A Calm Water

By harubear01214

20.6K 3.4K 853

Ketika danau yang tenang terusik dengan satu lemparan batu. (Hospital Playlist Remake but with my plot) Harub... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21

Chapter 1

3.7K 274 37
By harubear01214

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

Di sebuah ruangan terdapat dua laki-laki berbeda usia duduk saling berhadapan. Yang lebih muda tersenyum sambil memberikan dokumen kepada yang lebih tua. Sedang yang lebih tua tersenyum akan mengambil dokumen itu tapi yang lebih muda mehanannya dengan cepat. Ia tidak bisa memberikan dokumen itu secara cuma-cuma karena yang lebih muda masih menginginkan sesuatu.

"Aku akan memberikannya dengan satu syarat," kata yang lebih muda tenang.

"Apa syaratnya? "

"Anda tahu keuntungan bangsal VIP cukup besar. Ini rumah sakit milik Appa-ku dan otomatis rumah sakit ini menjadi milikku sekarang. Meski aku yang meminta anda yang mengelolanya," kata yang lebih muda.

"Aku tidak mengerti kenapa kau mau menyerahkan pengelolaan ini padaku? " tanya yang lebih tua.

"Kim Samchun, kau sudah bekerja keras selama ini. Aku bahkan tidak enak jika harus menyerahkannya kepada anda. Tetapi anda tahu meski aku berada di pertengahan usia tiga puluhan aku belum cukup baik mengelolanya. Aku minta maaf untuk itu. "

"Kau memang anak si Jung. Ngomong-ngomong apa syarat sebelum aku setuju dan memberikan kepercayaan padamu?"

"Keuntungan bangsal VIP harus jadi milikku seutuhnya. "

"Untuk apa uang itu? "

Yang lebih muda tersenyum, "Seperti konglomerat lainnya, uang itu untuk simpanan."

"Baiklah, tapi rumah sakit kita sedang kekurangan Dokter. "

Yang lebih muda tersenyum, "Aku akan mengatasi masalah itu. Lagipula kita membutuhkan dokter yang akan mengurus bangsal VIP. "

.

.

.

Empat pemuda sedang membaca dengan seksama kertas di depan mereka masing-masing. Meneliti kata per kata agar tidak ada yang terlewatkan satu pun. Satu orang menghela nafas, satu lainnya menggaruk tengkuknya.

"Intinya apa?" kata pemuda dengan mata kelinci.

"Kau mau memperbudak kami?" tanya yang paling tinggi di sana.

"Kau bahkan tidak mengatakan kalau kau konglomerat dan rumah sakit ini sudah atas namamu. Sekarang kau ingin memperalat kami? " tanya pemuda yang berwajah dua dimensi.

Pemuda dengan dimple-dimple di kanan dan kiri pipinya tersenyum. "Kalian setuju atau tidak? "

"Kau akan menggaji kami berapa? " tanya pemuda yang sejak tadi diam saja.

"Dua kali lipat gaji tahunan, " kata pemuda berdimple itu.

"Ya!  Kenapa tidak bilang dari tadi? " kata yang paling tinggi.

"Seharusnya kau taruh di atas sendiri hal seperti itu!" kata yang berwajah dua dimensi.

"Aku tidak mungkin berhenti jadi aku setuju saja," kata pemuda bermata kelinci.

"Kita mulai bekerja kapan?" tanya pemuda terakhir.

"Sampai jumpa minggu depan! "

.

.

.

Moon Taeil, dokter bedah syaraf.

Ia memakirkan mobilnya di parkiran rumah sakit dengan hati-hati dan memastikannya bannya lurus. Ia akan keluar dari mobil tapi sebuah klakson berbunyi sehingga ia menutup kembali pintu mobilnya. Sebuah mobil dengan cepat terparkir di sampingnya. Ia menggerutu kecil, ada juga orang dengan kemampuan parkir seperti itu bisa memperkirakannya dengan tepat.

"Astaga Johnny apa yang kau lakukan? Memamerkan keahlianmu?" kata Taeil.

Johnny terkekeh sambil keluar dari mobilnya, "Itu gaya Amerika. "

Taeil berdecih.

"Aku akan cocok menjadi supir jika sudah berhenti menjadi dokter, " kata Johnny.

Taeil mendengus, mereka langsung masuk ke dalan rumah sakit. Hari ini pertama kali ia bekerja di rumah sakit milik keluarga Jaehyun,  salah satu rumah sakit besar. Seumur-umur ia tidak berani bermimpi bekerja di rumah sakit ini bahkan ketika ia sudah meraih gelar professornya. Siapa sangka bahwa pewarisnya adalah teman dekatnya sendiri.

"Kau tidak berangkat bersama Jaehyun? " tanya Taeil.

"Walaupun sebelumnya ia sempat tinggal di rumahku selama tiga bulan karena pasiennya tapi ia juga punya tempat tinggal sendiri Moon Taeil. Aku pikir usaha keluarganya bangkrut atau semacamnya makanya ia tinggal di rumahku. Namun kenyataannya dia seorang konglomerat dan rumah sakit ini miliknya. Konglomerat memang tidak bisa dipercaya, " kata Johnny.

Taeil tertawa, "Kita harus minta bantuan Doyoung untuk berkeliling nanti. Aku bahkan tidak yakin Jaehyun sendiri hafal dengan tata letak rumah sakitnya. "

"Selain perkenalan apa yang akan kau lakukan? " tanya Johnny.

"Mungkin beberapa pasien akan dipindah tangankan padaku. Aku harus banyak mempelajari riwayat pasien. Dan kemungkinan akan segera melakukan sesi rawat jalan atau operasi, " kata Taeil.

"Jangan terlalu sibuk Professor Moon! Sampai jumpa di jam makan siang, semoga si Jung tidak melakukan hal menyebalkan lagi, " kata Johnny setengah menggerutu dan mereka berpisah di lift karena Johnny keluar lebih dulu.

Taeil menggerutu kecil karena Johnny Seo sialan itu masih sempat mengusak rambutnya sehingga terlihat berantakan. Astaga kenapa Johnny masih menganggapnya anak kecil padahal usia mereka sama. Ini bahkan terjadi selama tujuh belas tahun sejak tahun pertama mereka bertemu di Universitas. Namun ia tidak punya waktu untuk lama-lama menggerutu, ia akan bertemu dengan staf bedah saraf baru di rumah sakit yang baru.

.

.

.

"Kau senang sudah pindah ke rumah sakitmu sendiri? " tanya pemuda bermata kelinci pada pemuda pemilik dimple yang sekarang tidak terlihat karena pemuda itu sedang tidak tersenyum.

"Mungkin lebih menyebalkan daripada di rumah sakit sebelumnya. Bagaimanapun siapa diriku sudah dibongkar, meski aku bekerja menjadi dokter di sini rasanya pasti aneh ditatapi banyak orang sebagai pemilik rumah sakit," kata Jaehyun.

Pemuda bermata kelinci itu terkekeh, "Pantas saja aku gampang diterima."

"Ya! Professor Kim Doyoung, apa kau tidak sadar kau diterima karena kemampuanmu? Appa-ku tidak menerimamu begitu saja meski kau temanku, " kata Jaehyun.

Doyoung tertawa, "Ujian magangnya saja sulit. Ngomong-ngomong kenapa kau minta satu ruangan denganku? Kau bisa minta ruangan pribadi untuk bekerja."

Jaehyun menggeleng, "Tidak perlu lagipula di sini kosong dan akan menyebalkan memiliki satu ruangan sendirian yang luas. Moon Taeil lebih cocok memiliki ruangannya sendiri karena dia betah berlama-lama di rumah sakit."

Doyoung mengangguk lalu kembali memeriksa data pasien rawat jalannya yang belum sempat diperiksa karena ia sudah cukup lelah. Ia juga mengambil satu bungkus coklat yang selalu tersimpan di laci kerjanya dan memakannya. Ini untuk menjaga suasana hatinya yang bisa tiba-tiba marah karena kelakuan Dokter residennya atau pasiennya yang bebal,  setidaknya ia harus sedikit ramah pada pasien rawat jalannya meski terasa tidak mungkin.

"Kau ada jadwal rawat jalan? " tanya Jaehyun yang baru saja selesai mengganti baju.

Doyoung mengangguk, "Bagaimana rumah? "

"Aku sudah membersihkannya, lagipula aku juga tamu di sana. Maaf merepotkanmu Doyoung," kata Jaehyun.

Doyoung menggeleng, "Itu karena kau membayar tagihannya dan juga menggajiku lebih banyak dari yang seharusnya. Setidaknya ditumpangi oleh konglomerat sepertimu yang diusir oleh ibunya sendiri sedikit meringankan beban. Kadang bisa dua hari aku tidak pulang dan tempat itu penuh debu."

"Kau tidak mau menemaniku bertemu dengan staf rumah sakit? " tanya Jaehyun.

Doyoung mendengus, "Mereka semua mengenalmu untuk apa berkenalan? "

"Aku ingin menghindari pertemuan itu. Bagaimana caranya? " tanya Jaehyun.

Amarah Doyoung sudah sampai ubun-ubun, ia membalikkan kursinya dan menatap Jaehyun kesal. "Temui saja dan lakukan seperti biasa. Atau aku akan melemparkan buku tebal ini kepadamu. Keluarlah! Aku sibuk! "

Jaehyun mendengus dan bergumam, "Pemarah sekali. "

"Dia tidak tahu saja bangsal anak sedang memiliki beberapa kasus sukit,  nanti dia juga yang akan menanganinya."

.

.

.

Johnny Seo mendengus kesal ketika mendapati hanya satu orang residen di bedah umum. Ia bertanya-tanya bagaimana bisa di Korea hanya sedikit yang menjadi residen bedah umum dengan banyak dokter spesialis. Sebaiknya ia memaksa Jaehyun untuk membuka magang di bedah umum nanti atau membuka lowongan kerja menjadi residen di sini. Johnny benci sekali jika harus berebutan dengan dokter lainnya nanti, saat operasi pasti ia lebih sering sendiri.

Pemuda itu dengan mata sayu kurang tidur sedang membaca sebuah data pasien dan keberadaan Johnny sejak lima menit yang lalu tidak dihiraukan oleh pemuda itu. Padahal dokter lain bilang mereka ada jadwal dan lainnya sehingga ia akan ditemani oleh dokter residen.

"Mark-ssi! "

Johnny mengerjap, pemuda itu memiliki wajah imut yang tidak disangka. Amarahnya langsung melebur begitu saja, kalau Taeil tahu keberadaan pemuda ini pasti pemuda itu akan mencubitinya saking menggemaskannya wajah itu. Syukurlah pemuda ini adalah residen bedah umum kalau pemuda itu jadi residen bedah syaraf sudah dipastikan pemuda itu akan jadi favorit Taeil.

"Ne, ada yang bisa aku bantu?" tanya Mark.

"Kau sudah makan?" tanya Johnny.

"Aku sudah makan ramyun instan tadi, " kata Mark.

Johnny tercengang, bahkan pemuda itu tidak sadar kalau Johnny adalah orang baru di sana. Sepertinya Dokter Residen bernama Mark Lee ini memang sedang kurang kosentrasi, dan lagi makanannya hanya ramyun.

"Ngomong-ngomong anda siapa?" tanya Mark.

Johnny kembali tercengang, kenapa ia jadi ingat Jaehyun sialan yang tidak hafal padanya di satu bulan pertama. Mark mengingatkan dirinya dengan pengalaman menyebalkan itu, untung saja mereka berteman baik sekarang apalagi Jaehyun adalah orang kaya baik hati yang memberi gaji lebih karena mengurus bangsal VIP.

"Aku dokter spesialis baru Johnny Seo," kata Johnny.

Pemuda itu mengangguk, "Ah maafkan aku. Aku sudah dengar kau akan datang karena kau berteman dengan Professor Jung."

Johnny menghela nafas, "Kalau begitu kau aku traktir makan dulu dan antarkan aku untuk berkeliling itu permintaan kepala staf bedah umum. "

"Ne, terima kasih Professor."

.

.

.

"Wow, Professor Lee sudah mengoperasi satu pasien di hari pertama. "

Taeyong mendengus saja dan duduk di ruangannya diikuti oleh pemuda itu. Bagaimana bisa ia dikerjai salah satu dokter spesialis di sini untuk melakuakan operasi di hari pertamanya bekerja. Setidaknya ia bisa membungkam para dokter spesialis lain soal kemampuannya. Baginya persalinan tadi termasuk mudah.

"Kau pasti sudah biasa Kim Doyoung, " kata Taeyong.

"Aku cukup tahu apalagi dokter spesialis wanita seperti mereka sering mengerjai. Lagipula kau satu-satunya dokter spesialis kandungan laki-laki di sini. Dan temanmu yang laki-laki adalah seorang residen," kata Doyoung memainkan ponselnya.

Taeyong mendengus, "Ini ruangan untuk dua orang kenapa kosong satunya?"

"Ada yang menempati sebenarnya, ia juga laki-laki tapi sedang mengambil study jadi kosong sementara waktu. Nikmati saja ruangan ini sebagai ruangan pribadimu selama mungkin, " kata Doyoung.

"Ah setidaknya kalau ada teman aku bisa mengatasi kelakuan wanita-wanita jahil itu," kata Taeyong sambil menggerakkan kursinya. "Apa yang lain sudah selesai?"

Doyoung mengangguk, "Johnny sedang jalan ke kantin bersama dokter residen bedah umum. Taeil juga akan jalan ke kantin, dia baru saja mendapat banyak dokumen pasien. Ah menjadi dokter bedah saraf memang sulit. Jaehyun menemui beberapa pasien dan sudah berdiskusi dengan kepala staf dokter anak, sebentar lagi ia jalan juga ke kantin. Kau mau ke sana juga? "

"Ah baiklah,  mungkin makanan bisa memperbaiki suasana hati. "

.

.

.

Jaehyun tersenyum berpamitan untuk makan setelah berdiskusi beberapa kasus sulit bersama kepala staf bedah anak. Ia akan menengani beberapa pasien yang dirasa cukup sulit, bahkan di hari pertama ia sudah diberi kasus sulit seperti ini. Baginya hal ini benar-bebar tidak mudah tapi ia cukup memaklumi karena banyak yang meragukannya.

Setelah mengambil makanannya ia berjalan mencari teman-temannya yang katanya duduk di pojok agar tidak terlihat mencolok. Pemuda berdimple itu mendengus, meski sudah di pojok tetap saja menjadi pusat perhatian. Setelah dekat ia baru menyadari satu manusia baru yang tidak dikenalnya.

"Uh, Mark Lee kau benar-benar lucu." Taeil mengatakannya sambil mengusak surai Mark.

Jaehyun duduk saja di samping Doyoung setelah mengetahui identitas pemuda itu. Ia cukup tahu bahwa Mark Lee adalah dokter residen terkenal karena satu-satunya yang ada di bedah umum. Yang termuda berdiri dan membungkukkan badan pada Jaehyun yang disambut senyum oleh pemuda berdimple itu.

"Pasti Johnny yang membawamu ke sini," kata Jaehyun sebelum menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Bagaimana Johnny tidak langsung menyeretnya, sekali melihat saja langsung membuat tertarik." Doyoung berkata sebelum menegak minumannya.

"Kau sangat terkenal Mark Lee, bahkan para direktur tahu keberadaanmu, " kata Jaehyun.

"Ya dia spesies yang langka," timpal Doyoung lagi.

"Kau pikir harimau sumatra," timpal Taeyong.

"Beruntung sekali kau Johnny Seo," kata Taeil.

Johnny mengangguk, "Tentu saja aku akan merawatnya dengan baik. Jangan khawatir Taeil semoga kau mendapat residen yang terbaik."

Taeil memutar bola matanya malas, ia beralih pada makanannya dan menemukan sosis. Ia tersenyum lalu memberikan satu sosis itu kepada Mark. "Makan yang banyak Mark Lee sebelum disiksa oleh Professor kejam."

"Astaga Moon Taeil, Professor yang kejam itu Kim Doyoung. Kau harus ingat itu. Aku saja tadi sempat melihat Doyoung memarahi residennya," kata Johnny.

"Tunggu kenapa jadi aku?" tanya Doyoung.

"Thanos saja lebih baik daripada kau Kim," timpal Taeyong.

"Ya! "

Jaehyun mendengus mendengar perdebatan itu, "Ya! Apa kalian tidak malu ada seorang junior di sini."

"Tidak!" jawab keempatnya bersamaan.

Jaehyun mengerjap, ia tidak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya yang seperti anak SMA. Daripada ikut berdebat dia lebih memilih melanjutkan makannya yang sedikit tertunda.

"Jaehyun Oppa! "

Mata Jaehyun melebar, ia mendapati seorang gadis berlari mendekat padanya. Semua orang di meja itu mengerjap terkejut bahkan Mark Lee juga. Jaehyun meneguk ludahnya gugup, semoga ia selamat.

.

.

.

Tbc

Huhu, ini aku ubah ya.

Gimana?

Enaknya dilanjut apa engga?

Continue Reading

You'll Also Like

93.6K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
492K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
86.2K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
54.1K 7K 44
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...