan?!" suara itu kembali di ulangi. Aku menoleh, dan mendapati ibu kosku berjalan ke arah kami dengan wajah tidak suka.

"Bukannya sudah saya bilang, lelaki tidak diperbolehkan masuk ke dalam Alisha?!" ia menatapku penuh intimidasi, meminta penjelasan kenapa aku memasukkan cowok ke dalam lingkungan kos dan main peluk-pelukan segala.

"Ibu....ibu ini nggak seperti yang ibu kira kok. Dia....."

"Saya pacarnya Alisha." Alexander memotong kalimatku, dan dengan senyum puas ia menatap ibu kosku. "Maaf saya tidak membaca tulisan di depan, karena Alisha memaksa saya untuk masuk."

Aku memutar pandanganku padanya dan menyeringai galak. Seharunya aku tahu jika ia akan menjawab dengan jawaban seperti itu dan membuat semuanya semakin rumit.

"Alisha! Kamu baru pindah kemarin!"

Aku berdecak. bagaimana aku akan menjelaskan pada ibu kosku tentang keadaan yang sebenarnya.

"Baiklah, saya permisi." Alexander mengangkat dagu. "Good by honey...." ia menyentil daguku, dan dengan langkah santai tanpa dosa meninggalkanku sendirian dengan ibu kos yang menyalak galak.

Aku meremas ujung kemejaku, memandang wajah ibukos yang seakan siap memakanku.

"Ma...maaf bu..." Aku menunduk, meminta maaf untuk kesalahan yang tak kulakukan.

Ibu kos mendengus tak suka.

"Ini peringatan pertama dan terakhir Alisha, jika kamu berani membawa pacarmu masuk lagi. Ibu tidak akan meginjinkanmu kos di sini lagi." Katanya tegas, sebelum akhirnya meninggalkanku.

****

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 154K 43
(COMPLETED) "Pak, kita kayanya pacaran aja deh" . . . . "Tidak mungkin. Kamu itu mahasiswi saya"
2.1M 139K 43
Taken by Him merupakan cerita lengkap dari 'Taken by Him (Oneshoot)' Ketika sampai dirumah, Vivian dikejutkan dengan berita pernikahannya yang akan d...
125K 18.9K 36
โžช [ ๐‰๐ข๐›๐š๐ค๐ฎ ๐’๐ก๐จ๐ฎ๐ง๐ž๐ง ๐‡๐š๐ง๐š๐ค๐จ-๐ค๐ฎ๐ง ๐ฑ ๐‘๐ž๐š๐๐ž๐ซ๐ฌ ] ๐’๐ญ๐š๐ญ๐ฎ๐ฌ : ๐‚๐จ๐ฆ๐ฉ๐ฅ๐ž๐ญ๐ž/๐„๐ง๐ โ€ขโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ€ขยฐโ€ขโ€โ€ขยฐโ€ขโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ€ข ๐˜/๐ง ๐ฌ๐ž๏ฟฝ...
233K 16.6K 40
Sekuel My CEO, My First Love Bisa dibaca terpisah, namun akan lebih baik jika membaca My CEO, My First Love terlebih dahulu. Highest Rank : 1 #guar...